Bahasa Sunda Ciamis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 82:
{{Lihat pula|Sejarah bahasa Sunda|Bahasa Sunda Kuno}}
[[Berkas:Kawali 1 Gigir.jpg|jmpl|ka|Prasasti Kawali I dan bagian-bagiannya.|400x400px]]
Berdasarkan sisi kesejarahannya, kemunculan bahasa Sunda—terutama dalam ragam tulis—di Kabupaten Ciamis dimulai dengan adanya beberapa buah [[prasasti]] yang menggunakan [[bahasa Sunda Kuno]] dan [[aksara Sunda Kuno]],{{sfnp|Nastiti|Djafar|pp=102|2017}}{{sfnp|Nastiti|Djafar|pp=104|2017}} beberapa di antaranya adalah sekumpulan [[Prasasti Astana Gede|Prasasti Kawali]] yang berjumlah sebanyak enam buah prasasti dan diperkirakan berasal dari [[Abad ke-11 hingga 20|abad ke-14]]—angka tahun pembuatan prasasti ini tidak tertulis secara spesifik, tetapi dapat diperkirakan melalui nama raja yang disebutkan sedang memerintah pada waktu itu yaitu [[Niskala Wastu Kancana|Prabu Raja Wastu (Niskala Wastu Kancana)]]{{sfnp|Nastiti|Djafar|pp=108|2017}}—kini, kini prasasti tersebut berada di situs Astana Gede, [[Kawali, Kawali, Ciamis|Desa Kawali]], [[Kawali, Ciamis|Kecamatan Kawali]].{{sfnp|Nastiti|Djafar|pp=107-111|2017}} Prasasti ini ditulis di atas batu alam dengan berbagai posisi dan menggunakan varian aksara Sunda Kuno yang khusus ditemukan di daerah Kawali tersebut. Adapun bila ditilik secara keseluruhan, prasasti-prasasti di Kabupaten Ciamis sendiri berasal dari abad ke-12 sampai abad ke-16, tetapi beberapa di antaranya tidak menggunakan bahasa Sunda.{{sfnp|Nastiti|Djafar|pp=106-107|2017}}{{sfnp|Nastiti|Djafar|pp=113|2017}}
 
Kemunculan prasasti di Kabupaten Ciamis tersebut secara umum menunjukkan adanya perkembangan budaya tulis di antara masyarakat Sunda, terutama yang berasal dari masa pemerintahan raja-raja yang memerintah di [[Kerajaan Sunda]] yang terkadang berpusat di [[Pakwan Pajajaran|Pajajaran]] maupun di [[Kawali]].{{sfnp|Nastiti|Djafar|pp=113-114|2017}}{{sfnp|Nastiti|Djafar|pp=115|2017}} Sehingga dengan demikian, wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu tempat penting dalam hal kebudayaan termasuk bahasa dan kondisi kemasyarakatan yang sudah berlangsung sejak lama, hal ini juga didukung dengan adanya beberapa tinggalan arkeologis lainnya.{{sfnp|Nastiti|Djafar|pp=115|2017}}