Daerah Khusus Ibukota Jakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 90:
Orang [[Belanda]] datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun [[1596]]. Pada [[1619]], [[VOC]] dipimpin oleh [[Jan Pieterszoon Coen]] menaklukan Jayakarta dan kemudian mengubah namanya menjadi '''Batavia'''. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. (''Lihat [[Batavia]]''). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari [[Bali]], [[Sulawesi]], [[Maluku]], [[Republik Rakyat Cina|Tiongkok]], dan [[India|pesisir Malabar, India]]. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama [[suku Betawi]]. Walaupun sebelum mereka datang, sudah ada penduduk yang tinggal di wilayah Jayakarta dan pada umumnya menyingkir dari batas wilayah kekuasaan Belanda. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing karena taktik Belanda "divide et impera". Maka di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.
Pada tanggal [[9 Oktober]] [[1740]], terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.<ref>{{cite book | last =Wijayakusuma | first =H.M. Hembing | authorlink = | coauthors = | title =Pembantaian Massal 1740, Tragedi Berdarah Angke | publisher =Pustaka Populer Obor | date = | location = | url = | doi = | isbn = | page = }}</ref> Dengan selesainya ''Koningsplein'' ([[Gambir]]) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tahun
=== Djakarta (1942–1972) ===
Baris 320:
Masih menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama [[Kong Hu Cu]] secara relatif adalah 1,7%. Sensus penduduk Indonesia tidak mencatat agama yang dianut selain keenam [[Agama di Indonesia|agama yang diakui pemerintah]].
Berbagai [[Tempat ibadat|tempat peribadatan]] agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan mushala, sebagai rumah ibadah umat [[Islam]], tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan hampir di setiap lingkungan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, [[Masjid Istiqlal]], yang terletak di [[Lapangan Banteng]]. Sejumlah masjid penting lain adalah [[Masjid Agung Al-Azhar]] di [[Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Kebayoran Baru]], [[Masjid At Tin]] di [[
== Pemerintahan ==
Baris 399:
== Pendidikan ==
Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum yang diserap dari [[negara]] lain seperti [[Singapura]] dan [[Australia]]. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan metode pengajaran yang berbeda, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, Don Bosco, Tarakanita, dan Marsudirini.
DKI Jakarta juga menjadi lokasi berbagai [[universitas]] terkemuka, antara lain
''(Lihat pula : [[Daftar perguruan tinggi swasta di Jakarta]])''
* [[Institut Kesenian Jakarta]]▼
* [[Universitas Indonesia]]
* [[Universitas Islam Negeri|Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah]]
* [[Universitas Trisakti]]
* [[Universitas
* [[
* [[Universitas
== Lingkungan ==
Pada tahun [[2004]], untuk kesekian kalinya, Kota [[Jakarta Pusat]] dan [[Jakarta Selatan]] meraih penghargaan [[Bangun Praja]] kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu disebut "Adipura"). Salah satu faktor penentu keberhasilan kedua kota tersebut adalah keberadaan kawasan [[Menteng]]
Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Pemukiman ini biasanya dikembangkan oleh pengembang swasta, dan menjadi tempat tinggal masyarakat kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih, beberapa wilayah pemukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih nampak pemukiman kumuh dan belum teratur. Tata ruang kota yang sering berubah-ubah, menyebabkan polusi udara dan banjir sulit dikendalikan. Walaupun pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai daerah resapan air, namun ketentuan tersebut sering dilanggar dengan terus dibangunnya perumahan serta pusat bisnis baru.
▲Pada tahun [[2004]], untuk kesekian kalinya, Kota [[Jakarta Pusat]] dan [[Jakarta Selatan]] meraih penghargaan [[Bangun Praja]] kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu disebut "Adipura"). Salah satu faktor penentu keberhasilan kedua kota tersebut adalah keberadaan kawasan [[Menteng]] (Jakpus) dan [[Kebayoran Baru]] (Jaksel) yang asri dan bersih.
<!=== Dahulu kota Jakarta adalah kota yang asri karena banyak ditumbuhi berbagai pepohonan. Sejumlah nama kawasan di DKI Jakarta menunjukkan bahwa di daerah tersebut dulunya banyak pepohonan atau tumbuhan dengan nama bersangkutan, antara lain:
{{col-begin}}
Baris 476 ⟶ 444:
{{col-end}}
Namun demikian, penebangan pohon kota memusnahkan pohon sebagai identitas karakter lanskap kawasan yang memakai nama-nama pohon tersebut. ===>
== Pariwisata ==
[[Marka tanah]], [[Museum-museum di Jakarta|museum]], dan tempat pariwisata yang terkenal di Jakarta antara lain:
* [[Taman Mini Indonesia Indah]] * [[Kepulauan Seribu|Pulau Seribu]] * [[Kebun Binatang Ragunan]] * [[Monumen Nasional]] * [[Museum Nasional (Jakarta)|Museum Gajah]] * [[Museum Fatahillah]] * [[Taman Impian Jaya Ancol === Wisata Belanja ===▼
Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, pemerintah mengadakan program "
== Pusat perbelanjaan ==
[[Berkas:Mall_in_Jakarta.JPG|right|thumb|250px|Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat.]]
Sejak awal tahun 1990, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun [[Daftar pusat perbelanjaan di Jakarta|pusat-pusat perbelanjaan modern]], atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Saat ini Jakarta merupakan salah satu kota di Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan. Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta memiliki luas yang cukup besar (lebih dari 100.000 m2), diantaranya ialah :
* [[Grand Indonesia]], merupakan mal terluas
* [[Mal Taman Anggrek]], terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat.
* [[Mal Kelapa Gading]], terletak di Jalan Kelapa Gading Boulevard, Jakarta Utara.
* [[Plaza Semanggi]], terletak di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan. Balai Sarbini, tempat diadakannya aneka kontes, terdapat disini.
Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir berbagai [[waralaba]] internasional seperti [[Starbucks]], [[Sogo|Sogo Department Store]], jaringan restoran siap saji [[McDonalds]]. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti [[Es Teler 77]], [[J.Co]], dan Bakmie Gajah Mada.
Di samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga memiliki banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir, antara lain [[ITC Mangga Dua]], [[ITC Cempaka Mas]], dan Pasar Tanah Abang yang menjadi pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta, antara lain [[Carrefour]], [[Hypermart]], [[Giant]], [[Ranch Market]], dan [[Makro (perusahaan)|Makro]]. Untuk lingkup lingkungan, juga tersedia pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau seperti [[Indomaret]] dan [[Alfamart]].
▲=== Wisata Belanja ===
▲Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, pemerintah mengadakan program "[[Enjoy Jakarta]]". Program ini salah satunya diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah saat ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, selain sudah ada pusat perbelanjaan [[Mal Ambassador]] dan [[ITC Kuningan]], nantinya juga hadir pusat perbelanjaan Ciputra World, Kuningan City, dan Kota Casablanca. Rasuna Epicentrum yang tak jauh dari poros itu, akan diintegrasikan ke dalam poros wisata belanja Casablanca-Satrio.
== Olahraga ==
Baris 501 ⟶ 477:
== Media ==
Jakarta menjadi lokasi kantor pusat hampir seluruh media nasional baik surat kabar, majalah, situs berita, radio, ataupun televisi.
=== Surat kabar ===
Beberapa surat kabar yang terbit di Jakarta antara lain: [[Kompas]], Harian Pelita, [[Suara Pembaruan]], Indo Pos, [[Koran Jakarta]], [[The Jakarta Post]], [[Bisnis Indonesia]], [[Investor Daily]], [[Seputar Indonesia]], [[Republika]], [[Media Indonesia]], [[Koran Tempo]], [[Pos Kota]], Warta Kota.
Baris 507 ⟶ 485:
[[TVRI]] adalah stasiun televisi milik pemerintah yang berpusat di Jakarta. Selain TVRI beberapa stasiun televisi swasta lainnya juga berpusat di Jakarta: [[RCTI]], [[SCTV]], [[TPI]], [[ANTV]], [[Indosiar]], [[Metro TV]], [[Trans TV]], [[Trans 7]], [[tvOne]], [[Global TV]].
Stasiun televisi lokal yang hanya mengudara di
=== Radio ===
Baris 542 ⟶ 520:
=== Banjir ===
{{main|Banjir Kanal Jakarta}}
Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah akibat eksploitasi air oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran air
Untuk memperbaiki keadaan, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan air dari
== Makanan ==
Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak didiami oleh para ekspatriat asing, seperti di daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah [[pusat bisnis Jakarta]], tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah.
Di Jakarta, dan sepeti kota-kota besar lainnya di Indonesia, [[Rumah Makan Padang]] yang paling banyak dijumpai == Kota saudara ==
|