Sejarah homoseksualitas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
Argumen umum kalangan konstruksionis menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di zaman kuno atau Abad Pertengahan yang mengalami homoseksualitas sebagai suatu karakteristik penentu seksualitas yang bersifat eksklusif dan permanen. John Boswell membalas argumen ini dengan mengutip tulisan-tulisan Yunani kuno Plato,<ref name=boswell1>{{harv|Boswell|1980}}</ref> yang menggambarkan individu-individu tersebut menunjukkan homoseksualitas eksklusif.
 
== AfrikaSejarah ==
=== Afrika ===
[[Berkas:Niankh.jpg|thumb|left|[[Khnumhotep dan Niankhkhnum]]. Gambar © 1999 Greg Reeder.]]
Meskipun sering diabaikan atau ditekan oleh penjelajah dan penjajah dari Eropa, penduduk asli Afrika memiliki berbagai bentuk ekspresi homoseksual. Antropolog [[Stephen O. Murray]] dan [[Will Roscoe]] melaporkan bahwa perempuan di [[Lesotho]] melakukan sanksi sosial berupa "hubungan erotis jangka panjang" yang disebut ''motsoalle''.<ref name=murrayroscoe>{{cite book|title=Boy Wives and Female Husbands: Studies of African Homosexualities |last=Murray |first=Stephen (ed.) |authorlink=Stephen O. Murray |coauthors=[[Will Roscoe|Roscoe, Will]] (ed.) |year=1998 |publisher=[[St. Martin's Press]] |location=New York |isbn=0312238290}}</ref> [[E. E. Evans-Pritchard]] juga mencatat bahwa prajurit laki-laki suku [[Azande]] di [[Republik Demokratik Kongo|Kongo]] utara rutin mengambil kekasih laki-laki muda antara usia dua belas dan dua puluh, yang membantu tugas rumah tangga dan berpartisipasi dalam seks interkrural dengan suami mereka yang lebih tua. Namun, praktik ini telah mati sejak awal abad 20, setelah bangsa Eropa menguasai negara-negara Afrika, tetapi sempat diceritakan kalangan tetua kepada Evans-Pritchard.<ref name=evanspritchard>[[E. E. Evans-Pritchard|Evans-Pritchard, E. E.]] (December, 1970). Sexual Inversion among the Azande. American Anthropologist, New Series, 72(6), 1428–1434.</ref>
Baris 16 ⟶ 17:
[[Khnumhotep dan Niankhkhnum]], pasangan homoseksual pertama yang tercatat dalam sejarah, adalah pasangan laki-laki dari [[Mesir Kuno]], hidup sekitar tahun 2400 SM. Pasangan ini digambarkan dalam posisi hidung mencium, pose paling intim dalam seni Mesir, dan dikelilingi oleh apa yang tampaknya menjadi warisan dan istri mereka. Penafsiran ini diragukan oleh arkeolog lain, seperti David O'Connor yang meyakini bahwa mereka berdua mungkin adalah saudara, kemungkinan saudara kembar.
 
=== Amerika ===
[[Berkas:Catlin - Dance to the berdache.jpg|thumb|''Tarian untuk Berdache''<br />Tarian upacara [[Bangsa Sac dan Fox]] untuk merayakan dua-roh. George Catlin (1796–1872); Smithsonian Institution, Washington, DC]]
Di antara [[penduduk asli Amerika]] sebelum masa penjajahan Eropa, bentuk umum hubungan sesama-jenis terjadi dalam sosok individu [[Dua-Roh]]. Biasanya individu ini dikenali sejak awal, masing-masing diberi pilihan oleh orang tua mereka untuk mengikuti jalan, dan setelah sang anak menentukan pilihannya, ia akan dibesarkan dengan cara yang sesuai dan akan mempelajari kebiasaan dari gender yang telah dipilih. Individu Dua-Roh umumnya adalah seorang dukun terpandang dan dihormati karena kekuatannya yang melampaui dukun-dukun lainnya. Mereka biasanya berhubungan seksual dengan anggota suku biasa dengan jenis kelamin yang sama.
Baris 25 ⟶ 26:
Para penakluk Spanyol terkejut dengan penemuan praktik sodomi yang dilakukan secara terbuka di kalangan penduduk pribumi, dan mereka berusaha untuk membinasakan praktik itu dengan menundukkan ''[[berdache]]'' (istilah dalam bahasa Spanyol untuk individu dua-roh) di bawah kekuasaan mereka melalui hukuman berat, termasuk penghukuman mati di depan umum, dibakar dan diterkam oleh sekawanan anjing.<ref name=coello>Mártir de Anglería, Pedro. (1530). ''[http://www.udel.edu/LAS/Vol3-2Coello.html#Introduction Décadas del Mundo Nuevo]''. Quoted by Coello de la Rosa, Alexandre. "Good Indians", "Bad Indians", "What Christians?": The Dark Side of the New World in Gonzalo Fernández de Oviedo y Valdés (1478–1557), ''[[Delaware]] Review of Latin American Studies'', Vol. 3, No. 2, 2002.</ref>
 
=== Asia Timur ===
Di [[Asia Timur]], cinta sesama-jenis telah tercatat sejak awal sejarah.
 
Baris 34 ⟶ 35:
Di [[Thailand]], [[Kathoey]], atau "ladyboy," telah menjadi corak masyarakat Thailand selama berabad-abad, dan raja-raja Thailand memiliki pasangan baik laki-laki maupun perempuan. Meski kathoey meliputi kebancian atau kekedian, tapi secara umum keberadaan mereka diterima dalam [[budaya Thailand]] sebagai [[gender ketiga]]. Mereka umumnya diterima oleh masyarakat, dan negara tidak pernah memiliki hukum yang melarang homoseksualitas atau perilaku homoseksual.
 
=== Eropa ===
[[Berkas:Warren Cup BM GR 1999.4-26.1 n1.jpg|thumb|Laki-laki Romawi berhubungan seks dengan seorang muda (kemungkinan budak) pada pertengahan abad ke-1. Piala ditemukan di Bittir, dekat [[Yerusalem]]]]
Dokumen pertama dari Barat (dalam bentuk karya sastra, obyek seni, dan [[mitologi Yunani|materi mitografik]]) yang menceritakan hubungan sesama jenis, berasal dari [[Yunani Kuno]].
Baris 52 ⟶ 53:
Antara tahun 1864 dan 1880 [[Karl Heinrich Ulrichs]] menerbitkan sebuah buku yang terdiri dari dua belas traktat, berjudul ''Research on the Riddle of Man-Manly Love''. Pada tahun 1867, Ulrichs menjadi pria homoseksual pertama yang secara terbuka membela homoseksualitas dengan mengajukan resolusi untuk mendesak pencabutan Undang-Undang Anti-Homoseksual di [[Kongres Pakar Hukum Jerman]] di [[Munich]]. Buku berjudul ''Sexual Inversion'' karya [[Havelock Ellis]], terbit pada tahun 1896, menantang teori yang menyatakan homoseksualitas adalah keabnormalan beserta stereotip-stereotip yang direkatkan pada individu-individu homoseksual, dan ia juga menekankan pada keberadaan homoseksualitas yang tersebar dimana-mana dengan prestasi intelektual dan prestasi di bidang seni.<ref name=sexualinversion>{{citation |title=Sexual Inversion |first=Havelock |last=Ellis |first2=John Addington |last2=Symonds |year=1975 |publisher=Arno Press |isbn=0405073631}} (reprint)</ref> Meskipun jurnal medis seperti ini (yang ditulis sebagian dalam bahasa Latin untuk mengaburkan rincian isi berbau seksual) tidak secara luas dibaca oleh masyarakat umum, tapi hal ini menjadi tonggak munculnya [[Komite Humanitarian Ilmiah]] [[Magnus Hirschfeld]] yang berkampanye selama tahun 1897-1933 melawan [[Paragraf 175|hukum anti-sodomi di Jerman]], serta sebuah gerakan informal tersembunyi di kalangan intelektual dan penulis Inggris yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti [[Edward Carpenter]] dan [[John Addington Symonds]]. Bermula pada tahun 1894 dengan ''Homogenic Love'', aktivis dan penyair sosialis Edward Carpenter menulis sejumlah artikel dan pamflet pro-homoseksual, dan mengaku sebagai homoseksual dalam bukunya ''My Days and Dreams'' tahun 1916. Pada tahun 1900, [[Elisar von Kupffer]] menerbitkan sebuah antologi puisi homoseksual dari zaman kuno sampai eranya pada masa itu berjudul ''[[Lieblingminne Freundesliebe und in der Weltliteratur]]''. Tujuannya adalah untuk memperluas sudut pandang publik terhadap homoseksualitas yang selama ini dipandang hanya sebagai masalah kedokteran dan biologi, tetapi juga dapat ditinjau sebgai kajian etika dan budaya. Sebagai bentuk penentangannya, [[Reich Ketiga]] menargetkan orang-orang LGBT dalam peristiwa [[Holocaust]].
 
== Timur Tengah, Asia Tengah, dan Asia Selatan ==
[[Berkas:Samarkand A group of musicians playing for a bacha dancing boy.jpg|thumb|''Tarian [[bacha bazi|bacchá]]''.]]
Dalam sejumlah [[budaya Muslim]] di [[Timur Tengah]], praktik homoseksual yang bersifat [[egalitarianisme|egaliter]] dan tersebar di segala usia individu, masih tersebar luas dan terselubung. Di wilayah beriklim sedang dan sub-tropis yang membentang dari [[India Utara]] ke [[Sahara Barat]], pola hubungan sesama jenis tersebar, pada tiap gender atau tiap rentang usia atau keduanya. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan egaliter yang muncul pada pola hubungan barat menjadi lebih sering ditemui, meskipun mereka tetap langka. Pada hubungan seks sesama jenis di beberapa negara Muslim, pemerintahnya menerapkan hukuman mati seperti: [[Arab Saudi]], [[Iran]], [[Mauritania]], [[Nigeria]] utara, [[Sudan]], dan [[Yaman]].<ref>[http://www.ilga.org/news_results.asp?LanguageID=1&FileID=1111&ZoneID=7&FileCategory=50 ILGA:7 countries still put people to death for same-sex acts]</ref>
 
Tradisi seni dan sastra bermunculan membangun homoseksualitas di Timur Tengah. Di negara-negara Arab pada abad pertengahan dan [[Persia]], penyair muslim - kadang [[Sufi]] - menulis syair-syair pujian bagi para remaja lelaki tampan pembawa anggur yang melayani mereka di kedai-kedai minum. Di mayoritas daerah, praktik ini bertahan hingga masa modern, seperti yang didokumentasikan oleh [[Richard Francis Burton]], [[Andre Gide]], dan lain-lain.
 
Di Persia homoseksualitas dan ekspresi homoerotik ditoleransi di banyak tempat umum, dari biara-biara dan seminari-seminari hingga bar, kamp militer, pemandian, dan kedai kopi. Pada masa [[Safawiyyah]] awal (1501-1723), rumah-rumah prostitusi laki-laki (''amrad khane'') secara hukum diakui, dan membayar pajak. Penyair Persia, seperti [[Sa'di (penyair)|Sa'di]] (wafat tahun 1291), [[Hafiz Shirazi|Hafiz]] (wafat tahun 1389), dan [[Jami]] (wafat tahun 1492), menulis puisi penuh dengan sindiran homoerotik. Dua bentuk paling umum yang didokumentasikan adalah perilaku seks komersial dengan transgender muda laki-laki atau laki-laki yang berpura-pura sebagai transgender yang dicontohkan oleh penari-penari [[köçek]] dan [[bacha bazi|bacchá]], dan praktik spiritual Sufistik saat para penyair mengagumi keindahan bentuk seorang anak untuk memasuki keadaan yang bahagia dan melihat sekilas keindahan Tuhan.
 
Sekarang, pemerintah di Timur Tengah sering mengabaikan, membantah keberadaan, atau mengkriminalkan homoseksualitas. Presiden Iran [[Mahmoud Ahmadinejad]], pada pidatonya di [[Universitas Columbia]] tahun 2007, menegaskan bahwa tidak ada kaum gay di Iran. Kaum gay ada di Iran, tetapi kebanyakan mereka tetap merahasiakan seksualitasnya karena takut sanksi pemerintah atau ditolak oleh keluarga mereka.<ref>{{cite news |first=Nazila|last=Fathi|title=Despite Denials, Gays Insist They Exist, if Quietly, in Iran|url=http://www.nytimes.com/2007/09/30/world/middleeast/30gays.html?_r=1&hp&oref=slogin|publisher=New York Times|date=September 30, 2007|accessdate=2007-10-01}}</ref>
 
''[[Manusmṛti|Hukum Manu]]'', dasar hukum Hindu, menyebutkan "jenis kelamin ketiga", yaitu anggota-anggota yang mungkin terlibat dalam ekspresi gender non-tradisional dan aktivitas homoseksual.<ref>Penrose, Walter (2001). Hidden in History: Female Homoeroticism and Women of a "Third Nature" in the South Asian Past, Journal of the History of Sexuality 10.1 (2001), p.4</ref>
 
== Kepulauan Pasifik ==
Hubungan sesama jenis banyak ditemui di masyarakat [[Melanesia]] (khususnya di [[Papua Nugini]]) dan telah menjadi bagian yang menyatu dengan budaya sampai pertengahan abad yang lalu. Suku [[Etoro]] dan [[Marind-anim]], misalnya, memandang heteroseksualitas sebagai dosa sementara homoseksualitas diterima secara umum. Dalam suku Etoro, misalnya, suku ini percaya bahwa kekuatan manusia, kekuatan vitalnya, ditemukan dalam air maninya. Suku ini mengajarkan dan percaya bahwa anak muda harus menelan air mani dari anggota suku yang lebih tua untuk menjadi dewasa. Hal ini secara harfiah diterjemahkan ke dalam hubungan homoseksual antara anak dan mentornya. Sang anak akan "dibuahi" (secara oral, anal, atau topikal, tergantung pada suku) selama beberapa tahun hingga tiba pada saat anak laki-laki tersebut telah tumbuh menjadi seorang pria yang kelak menjadi mentor untuk anak muda lain di sukunya. Pada saat itu, ia dinyatakan lulus pada kekuatan hidup. Suku Etoro juga percaya bahwa jika seorang wanita tidak hamil, dia telah menyia-nyiakan kekuatan hidup dan dianggap berada dalam kasta yang lebih rendah.
 
Meskipun demikian, semenjak masuknya Kristen oleh misionaris Eropa, banyak masyarakat Melanesia yang menolak hubungan sesama jenis.<ref name=melanesia>{{citation |title=Ritualized Homosexuality in Melanesia |first=Gilbert H. |last=Herdt |year=1984 |publisher=University of California Press |isbn=0520080963 |pages=128–136}}</ref>
 
Gender ketiga juga dapat ditemui di Kepulauan Pasifik. Contohnya, di [[Samoa]], ada gender ketiga yang disebut ''[[fa'afafine]]''. Fa'afafine adalah anak laki-laki kemayu yang dibesarkan sebagai perempuan, dan punya [[peran gender]] tersendiri dalam masyarakat Samoa.<ref>Saleimoa Vaai, Samoa Faamatai and the Rule of Law (Apia: The National University of Samoa Le Papa-I-Galagala, 1999).</ref>
 
== Pertimbangan historiografis ==
Istilah "homoseksualitas" diciptakan pada abad ke-19, sementara istilah "heteroseksualitas" dibuat setelahnya masih pada abad yang sama. Istilah "[[biseksual]]" diciptakan pada abad ke-20 saat identitas seksual ditentukan kalangan mayoritas sehingga perlu label bagi mereka yang umumnya tidak hanya tertarik pada satu jenis kelamin. Sejarah seksualitas manusia tidak hanya berbicara sejarah seksualitas kaum heteroseks saja dan sejarah seksualitas kaum homoseks, tetapi mengenai cara melihat konsepsi yang lebih luas sebuah peristiwa sejarah dari sudut pandang konsep modern kita saat ini atau konsep seksualitas yang diambil dari definisi yang paling luas atau harfiah.
Penggambaran tokoh-tokoh sejarah sering disertakan dengan identitas seksual seperti [[straight]], biseksual, [[gay]], atau [[queer]]. Pendukung praktik homoseksual mengatakan bahwa hal itu dapat menyoroti isu-isu seperti historiografi yang bersifat diskriminatif, misalnya, dengan menghapuskan catatan sejarah pengalaman seksual sesama jenis tokoh-tokoh terkemuka, atau karya seni dan sastra buah hasil percintaan sesama jenis, dan sebagainya. Berlawanan dengan itu, beberapa peneliti pro-LGBT tetap berpegang pada teori-teori homoseksualitas, mengeliminasi kemungkinan lain.
Namun, banyak akademisi menganggap penggunaan label sebagai masalah karena perbedaan masyarakat dalam mengkonstruksikan orientasi seksual dan karena konotasi istilah-istilah modern seperti "queer." Misalnya, di banyak masyarakat perilaku seks sesama jenis dan tidak ada identitas seksual yang dibangun. Akademisi biasanya bekerja menentukan kata-kata yang akan digunakan beserta konteksnya. Para pembacanya diingatkan untuk menghindari asumsi terhadap identitas tokoh-tokoh sejarah berdasarkan penggunaan istilah yang disebutkan di atas.
 
=== Yunani Kuno ===
Baris 100 ⟶ 76:
Sejarawan Allan A. Tulchin baru-baru ini berpendapat bahwa bentuk pernikahan sesama jenis oleh laki-laki terjadi di Prancis Abad Pertengahan, dan mungkin sejumlah daerah lainnya di Eropa. Ada kategori hukum yang disebut "enbrotherment" (affrèrement) yang memungkinkan dua orang untuk berbagi tempat tinggal, menggabungkan harta, dan hidup sebagai pasangan menikah. Pasangan berbagi "satu roti, satu anggur, satu tas."<ref>Allan A. Tulchin, "Same-Sex Couples Creating Households in Old Regime France: The Uses of the Affrèrement," ''The Journal of Modern History''. Volume 79, Issue 3, Page 613–647, Sep 2007. [http://www.journals.uchicago.edu/action/doSearch?searchText=tulchin&filter=all&x=0&y=0]</ref> Artikel ini mendapat perhatian cukup besar di pemberitaan berbahasa Inggris, mungkin karena Tulchin telah menemukan bentuk paling awal dari pernikahan sesama jenis.<ref>The Telegraph [http://my.telegraph.co.uk/go/tag/view/blog_post/humanity?num=10&pg=3], NPR [http://www.npr.org/blogs/news/2007/08/could_the_idea_of_civil_unions.html]</ref> Pandangan Tulchin telah juga memicu kontroversi, karena menentang pandangan umum bahwa periode abad pertengahan merupakan salah satu periode yang paling anti-gay dalam sejarah.
 
=== Timur Tengah, Asia Tengah, dan Asia Selatan ===
[[Berkas:Samarkand A group of musicians playing for a bacha dancing boy.jpg|thumb|''Tarian [[bacha bazi|bacchá]]''.]]
Dalam sejumlah [[budaya Muslim]] di [[Timur Tengah]], praktik homoseksual yang bersifat [[egalitarianisme|egaliter]] dan tersebar di segala usia individu, masih tersebar luas dan terselubung. Di wilayah beriklim sedang dan sub-tropis yang membentang dari [[India Utara]] ke [[Sahara Barat]], pola hubungan sesama jenis tersebar, pada tiap gender atau tiap rentang usia atau keduanya. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan egaliter yang muncul pada pola hubungan barat menjadi lebih sering ditemui, meskipun mereka tetap langka. Pada hubungan seks sesama jenis di beberapa negara Muslim, pemerintahnya menerapkan hukuman mati seperti: [[Arab Saudi]], [[Iran]], [[Mauritania]], [[Nigeria]] utara, [[Sudan]], dan [[Yaman]].<ref>[http://www.ilga.org/news_results.asp?LanguageID=1&FileID=1111&ZoneID=7&FileCategory=50 ILGA:7 countries still put people to death for same-sex acts]</ref>
 
Tradisi seni dan sastra bermunculan membangun homoseksualitas di Timur Tengah. Di negara-negara Arab pada abad pertengahan dan [[Persia]], penyair muslim - kadang [[Sufi]] - menulis syair-syair pujian bagi para remaja lelaki tampan pembawa anggur yang melayani mereka di kedai-kedai minum. Di mayoritas daerah, praktik ini bertahan hingga masa modern, seperti yang didokumentasikan oleh [[Richard Francis Burton]], [[Andre Gide]], dan lain-lain.
 
Di Persia homoseksualitas dan ekspresi homoerotik ditoleransi di banyak tempat umum, dari biara-biara dan seminari-seminari hingga bar, kamp militer, pemandian, dan kedai kopi. Pada masa [[Safawiyyah]] awal (1501-1723), rumah-rumah prostitusi laki-laki (''amrad khane'') secara hukum diakui, dan membayar pajak. Penyair Persia, seperti [[Sa'di (penyair)|Sa'di]] (wafat tahun 1291), [[Hafiz Shirazi|Hafiz]] (wafat tahun 1389), dan [[Jami]] (wafat tahun 1492), menulis puisi penuh dengan sindiran homoerotik. Dua bentuk paling umum yang didokumentasikan adalah perilaku seks komersial dengan transgender muda laki-laki atau laki-laki yang berpura-pura sebagai transgender yang dicontohkan oleh penari-penari [[köçek]] dan [[bacha bazi|bacchá]], dan praktik spiritual Sufistik saat para penyair mengagumi keindahan bentuk seorang anak untuk memasuki keadaan yang bahagia dan melihat sekilas keindahan Tuhan.
 
Sekarang, pemerintah di Timur Tengah sering mengabaikan, membantah keberadaan, atau mengkriminalkan homoseksualitas. Presiden Iran [[Mahmoud Ahmadinejad]], pada pidatonya di [[Universitas Columbia]] tahun 2007, menegaskan bahwa tidak ada kaum gay di Iran. Kaum gay ada di Iran, tetapi kebanyakan mereka tetap merahasiakan seksualitasnya karena takut sanksi pemerintah atau ditolak oleh keluarga mereka.<ref>{{cite news |first=Nazila|last=Fathi|title=Despite Denials, Gays Insist They Exist, if Quietly, in Iran|url=http://www.nytimes.com/2007/09/30/world/middleeast/30gays.html?_r=1&hp&oref=slogin|publisher=New York Times|date=September 30, 2007|accessdate=2007-10-01}}</ref>
 
''[[Manusmṛti|Hukum Manu]]'', dasar hukum Hindu, menyebutkan "jenis kelamin ketiga", yaitu anggota-anggota yang mungkin terlibat dalam ekspresi gender non-tradisional dan aktivitas homoseksual.<ref>Penrose, Walter (2001). Hidden in History: Female Homoeroticism and Women of a "Third Nature" in the South Asian Past, Journal of the History of Sexuality 10.1 (2001), p.4</ref>
 
=== Kepulauan Pasifik ===
Hubungan sesama jenis banyak ditemui di masyarakat [[Melanesia]] (khususnya di [[Papua Nugini]]) dan telah menjadi bagian yang menyatu dengan budaya sampai pertengahan abad yang lalu. Suku [[Etoro]] dan [[Marind-anim]], misalnya, memandang heteroseksualitas sebagai dosa sementara homoseksualitas diterima secara umum. Dalam suku Etoro, misalnya, suku ini percaya bahwa kekuatan manusia, kekuatan vitalnya, ditemukan dalam air maninya. Suku ini mengajarkan dan percaya bahwa anak muda harus menelan air mani dari anggota suku yang lebih tua untuk menjadi dewasa. Hal ini secara harfiah diterjemahkan ke dalam hubungan homoseksual antara anak dan mentornya. Sang anak akan "dibuahi" (secara oral, anal, atau topikal, tergantung pada suku) selama beberapa tahun hingga tiba pada saat anak laki-laki tersebut telah tumbuh menjadi seorang pria yang kelak menjadi mentor untuk anak muda lain di sukunya. Pada saat itu, ia dinyatakan lulus pada kekuatan hidup. Suku Etoro juga percaya bahwa jika seorang wanita tidak hamil, dia telah menyia-nyiakan kekuatan hidup dan dianggap berada dalam kasta yang lebih rendah.
 
Meskipun demikian, semenjak masuknya Kristen oleh misionaris Eropa, banyak masyarakat Melanesia yang menolak hubungan sesama jenis.<ref name=melanesia>{{citation |title=Ritualized Homosexuality in Melanesia |first=Gilbert H. |last=Herdt |year=1984 |publisher=University of California Press |isbn=0520080963 |pages=128–136}}</ref>
 
Gender ketiga juga dapat ditemui di Kepulauan Pasifik. Contohnya, di [[Samoa]], ada gender ketiga yang disebut ''[[fa'afafine]]''. Fa'afafine adalah anak laki-laki kemayu yang dibesarkan sebagai perempuan, dan punya [[peran gender]] tersendiri dalam masyarakat Samoa.<ref>Saleimoa Vaai, Samoa Faamatai and the Rule of Law (Apia: The National University of Samoa Le Papa-I-Galagala, 1999).</ref>
 
== Pertimbangan historiografis ==
Istilah "homoseksualitas" diciptakan pada abad ke-19, sementara istilah "heteroseksualitas" dibuat setelahnya masih pada abad yang sama. Istilah "[[biseksual]]" diciptakan pada abad ke-20 saat identitas seksual ditentukan kalangan mayoritas sehingga perlu label bagi mereka yang umumnya tidak hanya tertarik pada satu jenis kelamin. Sejarah seksualitas manusia tidak hanya berbicara sejarah seksualitas kaum heteroseks saja dan sejarah seksualitas kaum homoseks, tetapi mengenai cara melihat konsepsi yang lebih luas sebuah peristiwa sejarah dari sudut pandang konsep modern kita saat ini atau konsep seksualitas yang diambil dari definisi yang paling luas atau harfiah.
Penggambaran tokoh-tokoh sejarah sering disertakan dengan identitas seksual seperti [[straight]], biseksual, [[gay]], atau [[queer]]. Pendukung praktik homoseksual mengatakan bahwa hal itu dapat menyoroti isu-isu seperti historiografi yang bersifat diskriminatif, misalnya, dengan menghapuskan catatan sejarah pengalaman seksual sesama jenis tokoh-tokoh terkemuka, atau karya seni dan sastra buah hasil percintaan sesama jenis, dan sebagainya. Berlawanan dengan itu, beberapa peneliti pro-LGBT tetap berpegang pada teori-teori homoseksualitas, mengeliminasi kemungkinan lain.
Namun, banyak akademisi menganggap penggunaan label sebagai masalah karena perbedaan masyarakat dalam mengkonstruksikan orientasi seksual dan karena konotasi istilah-istilah modern seperti "queer." Misalnya, di banyak masyarakat perilaku seks sesama jenis dan tidak ada identitas seksual yang dibangun. Akademisi biasanya bekerja menentukan kata-kata yang akan digunakan beserta konteksnya. Para pembacanya diingatkan untuk menghindari asumsi terhadap identitas tokoh-tokoh sejarah berdasarkan penggunaan istilah yang disebutkan di atas.
 
== Catatan kaki ==