Kota Bukittinggi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 105:
Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian [[Bukit Barisan]] yang membujur sepanjang pulau [[Sumatera]], dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu [[Gunung Singgalang]] dan [[Gunung Marapi]]. Kota ini berada pada ketinggian 909 – 941 meter di atas permukaan laut, dan memiliki hawa cukup sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1 – 24.9 °C. Sementara dari total luas wilayah kota Bukittinggi saat ini (25,24 km²), 82.8% telah diperuntukan menjadi lahan budidaya, sedangkan sisanya merupakan hutan lindung.
 
Kota ini memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, di antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan dan sebagainya. Sementara terdapat lembah yang dikenal juga dengan [[Ngarai Sianok]] dengan kedalaman yang bervariasi antara 75 - 110 m, yang didasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan [[Batang Masang]].
 
== Kependudukan ==
Baris 129:
 
== Pemerintahan ==
{{utama|Daftar waliWali kotaKota Bukittinggi}}
[[Berkas:Bukittinggi walikota.JPG|thumb|Balai kota Bukittinggi]]
Sejak tahun 1918 kota Bukittinggi telah berstatus ''gemeente'',<ref>''Staadblats van Nederlandsch-Indie'', 310, 1918.</ref> selanjutnya tahun 1930 wilayah kota ini diperluas menjadi 5.2 km².<ref>''Besluit van Gouverneur General'', 25, 1930.</ref> Pada masa pendudukan Jepang wilayah kota ini kembali diperluas. Kemudian di awal kemerdekaan Indonesia terjadi tumpang tindih batas-batas wilayah kota ini karena penetapan sepihak baik masa Hindia-Belanda maupun Jepang.
Baris 206:
Kota Bukittinggi telah memiliki pelayanan kesehatan yang baik, di mana kota dengan luas relatif kecil ini telah memiliki 5 rumah sakit, yaitu 3 buah milik pemerintah dan 2 milik swasta. Serta didukung oleh 5 buah [[puskesmas]], 6 puskesmas keliling, dan 15 puskesmas pembantu. Salah satu yang utama adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar, merupakan rumah sakit umum milik pemerintah tipe B dengan jumlah tempat tidur sebanyak 299.<ref name="depkes">www.depkes.go.id [http://www.depkes.go.id/downloads/profil_kesehatan_prov_kab/profil_kes_kota_bukittinggi_2009.pdf Profil Kesehatan Kota Bukittinggi]</ref>
 
[[Rumah Sakit Stroke Nasional]] yang terdapat di kota ini, merupakan rumah sakit milik pemerintah dengan pelayanan khusus penyakit ''[[stroke'']], dan memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 124 buah.<ref>www.bukittinggikota.go.id [http://www.bukittinggikota.go.id/v2/index.php?class=text&file_id=15 Kesehatan] (diakses pada 11 Juli 2010)</ref><ref>www.depkes.go.id [http://www.depkes.go.id/index.php?option=com_depkesdirectory Daftar rumah sakit] (diakses pada 11 Juli 2010)</ref> Selain itu terdapat juga [[Rumah Sakit Islam Ibnu Sina]], sebuah rumah sakit swasta yang telah memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 136 buah.<ref name="depkes"/>
 
Sementara untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, sampai tahun 2009 terdapat 8 institusi pendidikan tenaga kesehatan di Kota Bukittinggi. 2 institusi milik pemerintah (Poltekes) dan 6 dikelola oleh pihak swasta.<ref name="depkes"/>
Baris 215:
Kota Bukittinggi berada pada posisi strategis Jalur Lintas Sumatera, yang menghubungkan [[Padang]], [[Medan]], dan [[Palembang]], serta berada diantara [[Padang]] dan [[Pekanbaru]]. [[Terminal Aur Kuning]] merupakan terminal utama untuk angkutan transportasi darat di kota ini. Sementara untuk transportasi dalam kota, tersedia angkutan kota, taksi, dan bendi (kereta kuda).
 
Sebelumnya kota ini dilalui oleh jalur kereta api yang menghubungkan [[Kota Payakumbuh]] dan [[Kota Padang]], yang dibangun sekitar awal abad ke 20. Namun pada dekade 1970-an, sarana transportasi ini tidak diaktifkan lagi. Kota ini juga telah memiliki sarana transportasi udara non-kelas yang bernama [[Bandar Udara Gadut|Bandara Bukittinggi]].<ref>Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, (1999), ''Profil 111 kawasan andalan Indonesia: Kawasan barat Indonesia'', Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional</ref>
 
== Perekonomian ==
Baris 234:
Di Taman Bundo Kanduang terdapat replika [[Rumah Gadang]] yang berfungsi sebagai [[museum]] kebudayaan [[Minangkabau]]. [[Kebun Binatang Bukittinggi]] dan benteng [[Fort de Kock (benteng)|Fort de Kock]], dihubungkan oleh jembatan penyeberangan yang disebut [[Jembatan Limpapeh]]. Jembatan penyeberangan Limpapeh berada di atas Jalan A. Yani yang merupakan jalan utama di Kota Bukittinggi.
 
Pasar Ateh (Pasar Atas) berada berdekatan dengan [[Jam Gadang]] yang merupakan pusat keramaian kota. Di Pasar Ateh terdapat banyak penjual kerajinan tangan dan bordir,<ref>{{cite book |last=Vaisutis |first=Justine |authorlink=Justine Vaisutis |coauthors= |title=Indonesia |year=2007 |publisher=Lonely Planet |location= |id=ISBN 1-74104-435-9 }}</ref> serta makanan kecil oleh-oleh khas Sumatera Barat, seperti [[Karupuak Sanjai]] (keripik singkong ala daerah Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, [[Karupuak Jangek]] yang dibuat dari bahan kulit sapi atau kerbau, dan [[Karak Kaliang]], sejenis makanan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk seperti angka 8. Saat ini juga telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan modern di Kota Bukittinggi.
 
== Olahraga ==