Perang Diponegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
 
== Latar belakang ==
Setelah kekalahannya dalam [[Peperangan era Napoleon]] di Eropa, pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha menutup kekosongan kasdefisit mereka dengan memberlakukan berbagai pajak di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia Belanda. Selain itu, mereka juga melakukan monopoli usaha dan perdagangan untuk memaksimalkan keuntungan. Pajak-pajak dan praktek monopoli tersebut amat mencekik rakyat Indonesia yang ketika itu sudah sangat menderita.Banyak hasil bumi diambil oleh Belanda.
 
Untuk semakin memperkuat kekuasaan dan perekonomiannya, Belanda mulai berusaha menguasai kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, salah satu di antaranya adalah KerajaanKesultanan Yogyakarta. Ketika Sultan Hamengku Buwono IV wafat, kemenakannya, [[Sultan Hamengku Buwono V]] yang baru berusia 3 tahun, diangkat menjadi penguasaSultan. Akan tetapi pada prakteknya, pemerintahan kerajaan dilaksanakan oleh [[Patih Danuredjo]], seseorang yang digambarkan sebagai mudah dipengaruhi dan tunduk kepadapada pemerintah Belanda. BelandaPengangkatan Sultan tersebut dianggap mengangkatoleh seseorangrakyat saat itu sebagai sebuah aksi yang tidak sesuai dengan pilihan/adat keratonsetempat.
 
Pada pertengahan bulan [[Mei]] [[1825]], pemerintah Belanda yang awalnya memerintahkan pembangunan jalan dari [[Yogyakarta]] ke [[Magelang]] lewat [[Muntilan]], mengubah rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo. Rupanya diDi salah satu sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut. Namun Belanda tetap memasang patok-patok tersebut bahkan yang sudah jatuh sekalipun. Karena kesal, Pangeran Diponegoro mengganti patok-patok tersebut dengan tombak.
 
Belanda yang mempunyai alasan untuk menangkap Pangeran Diponegoro karena dinilai telah memberontak, pada [[20 Juli]] [[1825]] mengepung kediaman beliaukediamannya. Terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Sementara itu, pemerintah Belanda —yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro— membakar habis kediaman Pangeran.
 
Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. PangeranIa menempati goa sebelah Barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaan beliau. Sedangkan [[Raden Ayu Retnaningsih]] (selir yangdari palingPangeran setiaDiponegoro menemanisetelah Pangeranwafat setelahdari duakedua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur.
 
Setelah penyerangan itu, dimulailah sebuah perang besar yang akan berlangsung selama 5 tahun lamanya. Di bawah kepemimpinan Diponegoro, rakyat pribumi bersatu dalamdengan semangatseruan "''Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati''"; sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati. Selama perang, sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan [[Diponegoro]]. Perjuangan Diponegoro dibantu [[Kyai Maja]] yang juga menjadimerupakan pemimpin spiritual pemberontakan. <!--Pemberontakan ini juga menyerang orang-orang keturunan Tionghoa KARENA??-->Dalam perang jawa ini Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubowono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.
 
== Jalannya perang ==