Kabupaten Pangandaran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 180.246.1.114 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Relly Komaruzaman
Baris 49:
 
=== Sejarah ===
Pada awalnya [[desa]] [[Pananjung]] [[Pangandaran]] ini dibuka dan ditempati oleh para [[nelayan]] dari [[Suku Sunda]] dan [[Suku Jawa]]. Penyebab pendatang lebih memilih daerah Pangandaran untuk menjadi tempat tinggal karena gelombang laut yang kecil yang membuat mudah untuk mencari ikan. Karena di [[Pantai Pangandaran]] inilah terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut yang sekarang menjadi [[cagar alam]] atau [[hutan lindung]], tanjung inilah yang menghambat atau menghalangi gelombang besar untuk sampai ke pantai. Di sinilah para [[nelayan]] menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu yang dalam [[Bahasa Sunda]] nya disebut andar setelah beberapa lama banyak berdatangan ke tempat ini dan menetap sehingga menjadi sebuah perkampungan yang disebut Pangandaran. [[Pangandaran]] berasal dari dua buah kata “Pangan” dan “Daran” .dalam [[Bahasa Jawa]] yang artinya pangan adalah “Makanan” dan daran adalah “Pendatang”. Jadi Pangandaran artinya “Sumber Makanan Para Pendatang”.
Lalu para sesepuh terdahulu memberi nama [[desa]] [[Pananjung]], karena menurut para sesepuh terdahulu di samping daerah itu terdapat tanjung di daerah ini pun banyak sekali terdapat keramat-keramat di beberapa tempat. Pananjung artinya dalam [[bahasa sunda]] “Pangnanjung-Nanjungna” ( Paling Subur atau Paling Makmur )
Pada mulanya Pananjung merupakan salah satu pusat kerajaan, sejaman dengan [[kerajaan Galuh]] Pangauban yang berpusat di [[Putrapinggan]] sekitar abad XIV M. setelah munculnya [[kerajaan Pajajaran]] di [[Pakuan]], [[Bogor]]. Nama rajanya adalah [[Prabu Anggalarang]] yang salah satu versi mengatakan bahwa beliau masih keturunan [[Prabu Haur Kuning]], raja pertama [[kerajaan Galuh]] [[Pagauban]], namun sayangnya [[kerajaan Pananjung]] ini hancur diserang oleh para Bajo (Bajak Laut) karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hasil bumi kepada mereka, karena pada saat itu situasi rakyat sedang dalam keadaan paceklik (gagal panen).