Umbul Pengging: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hudha.nurhani (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Hudha.nurhani (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
| latitude=-7.55
| longitude=110.68
| location_town=[[Dukuh, Banyudono, Boyolali|Dukuh]], [[Banyudono, Boyolali|Banyudono]], [[Kabupaten Boyolali|Boyolali]], [[Jawa Tengah]]
| location_country=[[Indonesia]]
| architect=
Baris 31:
Pengging adalah nama kuno untuk suatu wilayah yang sekarang terletak di antara Solo dan Yogya (kira-kira mencakup wilayah Boyolali dan [[Klaten]] serta mungkin [[Salatiga]]). Pusatnya sekarang diperkirakan terletak di Banyudono, Boyolali.
 
Nama Pengging disebut-sebut dalam legenda Rara Jonggrang tentang pembangunan kompleks [[Candi Prambanan]]. Selanjutnya, dalam sejumlah babad yang menerangkan penyebaran agama [[Islam]] di selatan Jawa wilayah ini kembali disebut-sebut, dengan tokohnya Ki Ageng Pengging. Tokoh ini dikenal sebagai pemberontak di wilayah Kesultanan Demak. Kalangan sejarah di Jawa banyak yang menganggap bahwa Pengging adalah cikal-bakal Kerajaan Pajang, kerajaan yang mengambil alih kekuasaan di Jawa setelah [[Kesultanan Demak]] runtuh.
 
Semenjak berkembangnya Kesultanan Mataram dan masa-masa selanjutnya, wilayah Pengging kehilangan kepentingannya dan pusat pemerintahannya berangsur-angsur menjadi tempat untuk pelaksanaan ritual bagi keluarga penerus [[Mataram]]. Pengelolaan situs sejarah ini pada masa kolonial dilakukan oleh pihak [[Kasunanan Surakarta]] dan sekarang tanggung jawab berada di tangan Pemerintah Kabupaten Boyolali.
 
== Jenis kolam pemandian ==
Baris 41:
Umbul Temanten berbentuk persegi panjang dan memiliki kedalaman kurang lebih 50—170 cm. Di area pemandian ini juga terdapat tempat pemandian khusus untuk anak-anak, yang dilengkapi juga dengan pelampung dan beberapa bola. Pemandian khusus anak-anak ini berada di arah tenggara Umbul Temanten. Selain itu, di kolam pemandian Umbul Temanten ini juga dilengkapi dengan fasilitas 24 kamar ganti dan sejumlah kamar bilas.
 
Menurut cerita masyarakat, asal mula Pemandian Umbul Temanten berawal dari kunjungan Sri Paduka Susuhunan [[Paku Buwono X]] yang melihat dua buah sumber air (umbul) yang terletak berdekatan di area Umbul Temanten ini. Setelah melihat kedua umbul tersebut, Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X kemudian berdoa kepada [[Tuhan]] agar kedua umbul tersebut dipersatukan. Setelah selesai berdoa, akhirnya permintaan Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X itu dikabulkan Tuhan. Bersatunya kedua umbul itu kemudian diberi nama Umbul Temanten yang diibaratkan menyatunya dua mempelai yang rukun menjadi satu. Peristiwa itu juga sekaligus mengandung piwulang (nasehat) kepada masyarakat bahwa dalam mengarungi hidup berumah tangga, suami isteri harus bisa menjalin hubungan yang rukun.
 
* Umbul Ngabean