Astadasaparwa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- asal-usul + asal usul )
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 16:
# [[Santiparwa]]
# [[Anusasanaparwa]]
# [[Aswamedikaparwa]]
# [[Asramawasikaparwa]]
# [[Mosalaparwa]]
Baris 49:
 
=== [[Karnaparwa]] ===
Kitab [[Karnaparwa]] merupakan kitab kedelapan dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah diangkatnya [[Karna]] sebagai panglima perang pasukan [[Korawa]], menggantikan Bagawan [[Drona]] yang telah gugur. Setelah [[Abimanyu]] dan [[Gatotkaca]] gugur, [[Arjuna]] dan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] mengamuk. Mereka banyak membantai pasukan [[Korawa]]. dalam kitab ini diceritakan bahwa Bima berhasil membunuh [[Dursasana]] dan merobek dadanya untuk meminum darahnya. [[Salya]], Raja [[Kerajaan Madra|Madra]], menjadi kusir kereta Karna. Kemudian terjadi pertengkaran antara Salya dengan Karna. Dalam kitab ini diceritakan bahwa roda [[kereta perang]] Karna terperosok ke dalam lubang. Karna turun dari kereta dan mencoba untuk mengangkat roda keretanya. Dengan senjata panah pasupati, [[Arjuna]] berhasil membunuh Karna yang sedang lengah.
 
=== [[Salyaparwa]] ===
Baris 55:
 
=== [[Sauptikaparwa]] ===
Kitab [[Sauptikaparwa]] merupakan kitab kesepuluh dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah tiga ksatria dari pihak [[Korawa]] yang melakukan serangan membabi buta pada di malam hari, saat tentara [[Pandawa]] sedang tertidur pulas. Ketiga ksatria tersebut adalah [[Aswatama]], [[Krepa]], dan [[Kritawarma]]. Aswatama yang didasari motif balas dendam membunuh seluruh pasukan [[Kerajaan Panchala|Panchala]] termasuk [[Drestadyumna]], yang membunuh [[Drona]], ayah Aswatama. Selain itu Aswatama juga membunuh [[Srikandi]] serta kelima putera Pandawa atau [[Pancawala]]. Aswatama kemudian menyesali perbuatannya lalu pergi ke tengah hutan, berlindung di pertapaan Rsi [[Byasa]]. Para Pandawa dan [[Kresna]] menyusulnya. Kemudian di sana terjadi pertarungan sengit antara Aswatama dengan Arjuna. Rsi Byasa dan Kresna berhasil menyelesaikan pertengkaran tersebut. Kemudian Aswatama menyerahkan seluruh senjata dan kesaktiannya. Ia sendiri mengundurkan diri demi menjadi pertapa.
 
=== [[Striparwa]] ===
Baris 73:
 
=== [[Mosalaparwa]] ===
Kitab [[Mosalaparwa]] merupakan kitab keenam belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah binasanya bangsa [[Wresni]] karena kutukan seorang [[Brahmana]]. Bangsa Wresni menghancurkan sesamanya dengan menggunakan senjata [[gada]] (mosala) setelah lupa diri karena meminum arak yang menyebabkan mereka mabuk. Sehabis pertempuran bangsa Wresni, [[Baladewa]] bermeditasi di tengah hutan kemudian mengeluarkan ular suci dari mulutnya, setelah itu ia menghilang mencapai keabadian. Setelah [[Kresna]] ditinggal Baladewa dan bangsa Wresni musnah semua, ia pergi ke tengah hutan untuk bertapa. Di dalam hutan, seorang pemburu melihat kaki Kresna bagaikan seekor rusa kemudian menembakkan anak panah. Hal tersebut membuat Kresna mencapai keabadian dan meninggalkan dunia fana. [[Arjuna]] sempat mengunjungi Dwarawati, dan ia mendapati bahwa kota tersebut telah sepi. Ia mengadukan hal tersebut kepada Rsi [[Byasa]], dan Rsi Byasa menasihati para [[Pandawa]] agar meninggalkan hal-hal duniawi untuk menempuh hidup sebagai “Sanyasin” (pertapa).
 
=== [[Prasthanikaparwa]] ===
Kitab [[Prasthanikaparwa]] merupakan kitab ketujuh belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah [[Pandawa]] dan [[Dropadi]] yang mengundurkan diri dari pemerintahan dan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi untuk menjadi seorang pertapa. Mereka menyerahkan tahta kepada [[Parikesit]], satu-satunya keturunan mereka yang selamat dari perang [[Bharatayuddha]]. Para Pandawa beserta Dropadi berencana untuk berziarah ke gunung [[Himalaya]] sebagai akhir hidup mereka. Dalam perjalanan, Dropadi dan satu persatu dari Pandawa bersaudara ([[Sahadewa]], [[Nakula]], [[Arjuna]], [[Bima (tokoh Mahabaharata)|Bima]]) meninggal dalam perjalanan. Hanya [[Yudistira]] yang masih hidup dan melanjutkan perjalanannya. Yudistira membiarkan jenazah saudara-saudaranya terkubur di tengah perjalanan tanpa memberikan upacara pembakaran yang layak. Di tengah jalan, Yudistira bertemu dengan seekor [[anjing]], dan anjing tersebut kemudian menjadi teman perjalanannya. Bersama-sama, mereka berdua berhasil mencapai puncak. Sesampainya di puncak, kereta kencana Dewa [[Indra]] pun turun ke bumi untuk menjemput Yudistira ke [[surga]].
 
=== [[Swargarohanaparwa]] ===