Kerajaan Mysore: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38:
'''Kerajaan Mysore''' adalah kerajaan yang terletak di [[India]] selatan. Secara tradisional, kerajaan ini diyakini didirikan pada tahun 1399 di kota [[Mysore]]. Kerajaan yang diperintah oleh penguasa dari keluarga [[Wodeyar]] ini pada awalnya adalah [[feudalisme|negara vassal]] [[Kemaharajaan Wijayanagara]]. Setelah Kemaharajaan Wijayanagara mengalami kemunduran (kurang lebih tahun 1565), kerajaan ini merdeka. Pada abad ke-17, wilayahnya meluas dan di bawah kekuasaan [[Kanthirawa Narasaraja I|Narasaraja Wodeyar I]] dan [[Chikka Dewaraja|Chikka Dewaraja Wodeyar]] kerajaan ini menguasai wilayah [[Karnataka]] selatan dan sebagian dari [[Tamil Nadu]], sehingga menjadi negara yang kuat di [[Dekkan]] selatan.
 
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan akhir abad ke-18 di bawah kepemimpinan [[Hyder Ali|HaiderHaidar Ali]] dan putranya [[Tipu Sultan]]. Pada saat itu, negara ini berkonflik dengan [[Kemaharajaan Maratha|Maratha]], [[Negara Hyderabad|Hyderabad]], [[Kerajaan Travancore|Travancore]], dan [[Imperium Britania]], yang menyebabkan meletusnya empat [[peperangan Inggris-Mysore|perang Inggris-Mysore]]. Walaupun dalam dua perang pertama Mysore berhasil menang, Mysore dikalahkan pada perang ketiga dan keempat. Setelah kematian Tipu selama perang keempat pada tahun 1799, sebagian besar wilayah kerajaannya diambil oleh bangsa Britania, sehingga hegemoni Mysore di Dekkan selatan berakhir. Britania mengembalikan keluarga Wodeyar ke tahta, namun menurunkan statusnya menjadi [[negara kepangeranan]]. Keluarga Wodeyar terus memerintah negara ini hingga kemerdekaan [[India]] pada tahun 1947, ketika Mysore setuju untuk bergabung dengan India.
 
Bahkan saat sudah menjadi negara kepangeranan, Mysore masih diperhitungkan sebagai wilayah India yang lebih modern dan terurbanisasi. Pada periode tersebut, Mysore juga menjadi pusat seni dan budaya di India, dan warisan seni mereka masih berpengaruh hingga kini.
Baris 55:
[[Chikka Dewaraja]] (berkuasa 1672–1704), salah satu raja Mysore yang terkenal, tidak hanya berhasil bertahan dari berbagai masalah, tetapi juga mampu memperluas wilayah. Ia melakukannya dengan bersekutu dengan Maratha dan Mughal.<ref name="alliance">Subrahmanyam (2001), hal. 71</ref><ref name="early">Kamath (2001), hal. 228–229</ref> Wilayah kerajaan pun meluas hingga mencapai [[Salem, Tamil Nadu|Salem]] dan [[Bangalore]] di timur, [[Distrik Hassan|Hassan]] di barat, [[Chikkamagaluru]] dan [[Tumkur]] di utara, dan [[Coimbatore]] di selatan.<ref name="salem">Subrahmanyam (2001), hal. 69; Kamath (2001), hal. 228–229</ref> Walaupun wilayah kerajaan telah meluas dan terbentang dari [[Ghat Barat]] hingga pedalaman [[Coromandel]], Mysore tetap tidak memiliki akses langsung ke laut. Upaya Chikka Dewaraja untuk memperoleh wilayah pesisir mengakibatkan meletusnya konflik dengan [[Nayaka Keladi|''Nayaka'']] [[Ikkeri]] (yang menguasai wilayah pesisir [[Kanara]]) dan raja-raja Kodagu (yang menguasai wilayah perbukitan di antara Mysore dan pesisir Kanara).<ref name="coast">Subrahmanyam (2001), hal. 69</ref> Mysore berhasil menguasai Periyapatna, namun mengalami kegagalan di Palupare.<ref name="reverse">Subrahmanyam (2001), hal. 70</ref>
 
Namun, pada tahun 1704, ketika tampuk kekuasaan diwariskan kepada [[Narasaraja Wodeyar II|Kanthirawa Narasaraja II]], keberlangsungan dan perluasan wilayah kerajaan dicapai melalui aliansi, negosiasi, penundukan, dan pencaplokan wilayah. Menurut sejarawan Sanjay Subrahmanyam dan Sethu Madhawa Rao, Mysore saat itu secara resmi membayar upeti kepada Mughal. Catatan sejarah Mughal mengklaim bahwa upeti tetap (''peshkash'') dibayar oleh Mysore. Namun, sejarawan Suryanath Kamath merasa bahwa Mughal mungkin menganggap Mysore sebagai sekutu mereka, yang disebabkan oleh persaingan antara Mughal dan Maratha di India Selatan.<ref name="peinisular">Subrahmanyam (2001), hal. 70–71; Kamath (2001), hal. 229</ref> Pada tahun 1720-an, saat Mughal mengalami kemunduran, muncul kesulitan karena penduduk Mughal di [[Arcot]] dan [[Sira, India|Sira]] menuntut upeti.<ref name="alliance"/> Pada tahun-tahun berikutnya, Krishnaraja Wodeyar I mencoba menanggapi secara hati-hati, sementara menahan kepala-kepala suku Kodagu dan Maratha. Ia kemudian digantikan oleh Chamaraja Wodeyar VI; pasa masanya, kekuasaan jatuh ke tangan perdana menteri (''Dalwai'' atau ''Dalavoy'') Nanjarajiah (atau Nanjaraja) dan kepala menteri (''Sarwadhikari'') Dewarajiah (atau Dewaraja), dua bersaudara yang berpengaruh dari kota Kalale (dekat [[Nanjangud]]) yang akan berkuasa selama tiga dasawarsa dan membatasi peranan [[Chamaraja Wodeyar VI]] menjadi peranan yang berkenaan dengan gelar saja.<ref name="right">Pranesh (2003), hal. 44–45</ref><ref name="bahadur">Kamath (2001), hal. 230</ref> Kemudian, pada masa pemerintahan [[Krishnaraja Wodeyar II|Krishnaraja II]], [[Kesultanan-Kesultanan Dekkan]] telah dikalahkan oleh Mughal, dan selama kekacauan berlangsung, [[HaiderHaidar Ali]] (yang merupakan seorang kapten dalam angkatan bersenjata) mulai menonjol.<ref name="ranadulla"/> Kemenangannya dalam pertempuran melawan Maratha di [[Bangalore]] pada tahun 1758 menjadikannya tokoh yang ikonik. Untuk menghormati pencapaiannya, raja memberinya gelar "Nawab Haidar Ali Khan Bahadur".<ref name="bahadur" />
 
===Haidar Ali dan Tipu Sultan===
[[Berkas:HyderAliDominions1780max.jpg|200px|thumb|Wilayah Kerajaan Mysore di bawah kekuasaan [[HyderHaidar Ali]] pada tahun 1780.]]
[[Berkas:The North Entrance Into The Fort Of Bangalore -with Tipu's flag flying-.jpg|200px|thumb|left|Bendera [[Kesultanan Mysore]] di pintu masuk benteng [[Bangalore]].]]
[[Berkas:TipuSultan1790.jpg|175px|thumb|left|200px|Potret [[Tipu Sultan]] yang dibuat selama [[Perang Inggris-Mysore Ketiga]].]]
Baris 70:
Untuk menahan kebangkitan Haidar, Britania bersekutu dengan Maratha dan [[Nizam]] Hyderabad, sehingga memicu [[Perang Inggris-Mysore]] pertama pada tahun 1767. Walaupun unggul jumlah, Haidar Ali mengalami kekalahan di Chengham dan Tiruvannamalai. Britania menolak tawaran perdamaian hingga Haidar memindahkan angkatan bersenjatanya hingga lima mil dari [[Madras]].<ref name="Venkata Ramanappa 1975 p. 207"/><ref name="dhar"/><ref name="peace">Chopra et al. (2003), hal. 73</ref> Pada tahun 1770, saat tentara Maratha di bawah pimpinan [[Madhavrao Peshwa]] menyerang Mysore, Haidar mengharapkan bantuan Britania sesuai dengan perjanjian pada tahun 1769, namun Britania tidak membantunya. Hal tersebut membuat Haidar sangat tidak memercayai Britania-sentimen yang juga dimiliki oleh putranya dan yang akan memicu perseteruan Inggris-Mysore tiga dasawarsa berikutnya.
 
Pada tahun 1779, Haidar Ali merebut sebagian Tamil Nadu dan [[Kerala]] di selatan, sehingga memperluas wilayah Mysore hingga mencapai 80.000&nbsp;mi² (205.000&nbsp;km²).<ref name="dhar"/> Pada tahun 1780, ia berteman dengan Perancis dan berdamai dengan Maratha dan Nizam.<ref name=autogenerated1>Chopra et al. (2003), hal. 74</ref> Namun, Haidar Ali dikhianati oleh Maratha dan Nizam, yang juga membuat traktat dengan Britania. Pada Juli 1779, HaiderHaidar Ali memimpin angkatan bersenjata yang terdiri dari 80.000 tentara (sebagian besar kavaleri) untuk mengepung benteng-benteng Britania di Arkot utara, sehingga memicu [[Perang Inggris-Mysore Kedua]]. Haidar Ali awalnya berhasil, terutama di [[Pertempuran Pollilur|Pollilur]] (yang merupakan kekalahan terburuk Britania di India hingga meletusnya [[Pertempuran Chillianwala]]) dan Arkot; namun, kedatangan [[Sir Eyre Coote]] mengubah jalannya perang.<ref name="rout">Chopra et al. (2003), hal. 75</ref> Pada tanggal 1 Juni 1781, Sir Eyre Coote berhasil mengalahkan Haidar Ali dalam [[Pertempuran Porto Novo]]. Setelah pertempuran ini, meletus pertempuran di Pollilur pada tanggal 27 Agustus, yang lagi-lagi dimenangkan oleh Britania, dan sebulan kemudian tentara Mysore dikalahkan di [[Sholinghur]] satu bulan kemudian. Haidar Ali meninggal pada tanggal 7 Desember 1782, tetapi pertempuran melawan Britania masih berlanjut. Ia digantikan oleh putranya [[Tipu Sultan]], yang meneruskan perlawanan dengan merebut kembali Baidanur dan Mangalore.<ref name="dhar"/><ref name="host1">Chopra et al. 2003, hal. 75</ref>
 
Pada tahun 1783, baik Britania maupun Mysore tidak dapat menggapai kemenangan penuh. Perancis menarik dukungan mereka terhadap Mysore setelah ditandatanganinya [[Traktat Versailles (1783)|perjanjian perdamaian Versailles]] di Eropa.<ref>Venkata Ramanappa, M. N. (1975), hal. 211</ref> Tipu, yang umumnya dikenal dengan sebutan "Macam Mysore", tetap meneruskan perang melawan Britania, namun Britania berhasil merebut beberapa wilayah di pesisir. Wilayah [[Kittur]], Nargund, dan [[Badami]] kemudian dikuasai oleh Maratha. [[Traktat Mangalore]] yang ditandatangani pada tahun 1784 mengakhiri peperangan untuk sementara waktu dan mengembalikan wilayah seperti saat sebelum perang (''[[status quo ante bellum]]'').<ref name="surrender"/><ref name="surrender1">Chopra et al. (2003), hal. 75–76</ref> Traktat ini merupakan dokumen yang penting dalam sejarah India karena merupakan peristiwa terakhir ketika negara di anak benua India menentukan isi traktat dengan Britania. Meletusnya kembali pertempuran antara Britania dan Perancis di Eropa menjadi alasan yang cukup bagi Tipu untuk membatalkan traktat dan meneruskan ambisinya untuk menghantam Britania.<ref name="strike">Chopra et al. (2003), hal. 77</ref> Tipu mengajak Nizam, Maratha, Perancis, dan Turki untuk membantunya, namun gagal.<ref name="strike"/>
Baris 81:
Pada masa kekuasaan Chikka Dewaraja, terjadi beberapa reformasi. Administrasi internal disesuaikan dengan kebutuhan kerajaan dan dibuat menjadi lebih efisien. Sistem pos diadakan, sementara reformasi finansial juga digalakkan. Sejumlah pajak kecil-kecilan ditetapkan sebagai pengganti pajak langsung, sehingga petani harus membayar lebih banyak melalui pajak tanah.<ref>Venkata Ramanappa, M. N. (1975), p.203</ref> Konon sang raja secara pribadi tertarik dengan pengumpulan pajak sehingga kas negara menumpuk hingga mencapai angka 90.000.000&nbsp;''[[Pagoda (koin)|Pagoda]]'' (satuan mata uang) – penghasilan yang membuatnya dijuluki "Sembilan [[crore]] Narayana" (''Nawakoti Narayana''). Pada tahun 1700, Chikka mengirim duta besar ke istana [[Aurangazeb]] di [[Kemaharajaan Mughal]]; Aurangazeb kemudian menganugerahi gelar ''Jug Deo Raja'' kepada Chikka dan memberinya izin untuk singgah di tahta gading. Setelah itu, berdasarkan apa yang dilihat utusannya di istana Mughal, Chikka mendirikan kantor distrik (''Attara Kacheri''), atau sekretariat pusat yang terdiri dari delapan belas departemen.<ref name="sec">Kamath (2001), hal. 228–229; Venkata Ramanappa, M. N. (1975), hal. 203</ref>
 
Di bawah pemerintahan [[Hyder Ali|HaiderHaidar Ali]], Kerajaan Mysore terbagi menjadi lima provinsi (''Asofi''), yang terdiri dari 171 [[taluk]] (''Paragana'').<ref name="british">Kamath (2001), hal. 233</ref> Saat [[Tipu Sultan]] menjadi penguasa ''de facto'', Mysore, yang luasnya mencapai {{convert|160000|km²|0|abbr=on}} (62.000&nbsp;mi²), terbagi menjadi 37 provinsi dan 124 taluk (''Amil''). Setiap provinsi dipimpin oleh seorang gubernur (''Asof'') dan seorang wakil gubernur. Masing-masing taluk dikepalai oleh ''Amildar'', sementara sekelompok desa berkuasa atas ''Patel''.<ref name="install" /> Pemerintahan pusat terdiri dari enam departemen yang dikepalai oleh menteri, yang dibantu oleh dewan penasihat yang terdiri dari hingga empat anggota.<ref name="zum">Kamath (2001), hal. 235</ref>
 
Setelah menjadi [[negara kepangeranan]] di bawah kekuasaan Britania pada tahun 1831, negara ini dipimpin oleh komisioner-komisioner seperti Lushington, Briggs, dan Morrison. Pada tahun 1834, komisioner yang bertugas adalah Mark Cubbon.<ref name="blore">Kamath (2001), hal. 251</ref> Ia menjadikan [[Bangalore]] sebagai ibukota dan membagi negara ini menjadi empat divisi, masing-masing di bawah pimpinan seorang [[superintenden]] Britania. Negara ini juga dibagi menjadi 120 taluk, dengan 85 istana taluk dan administrasi-administrasi tingkat rendah dalam [[bahasa Kannada]].<ref name="blore"/> Kantor komisioner terdiri dari delapan departemen: pajak, pos, polisi, kavaleri, pekerjaan umum, medis, peternakan, kehakiman, dan pendidikan. Departemen kehakiman bersifat hierarkis, dengan komisioner di puncak hierarki, yang kemudian diikuti oleh ''Huzur Adalat'', superintenden, dan delapan ''Sadar Munsiff'' di tingkat terendah.<ref name="adalat">Kamath (2001), hal. 252</ref> [[Lewin Bentham Bowring|Lewin Bowring]] menjadi kepala komisioner pada tahun 1862 dan memegang jabatan tersebut hingga tahun 1870. Selama masa pemerintahannya, "Undang-Undang Registrasi" Properti, "Undang-Undang Pidana India", dan "Undang-Undang Prosedur Pidana" diberlakukan, sementara departemen kehakiman dipisahkan dari cabang [[eksekutif]] pemerintahan.<ref name="adalat"/>
Baris 112:
Walaupun mengalami kemunduran pada abad pertengahan akhir, [[Jainisme]] juga didukung oleh beberapa raja Mysore, yang memberikan sumbangan kepada ordo rahib [[Jain]] di kota [[Shrawanabelagola]].<ref name="shrav">Pranesh (2003), hal. 44</ref><ref name="lak1">Kamath (2001), hal. 229–230</ref> Catatan sejarah menunjukkan bahwa beberapa raja Wodeyar tidak hanya mengawasi perayaan ''[[Mahamastakabhisheka]]'', yang merupakan perayaan Jain yang penting di Shravanabelagola, tetap juga secara pribadi memanjatkan doa (''[[Puja (Hinduisme)|puja]]'') pada tahun 1659, 1677, 1800, 1825, 1910, 1925, 1940, dan 1953.<ref name="puja">Singh (2001), hal. 5782–5787</ref>
 
Hubungan antara India Selatan dengan [[Islam]] sudah berlangsung dari abad ke-7, ketika perdagangan antara kerajaan-kerajaan Hindu dan [[kekhalifahan|kekhalifahan-kekhalifahan]] [[Islam]] berkembang. Pedagang-pedagang Muslim menetap di [[Pesisir Malabar]] dan menikahi perempuan Hindu lokal, dan keturunan mereka disebut ''Mappillas''.<ref name="map">Sastri (1955), hal. 396</ref> Pada abad ke-14, Muslim merupakan kaum minoritas yang penting di selatan, walaupun kemunculan misionaris [[Imperium Portugal|Portugal]] menghambat perkembangan mereka.<ref name="map"/> Walaupun merupakan seorang Muslim yang taat, HaiderHaidar Ali tidak membiarkan imannya mengganggu urusan pemerintahan kerajaan yang sebagian besar penduduknya beragama Hindu. Namun, sejarawan masih berdebat mengenai anak HaiderHaidar Ali, Tipu Sultan. Terdapat klaim bahwa Tipu memberikan jabatan penting kepada orang-orang Hindu, menyumbang kepada kuil dan brahmin Hindu, secara umum menghormati kepercayaan lain, dan pemaksaan untuk mengganti agama oleh Tipu merupakan hukuman bagi mereka yang memberontak terhadap kekuasaannya.<ref name="Moh">Mohibul Hassan di Chopra et al., 2003, hal. 82, bagian III</ref> Namun, sejarawan lain menentang klaim ini. Walaupun mereka meyakini bahwa Tipu Sultan memperlakukan non-Muslim di Mysore jauh lebih baik daripada di wilayah Malabar, [[Raichur]], dan [[Coorg|Kodagu]], menurut mereka Tipu membuat banyak orang Kristen dan Hindu berpindah agama ke Islam baik melalui paksaan maupun dengan memberi mereka insentif pajak dan keuntungan pendapatan.<ref name="chop">Chopra et al. (2003), hal. 82</ref><ref name="chop1">Kamath (2001), hal. 237</ref>
 
=== Masyarakat ===
Baris 161:
Salah satu kuil [[Dinasti Wadiyar|Dinasti Wodeyar]] yang paling terkenal adalah Kuil Chamundeshwari di atas [[Bukit Chamundi]]. Struktur paling awal di sini ditahbiskan pada abad ke-12 dan nantinya didukung oleh penguasa-penguasa Mysore. Maharaja Krishnaraja III menambah [[gopuram]] bergaya Dravidia pada tahun 1827. Kuil ini memiliki pintu berlapis perak dengan gambar dewa-dewa. Gambar lain meliputi gambar dewa [[Ganesha]] dan Maharaja Krishnaraja III dengan tiga ratunya.<ref name="hill">Raman (1994), hal. 85</ref> Di sekeliling istana utama di Mysore dan di dalam benteng terdapat lima kuil yang berasal dari berbagai periode, yaitu Kuil Prasanna Krishnaswamy (1829), Kuil Lakshmiramana Swamy (dengan struktur terawal dari tahun 1499), Kuil Trineswara Swamy (akhir abad ke-16), Kuil Shweta Waraha Swamy yang dibangun oleh Purnaiah dengan sentuhan [[arsitektur Hoysala]], dan Kuil Prasanna Venkataramana Swami (1836) yang dikenal akan 12 lukisan dinding penguasa Wodeyar.<ref name="atri">Raman (1996), hal. 83</ref> Kuil terkenal di luar kota Mysore adalah Kuil Venkataramana yang berpilar [[Yali (mitologi Hindu)|yali]] ("binatang mitos") dan dibangun pada abad ke-17 di dalam benteng Bangalore, serta Kuil Ranganatha di Srirangapatna.<ref name="notable temples">Michell hal. 71</ref>
 
Tipu Sultan membangun istana dengan barisan tiang kayu yang disebut Istana Dariya Daulat (secara harfiah berarti "kebun kekayaan laut") di Srirangapatna pada tahun 1784. Banguanan bergaya Indo-Sarasenik ini dikenal akan karya kayunya yang rumit dan terdiri dari lengkungan ornamental, tiang berbelang, desain bunga, dan lukisan. Tembok barat istana ini dilapisi oleh lukisan dinding yang menggambarkan kemenangan Tipu Sultan atas tentara Kolonel Baillie di Pollilur (dekat [[Kanchipuram]]) pada tahun 1780. Salah satu lukisan dinding menunjukkan Tipu yang sedang menikmati bau karangan bunga sementara pertempuran berlangsung. Dalam lukisan tersebut, [[kumis]] membedakan tentara Perancis dari tentara Britania.<ref name="chamundi6">Raman (1994), hal. 106</ref><ref name="floraldesign">Abram et al. (2003), hal. 225</ref> Di Srirangapatna juga terdapat [[mausoleum]] Gumbaz yang didirikan oleh Tipu Sultan pada tahun 1784. Mausoleum Gumbaz merupakan makam Tipu dan HaiderHaidar Ali. Mausoleum yang terbuat dari granit ini ditutupi oleh kubah yang terbuat dari batu bata dan [[pilaster]].<ref name="pilaster">Abram et al. (2003), hal. 225–226</ref>
 
== Teknologi militer ==
[[Berkas:Tippu's cannon.jpg|thumb|right|250px|Meriam yang digunakan oleh tentara [[Tipu Sultan]] dalam pertempuran di [[Seringapatam]] tahun 1799.]]
[[Artileri roket]] besi dan logam dikembangkan oleh [[Tipu Sultan]] dan ayahnya [[HaiderHaidar Ali]] pada tahun 1780-an. Ia berhasil menggunakan roket tersebut untuk melawan tentara [[British East India Company]] selama [[Peperangan Inggris-Mysore]]. Roket-roket [[Mysore]] lebih maju dari yang pernah dilihat bangsa Britania karena menggunakan tabung besi untuk menahan bahan pembakar, sehingga memungkinkan dorongan yang lebih besar dan jangkauan misil yang lebih tingi (hingga mencapai {{convert|2|km|0|abbr=on}}). Setelah kekalahan Tipu Sultan dalam [[Perang Inggris-Mysore Keempat]], roket besi Mysore direbut dan memengaruhi perkembangan roket Britania, sehingga mengilhami pembuatan [[roket Congreve]] yang akan segera digunakan dalam [[Peperangan era Napoleon|Peperangan Napoleon]].<ref>Roddam Narasimha (1985). [http://nal-ir.nal.res.in/2382/01/tr_pd_du_8503_R66305.pdf Rockets in Mysore and Britain, 1750-1850 A.D.] National Aeronautical Laboratory and Indian Institute of Science.</ref>
 
Menurut Stephen Oliver Fought dan John F. Guilmartin, Jr. di ''[[Encyclopædia Britannica]]'' (2008):
{{Quotation|[[HyderHaidar Ali]], pangeran [[Mysore]], mengembangkan roket perang dengan perubahan yang penting: penggunaan silinder logam untuk menampung bubuk [[pembakaran]]. Walaupun besi lembut yang telah dipalu yang ia gunakan masih mentah, kekuatan ledakan penampung bubuk hitam jauh lebih besar dari konstruksi awal. Maka tekanan internal yang lebih besar menjadi mungkin, yang menghasilkan dorongan yang lebih besar. Badan roket diikat dengan tali kulit ke tongkat bambu yang panjang. Jangkauan roket kurang lebih mencapai tiga per empat mil (lebih dari satu kilometer). Walaupun sasaran masing-masing roket tidak akurat, kesalahan menjadi kurang penting ketika roket dalam jumlah besar ditembakkan secara cepat dalam serangan massal. Roket-roket tersebut terutama efektif untuk melawan kavaleri dan terempas ke udara setelah dinyalakan, atau meluncur di sepanjang tanah kering yang keras. Tipu Sultan meneruskan pengembangan dan penyebaran penggunaan senjata roket, dan dilaporkan meningkatkan jumlah tentara roket dari 1.200 menjadi korps yang terdiri dari 5.000 tentara. Dalam pertempuran di [[Seringapatam]] pada tahun 1792 dan 1799, roket-roket tersebut digunakan dalam pertempuran melawan Britania dengan dampak yang besar."<ref name=r&ms>''[[Encyclopædia Britannica]]'' (2008), "rocket and missile"</ref>
}}