Bandung Kogyo Daigaku: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- jaman + zaman)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 29:
 
== ''Institute of Tropical Scientific Research'' ==
Pihak [[TH Bandung]] meminta kepada komandan tentara Jepang agar kegiatan perkuliahan [[TH Bandung]] bisa dibuka kembali, namun permintaan tersebut secara tegas ditolak. Namun melalui upaya warga Jepang yang bermukim di Bandung tercapai kompromi, bahwa laboratorium dapat kembali bekerja. Presiden Kurator [[TH Bandung]] - Ir. Ch. F. van Haeften, membawakan sebuah program koordinasi, di mana semua laboratorium berpartisipasi kecuali untuk Laboratorium Penelitian Bahan Bangunan, yang secara terpisah diisi peneliti Jepang. Komunitas laboratorium tersebut dinamakan '''''Institute of Tropical Scientific Research''''' (Lembaga Penelitian Ilmiah Tropis){{refn|group=note|name=its|Versi lain menyebutkan ''"Institute of Tropical Science"''<ref name="saka"/>{{rp|26}}}}, yang berjalan sekitar satu tahun, setelah beberapa bulan hampir semua orang Belanda tersebut diinternir. Terdapat banyak insinyur dan ahli kimia dari luar [[TH Bandung]] diberi kesempatan untuk bekerja di sini, dengan gaji bulanan yang kecil. Perlu ditekankan bahwa organisasi tersebut berada di bawah ''Dept. van Verkeer en Waterstaat'' (Departemen PU). Selanjutnya Laboratorium Bosscha diganti namanya menjadi "Laboratorium Fisika dan Matematika", sebuah "Laboratorium Penelitian Konstruksi Bangunan" dibuka, Laboratorium Mekanika diperluas.<ref name="Nat460701"/>
 
Pada bulan September 1942 sebagian dari tentara Jepang ditarik dari kampus [[TH Bandung]]. Sejumlah besar perabotan dibawa termasuk sebagian persediaan logam dan peralatan pembuatan instrumen, mikroskop dan banyak peralatan optik lainnya, sedangkan instrumen-instumen untuk mengukur potensi udara sebagian besar telah dihancurkan.<ref name="Nat460701"/>
 
Laboratorium di Kampus [[TH Bandung]] yang tetap dibuka pada zaman Jepang adalah:
* '''Laboratorium Fisika dan Matematika''' yang sebelumnya bernama ''Bosscha-Laboratorium Natuurkunde'' digunakan untuk beberapa penelitian di antaranya radiasi sinar kosmik dengan intensitas perangkat Steinke.
* '''Laboratorium Penelitian Konstruksi Bangunan''' dibuka dan digunakan peneliti Belanda untuk uji coba penggunaan bambu pada konstruksi atap, jembatan kecil, dan penelitian sifat dan kekuatan beberapa jenis bambu.<ref name="Nat460701"/>
* '''Laboratorium Mekanika''' digunakan peneliti Belanda untuk uji coba jembatan lengkung beton bertulang dengan menggunakan perangkat dari [http://etcweb.princeton.edu/CampusWWW/Companion/beggs_george_erle.html George Erle Beggs] (deformasi diukur di bawah mikroskop).
* '''Laboratorium Mekanika Tanah''' digunakan peneliti Belanda untuk uji geser lambat terhadap sampel tanah liat dengan laju geser konstan, dan beberapa penelitian lainnya dengan peralatan yang masih tersisa.
* '''Laboratorium Kimia''' digunakan peneliti Belanda untuk memproduksi obat-obatan yang saat itu sangat sukar diperoleh, yang kemudian diselundupkan ke kamp-kamp tawanan wanita yang masih ada dokter yang berpraktek, atau dijual ke apotek besar. Produk laboratorium tersebut di antaranya [[aspirin]], yathren, [[amalgam]] dan semen untuk gigi, tambalan sementara, trikresol, leverampullen, [[kloroform]], ferrum reductum, [[mentol]], barium sulfat untuk pemeriksaan radiologi. Sebuah pabrik didirikan untuk menghasilkan larutan kaustik 10% sebagai bahan baku pembuatan sabun, dan sebuah oven listrik untuk pembuatan grafit untuk pensil.<ref name="Nat460701"/>
* '''Laboratorium Bangunan Jalan''' digunakan peneliti Belanda untuk uji coba stabilisasi tanah, serta pelaksanaan perbaikan darurat terhadap jalan aspal dengan bahan tar dari pabrik gas. Sebuah proyek disiapkan untuk produksi aspal di Kadipaten.<ref name="Nat460701"/>
* '''Laboratorium Pengairan''' yang dipimpin Ir. Soenarjo yang berada di bawah '''''Kotubu Bunsitsu''''' (Departemen PU masa pendudukan Jepang).<ref>[http://www1.pu.go.id/m/content/show/34 PU Dari Masa Ke Masa.]</ref> Pada periode [[TH Bandung]] laboratorium ini bernama ''Waterloopkundig Laboratorium'' milik ''Departement van Verkeer en Waterstaat'' (Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum) di bawah ''Dients van Havenwezen'' (Dinas Pelabuhan). Laboratorium tersebut terdiri dari laboratorium kecil (5 Juni 1936) terutama untuk penelitian dasar dan berafiliasi dengan [[THS]] dan laboratorium besar terutama untuk penelitian terpakai (1940).<ref>[http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=10849 Sejarah Pusair.]</ref>
* '''Laboratorium Technische Hygiene en Assaineering''' atau ''Laboratorium voor Technisch Hygine en Drinkwater Voorziening'' digunakan para peneliti Belanda untuk uji coba pembuatan roti dengan bahan tepung buatan dalam negeri (waktu itu tepung gandum masih didatangkan dari luar negeri) dan penggunaan gas metana dari pengolahan air limbah sebagai bahan bakar untuk mesin otomotif. Penelitian di bidang air minum menurun drastis, beralih ke penelitian makanan seperti produk susu, minuman, kosmetik, dan lain-lain untuk kepentingan pasar dalam negeri yang sangat dibutuhkan. Produk farmasi dan kimia yang dibuat di antaranya [[eter]] untuk [[anestesi]], gips untuk tujuan pembedahan dan rawat gigi, [[insulin]], [[adrenalin]], pengolahan keju dari susu, [[kasein]], [[asam klorida]], [[amonia]], dan [[Monosodium glutamat]].<ref name="Nat460701"/> Selanjutnya laboratorium ini ditempatkan di bawah kementerian pengajaran yang dalam pelaksanaan tugasnya bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknik (STT) - BKD. Pada saat masa pendudukan Jepang berakhir dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, laboratorium tersebut berganti nama menjadi '''Laboratorium Kesehatan Teknik''' (LKT). Selanjutnya pada tahun 1964, Lembaga Ilmu Kesehatan Teknik di Bandung diserahkan [[Kementerian Kesehatan Indonesia]] kepada [[Institut Teknologi Bandung]].<ref>[http://www.bbtklppm.or.id/?mod=53&cPath=59&WVI_ID=mquzlkox Sejarah BBTKL PPM Jakarta.]</ref>
* '''''Laboratorium Materiaal-onderzoek''''' (Laboratorium Penelitian Bahan) yang berubah nama menjadi '''Laboratorium Zeiro Sikendya''' dan kemudian menjadi '''Laboratorium Kogio Sikendya'''.<ref>[http://www.b4t.go.id/lang/id/profil-balai/sejarah Sejarah Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.]</ref>
 
Mulai saat inilah, laboratorium-laboratorium tersebut sedikit demi sedikit melepaskan diri dari dunia pendidikan. Suatu konsep sinergitas antara pendidikan dan penelitian yang telah diupayakan [[TH Bandung]] dalam periode 1920-1942 berakhir secara perlahan. Ditambah lagi karena semakin berkembangnya laboratorium-laboratorium tersebut (contohnya: Laboratorium Pengairan menjadi Institut Teknik Air dan Tanah (ITAT) dan terakhir menjadi Puslitbang Sumber Daya Air (PUSAIR) Kementerian Pekerjaan Umum), sehingga semakin sulit akhirnya untuk menyatukan lembaga pendidikan dan lembaga penelitian tersebut di bawah satu atap.