Petrus Josephus Zoetmulder: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (5), Beliau → Dia
Baris 51:
* Studi Jawa di Universitas Leiden, Negeri Belanda (1930)
* Universitas Leiden, Negeri Belanda (doktor, 1935)
* Studi teologi, Maatstricht, Negeri Belanda (1939)
 
== Karier ==
Baris 66:
[[Berkas:Zoetmulder-kecil.jpg|left|80px|Piet pada masa kecil.]]
 
Lahir di [[Utrecht]], Negeri [[Belanda]], Piet kecil sudah belajar membaca dan menulis sejak sebelum mengenal bangku sekolah. Ibunya, Catharina Noelege, seorang pemain piano profesional, adalah gurunya yang penyabar. Sehingga ketika Piet masuk Sekolah Dasar, tanpa melalui TK lebih dulu, ia praktis sudah pandai membaca dan menulis. Piet memang dikenal sebagai murid yang rajin, berbakat, dan cerdas.
 
Saat duduk di bangku ''Gymnasium'' (semacam [[SMU]]) ''College Kanisius'', putra seorang insinyur itu mulai tertarik untuk menjadi [[pastur]] dan terutama Imam [[Yesuit]]. Hal ini tak aneh, karena keluarganya tercatat sebagai penganut agama [[Katolik]] yang taat. Dua pamannya adalah pastor, sedang bude dan bibinya menjadi suster di [[Afrika]] dan [[Suriname]]. Ketika ayahnya, yang bekerja sebagai inspektur kesehatan umum, pindah ke [[Heerlen]], Piet sempat kecewa karena di situ tidak ada ''gymnasium''. Untung, orangtuanya membolehkan si anak bungsu masuk ''gymnasium'' di kota [[Rolduc]], yang kebetulan bekas sekolah ayahnya. Ia mengikuti ujian jurusan A dan B, dan keduanya ia lalui dengan berhasil. Pada [[1925]], Piet masuk [[Novisiat Serikat Yesus]], pendidikan awal calon Imam [[Yesuit]].
Baris 73:
[[Berkas:Zoetmulder-jas.jpg|thumb|100px|Piet Zoetmulder pada masa muda.]]
 
Pastur [[J. Willekens]] S.J., yang mengasuhnya di novisat menganjurkan Piet bekerja untuk karya misi di [[Jawa]], setelah pendidikannya rampung. Anjuran itu dipatuhinya, dan Piet masih berusia 19 tahun ketika menuju ke [[Hindia-Belanda]]. Ia segera ditempatkan di [[Seminari]] Menengah di [[Yogyakarta]]. Tidak diduga, tiga tahun kemudian Pastur Willekens sendiri menyusul ke Jawa untuk menjadi ''Visitor Apostolis''.
 
Setelah bertemu dengannya, Willekens berkata, "Di samping [[filsafat]], kamu juga harus belajar bahasa Jawa Kuna." BeliauDia lalu dihubungkan dengan Prof. [[C.C. Berg]], yang mengajar di [[Surakarta]], yang bisa membantunya studi Jawa Kuna. Pada tahun [[1931]], Zoet lulus dengan predikat ''[[cum laude]]'', dan bersamaan dengan itu ditahbiskan sebagai calon pastor di [[Girisonta]], [[Ungaran]], [[Kabupaten Semarang]].
 
=== Pendidikan lanjutan ===
Pendalaman lebih jauh ia lakukan di [[Universitas Leiden]], Negeri Belanda. Di sini beliaudia meraih gelar [[sarjana muda]] dalam setahun, lazimnya tiga tahun, dan [[sarjana]] penuh, dalam bidang Sejarah Jawa dan Purbakala, juga dalam satu tahun. Pada bulan Oktober 1935, dengan bimbingan Prof. C.C. Berg, Zoetmulder mempertahankan disertasi doktoratnya, ''[[Pantheïsme en Monisme in de Javaansche Soeloek Literatuur]]'', dengan predikat ''cum laude''. Romo Zoet, demikian ia akrab dipanggil, merasa harus merampungkan studi teologinya dulu sebelum kembali ke Jawa. Empat tahun beliaudia belajar di [[Maastricht]]. Menjelang pulang ke Hindia-Belanda, beliaudia masih harus menjalani masa tertiat (masa pendidikan dan pendalaman rohani selama setahun), di [[Belgia]]. Tetapi, serbuan pasukan [[Nazi]] [[Jerman]] ke negeri itu memaksa Romo mengungsi ke [[Perancis]], Juni [[1940]].
 
Ia kemudian berhasil mendapatkan kapal yang menuju ke Hindia-Belanda, tetapi mendarat di Inggris demi menghindari ranjau yang dipasang Jerman di lintas pelayaran. Bulan berikutnya Romo Zoet baru berhasil tiba di Jawa, lewat [[Hong Kong]]. Padahal, ada rekannya yang tewas bersama kapal yang tenggelam ditorpedo Angkatan Laut Jerman. "Tuhan menghendaki saya berbahagia di Tanah Jawa", ujarnya.
Baris 85:
[[Berkas:Taal van het Adiparwa.jpg|thumb|Gambar sampul ''De Taal van het Adiparwa'', edisi tahun 1983.]]
 
Tiba di Jakarta, Romo ditawari mengajar ilmu perbandingan bahasa di Fakultas Sastra [[Universitas Indonesia|UI]]. Tetapi, dorongan untuk lebih mendalami bahasa Jawa membuatnya memilih menetap di Yogyakarta. Ia lalu mengajar di AMS, dan muridnya antara lain Prof. Dr. Koentjaraningrat, Dr. Sukmono dan Dr. S. Supomo.
 
Saat Jepang masuk Indonesia pada tahun [[1942]], Zoetmulder termasuk warga Belanda yang ditahan. Dia beruntung, karena selama ditahan buku dan pena masih boleh ia bawa. Namun saat dipindahkan ke penjara Cimahi, ia berhasil menyelundupkan buku [[Adiparwa]] suntingan Dr. [[H.H. Juynboll]] dan sebuah kamus bahasa Jawa karangan [[Gericke]]-[[Roorda]]. Zoetmulder berusaha meneliti tatabahasa Jawa Kuna dari buku ini. Kelak buku tatabahasa Jawa Kuna diterbitkan dalam [[bahasa Belanda]] (''[[De Taal van het Adiparwa]]'') pada tahun [[1950]] dan edisi bahasa Indonesianya (''Bahasa Parwa'') diterbitkan pada tahun [[1954]] dengan bantuan I.R. Poedjawijatna. Buku ini kelak menjadi acuan dasar mahasiswa studi Jawa Kuna.
 
Pada zaman Revolusi Fisik (Perang atau Revolusi Kemerdekaan Indonesia antara tahun 1945-1950), sebagai seorang Belanda, Romo Zoet nyaris dibunuh oleh seorang laskar di Pastoran Kemetiran, Yogyakarta. Namun untung ada seorang Jawa yang membelanya dan berkata bahwa beliaudia adalah "orang suci".
 
=== Karier akademis ===
Setelah lolos dari tahanan interniran Baros pada tahun [[1945]], dia mulai mengajar di [[Universitas Gadjah Mada]] (UGM). Lima tahun kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud, ia diangkat menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Sastra Pedagogik, Filsafat UGM. Pada tahun [[1955]], ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Sastra UGM. Saat itu dia telah menanggalkan kewarganegaraan Belandanya. Sehari-hari tugasnya menjadi lebih berat karena harus mewakili Dekan Fakultas Sastra [[Poerbatjaraka|Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka]], yang lebih banyak berada di Jakarta. Ini masih ditambah tugas lain, menjadi guru bahasa Jawa Kuna untuk wilayah Yogya.
 
Pertama memberi kuliah, Zoetmulder memakai bahasa Jawa. Tapi kemudian dia menyadari, mahasiswanya banyak yang berada dari luar Jawa. Ia pun kemudian menulis buku panduan berjudul ''Sekar Sumawur: Bunga rampai bahasa Djawa Kuno''. Kemudian untuk membantu kesulitan itu, Zoet bermaksud membuat kamus bahasa Jawa Kuna. Kamus ini mulai dikerjakannya sejak tahun 1950. Semula ia yakin, sepuluh tahun adalah waktu yang ia butuhkan, tapi kenyataan berbicara lain.
 
Bukunya yang mengupas kehidupan empu dan sastra Jawa Kuna ''[[Kalangwan]]'' akhirnya terbit pada tahun [[1974]], disusul dengan ''Old Javanese-English Dictionary'' pada tahun [[1982]]. Dalam menulis buku-bukunya, Zoetmulder mengaku kesulitan karena harus mengumpulkan naskah dari mikrofilm dari Universitas Leiden.
Baris 102:
[[Berkas:Gereja Zoetmulder.jpg|thumb|Gereja di Muntilan di mana Zoetmulder dimakamkan.]]
[[Berkas:Nisan Zoetmulder.jpg|thumb|Batu nisan Zoetmulder dengan sebuah kalimat dalam bahasa Jawa Kuna yang diambil dari [[Kakawin Sumanasantaka]], pupuh XXVIII bait 11:''"Wiku haji jěněk angher ing śūnya"'' ("Pendeta raja dengan nyaman bersemayam di ke-tiada-an.")]]
Prof. Zoetmulder meninggal dunia pada tanggal [[8 Juli]] [[1995]] di pastoran Kemetiran, [[Yogyakarta]]. Jenazah beliaudia lalu dimakamkan di pemakaman di gereja di [[Muntilan, Magelang|Muntilan]], [[Kabupaten Magelang]], [[Jawa Tengah]].
 
== Lain-lain ==
Rohaniawan pecandu buku, dan suka bermain biola, ini sudah merasa dirinya orang Indonesia, malah Jawa. ''Tuhan yang menaruh saya di Indonesia. Papanku (tempat tinggalku) sudah ditentukan di sini,'' ujar dosen UGM itu. Pada [[13 Maret]] [[1951]], Romo Zoet sah menjadi warga negara Indonesia. Ia merasa sesuai tinggal di Pastoran Kemetiran, Yogyakarta, yang konon sangat cocok dengan ''perasaan kejawaannya''. Di situ ia menetap sembilan tahun.
 
Romo Zoet penggemar musik [[Beethoven]] dan [[Mozart]]. Di samping buku rohani dan ilmu, ia juga pelahap novel dan puisi, malah cerita detektif. Konon, Zoetmulder memiliki 1.000 cerita detektif di kamarnya, termasuk karangan [[Ngaio Marsh]]. Bersahabat dengan pengarang detektif [[John Le Carré]] ketika di [[Bonn]], [[Jerman Barat]], ia pernah mendapat hadiah langsung dari Le Carré, sebuah buku laris berjudul ''[[The Spy Who Came in from the Cold]]''. Karangan Le Carré yang lain, ''A Small Town in Germany'', sempat 'diperiksa' Romo Zoet lebih dahulu sebelum terbit.
Baris 162:
* {{id}} [http://kompas.com/kompas-cetak/0602/07/utama/2419930.htm "Berdoa dalam Karya"], ''[[KOMPAS]]'', 7 Februari 2006 - artikel mengenai P.J. Zoetmulder
 
{{DEFAULTSORT:Zoetmulder, Petrus Josephus}}
{{lifetime|1906|1995|}}
 
{{DEFAULTSORT:Zoetmulder, Petrus Josephus}}
[[Kategori:Sastra Jawa]]
[[Kategori:Yesuit]]