Musik tegalan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andriana08 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia
Baris 22:
Musik Tegalan sempat mengalami kemunduran di era pertengahan 90an, dikarenakan krisis ekonomi dan mahalnya biaya sewa studio rekaman. Ironisnya, selera orang pada masa itu berpindah ke jenis musik lainnya. Misalnya rock, pop dan alternative yang mulai digandrungi kawula muda di seantero tegal. Walaupun pada masa itu sekitar tahun 1995 ada penyanyi musik tegalan yang bernama Soni Mukson, rupanya kehadiran musisi muda yang satu ini belum bisa mengangkat derajat musik tegalan yang sedang terpuruk. Lewat kedua singlenya yang berjudul ''Ana Crita Ana Kanda'' dan ''Nyong Cinta Padamu ''ciptaan Dhimas Riyanto, ternyata belum memaksimalkan perfoma musik yang satu ini ke orbit yang semestinya. Apalagi krisis moneter yang terjadi di [[Indonesia]] membuat beberapa orang seniman di tanah air harus merasakan imbasnya termasuk Musik Tegalan.
==Kebangkitan==
Akhir era 90an menjadi keadaan yang menguntungkan bagi Musik Tegalan, pasalnya seusai krisis ekonomi yang melanda Indonesia' para seniman kembali beraksi dengan berbagai macam gebrakan ampuh. Seorang dalang wayang kulit dari desa [[Bengle, Talang, Tegal]], Ki [[Enthus Susmono]] dengan berani menciptakan album bergenre [[Campursari]] dengan lirik Bahasa Tegal yang berjudul "Topeng Monyet". Bersama grup musiknya, Sanggar Satria Laras ia membuat perubahan dan gebrakan unik dalam percaturan musik tegalan. Apalagi musik tegalan yang Ki [[Enthus Susmono]] sajikan berbeda dengan musik tegalan di era sebelumnya, beliaudia memadukan musik reggae, rock, dangdut dan jaipongan dalam satu lagu. Hal semacam itu dimanfaatkan dengan baik sehingga Industri musik tegalan kembali bangkit dan berjalan hingga kini.
==Kemajuan==
Tidak sampai disini saja, musik tegalan kerap menghadirkan lagu-lagu baru yang terkesan lebih lucu, lebih segar dan lebih merakyat. Di awal era 2000an saja ada beberapa penyanyi musik tegalan yang terbilang baru, kebanyakan mereka masih ada yang duduk di bangku sekolah atau menganggur sama sekali. Misalnya saja Amarrudin, seorang penganggur dari pedalaman [[Kabupaten Tegal]] ini berhasil sukses lewa lagu ''Poma Rong Poma'' yang ia bawakan pada tahu 2001. Selanjutnya ada lagu-lagu yang genre musiknya dipengaruhi musik disco yang sempat menjadi hits di awal era [[2000]]-an di antaranya ''Kondangan Wurung'', ''Aja Onggrongan'', ''Gadis Slawi'', ''Rika Tega Nyong Tega'' dan ''Man Droup Tukang Becak'' versi disco remix.
 
Disamping itu muncul penyanyi-penyanyi [[Musik tegalan]] generasi baru, seperti Santi Sartika dari [[Brebes]], Agus Jambrong dari [[Kota Tegal]], Mega Novia Arifiani dari [[Tembok Kidul, Adiwerna, Tegal]], Teguh Herdys dari [[Tarub, Tegal]], Fetty Kombor dari [[Dampyak, Kramat, Tegal]], Yani Asmara dari [[Slawi, Tegal]], Windo Sapatuli dari [[Slawi]] dan Mantan Bupati Tegal, H. Agus Riyanto dari [[Margasari]].
 
Dan musik tegalan saat ini bisa didownload di internet dan menjadi musik yang perlu dilestarikan. Terlebih lagi ada kabar menghebohkan tentang lagu ciptaan Imam Joend yang berjudul ''Man Warso''. Lagu tersebut di upload oleh seseorang yang jahil telah mencuri lagunya, anehnya lagu ini telah terdownload sebanyak 3,262 kali.
Baris 86:
Sebagai musik asli Tegal, Pemerintah mewajibkan semua stasiun radio di seluruh penjuru Karesidenan Pekalongan memutar lagu-lagu tegalan untuk mendukung kemajuan yang sedang dialami saat ini. Meskipun musik yang satu ini masih kalah dengan musik Tarling, yang menjadi rujukan adalah kesadaran masyarakat yang mulai ada ketika mereka sudah seharusnya mencintai budaya & kesenian mereka sendiri.
 
{{musik-stub}}
[[Kategori:Musik di Indonesia|Tegalan]]
 
 
{{musik-stub}}