Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Feonaldi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Avian Brands Andalkan Cat Tanpa Bau
"saratuspersen" adalah grup musik yang unik yang dibentuk pada tanggal 1 September 2001 di Bandung, Jawa Barat. Oleh beberapa mahasiswa di STSI Bandung, yang sekarang ISBI dengan jumlah personil 5 orang dan auditional 6 orang.
Nama saratuspersen diambil dari bahasa Sunda, sama dengan seratuspersen (baca: Indonesia) atau one hundred percent (Baca:Inggris). Dengan dasar filosofis konsep totalitas dari 12 personel yang memainkan alat musik yang berbeda menjadi satu kesatuan irama music etnik yang pluralisme. olehkarenanya pada setiap pertunjukannya saratuspersen menggunakan instrumen Kendang ( a kick drum sunda), seruling (a flute sunda) dan djembe (drum afrika), Drum set, Bongo, Pamade, Kantil, Guitar, Bass, Timbalis, Percussion, Violin, Trombon, Trumpet, dan masih banyak lagi. Dengan menggabungkan beberapa genre / disiplin musik-musik daerah nusantara indonesia seperti:jawa, Bali, Sumatera, dll) dengan insrumen barat. Sehingga biasa disebut musik dunia WORLD MUSIC). Kemudian pada mei 2015 berganti Manajemen dan genre musik yang lebih pop.
 
Banyak hal dilakukan pemilik merek dalam menghadapi ketatnya persaingan. Avian Brands, misalnya, menggebrak pasar dengan inovasi produk cat tanpa bau. Industri cat di Indonesia masih menawarkan banyak peluang. Seiring dengan pertumbuhan industri properti dan perumahan, kebutuhan konsumen akan produk cat tembok juga terus meningkat. Tentunya, ini menjadi kesempatan bagi pelaku bisnis cat tembok untuk terus meningkatkan pangsa pasarnya.
Saratuspersen sudah mengeluarkan 2 album. Album pertama diberimana sundanese in bali (2002), dan album yang kedua diberi nama Sound of orang Kampung (2012). Pada tahun 2015 ini, akan mengeluarkan album yang ketiga yang diberi judul "satu untuk tiga" yang rencananya bakal reselase di bulan agustus.
Kendati pasarnya masih terbuka lebar, pasar cat tembok sudah disesaki berbagai merek. Kalau dihitung bisa mencapai ratusan merek cat tembok yang beredar. Tentu saja, ini membuat persaingan pasar cat tembok tak bisa dihindari. Persaingan yang semakin ketat ini memaksa para pemasar cat harus memutar otak agar bisnisnya tetap tumbuh.
mengapa satu untuk tiga?
Demikian pula dengan Avia Avian yang sudah lama bergelut di bisnis cat juga tak tinggal diam. Berbagai strategi telah dilakukan. Salah satunya dengan melakukan inovasi produk. Dengan lisensi teknologi yang berasal dari Lenkote Paint Australia, Avian mencoba memproduksi berbagai macam diferensiasi produk. Beberapa waktu lalu, Avian mengeluarkan produk No Drop yang berfungsi sebagai cat pelapis antibocor. Sekarang dengan teknologi yang sama dan tentunya usai melakukan berbagai riset, Avian mengeluarkan diferensiasi produk terbarunya, yaitu No Odor, cat tanpa bau.
satu untuk tiga diambil dari salah satu judul lagu yang akan kami rangkum dalam album ketiga nanti, selain itu 'satu untuk tiga' ini menjadi catatan perjalanan saratuspersen, dimana album ketiga ini akan berbeda dengan album sebelumnya yang sangat instrumental, dalam album ketiga ini saratuspersen mengedepankan nyanyian 'beat' atau genre musik pada umumnya saat ini.
Menurut Ruslan Tanoko, Marketing Director PT. Avia Avian, walaupun brand No Odor diunggulkan sebagai cat tanpa bau, produk ini juga mempunyai beberapa keunggulan lain yang menjadi added value bagi para konsumen. Misalnya, cat ini mudah dicuci, tahan lama, daya tutup dan daya sebar yang baik, antijamur dan lumut. “Dengan No Odor, Avian ingin memberi sumbangan untuk kelestarian lingkungan dengan mengeluarkan produk tak berbau serta ramah lingkungan,” ujar Ruslan.
 
Proses pengembangan produk ini tidak mudah. Teknologi lisensi Lenkote Paint ini harus mengalami penyesuaian di Indonesia dan harus melalui banyak trial and error. Formulasi dari Australia tak bisa semata-mata digunakan di Indonesia karena adanya perbedaan karakter cuaca. Setelah ditemukan formula yang paling ideal, baru kemudian Avian memproduksi dan memasarkan No Odor ini.
ini hanya tes sementara saja
Avian membidikkan produk ini untuk segmen kelas menengah sehingga bisa dijangkau oleh semua kalangan. Mengingat cat merupakan produk yang bersifat massal dan sudah menjadi kebutuhan setiap orang. Pemilihan segmen ini disengaja agar No Odor bisa dijangkau oleh masyarakat segmen bawah, tapi juga tetap bisa memenuhi keinginan dan selera konsumen kelas atas.
 
Selain sebagai cat tanpa efek samping, No Odor juga aman untuk perempuan dan anak-anak. Sebab itu, para ibu mempunyai peran untuk memilih warna rumah. Bahkan, tak perlu sungkan punya andil untuk mengecat rumah. Sebab itu, produk yang dipasarkan sejak pertengahan tahun 2009 ini mempunyai positioning sebagai cat yang ramah lingkungan dan tak membahayakan penggunanya.
"Gerbang Tol Cibubur" adalah Gerbang Tol yang terletak di Jalan tol Jagorawi KM 13, Dari Taman Mini-Cibubur Sistem Tol ini Masih Terbuka. Setelah GT Cibubur ini, Ada [[McDonald's]], [[Buperta]], dan SPBU Pertamina.
Untuk membangun brand awareness, Avian lebih memilih strategi komunikasi above the line (ATL). Strategi ini dipilih mengingat cat ini merupakan produk massal yang memiliki basis pasar yang luas. Tentunya akan lebih efektif bila berpromosi lewat televisi, koran, dan majalah. Selain ketiga media tersebut, mereka juga menggunakan Billboard khusus di kota-kota besar, seperti Jakarta, Medan, dan Bandung.
Melalui iklan yang dipasang di berbagai media massa, Avian melakukan edukasi pasar. Di media cetak, No Odor juga beriklan di beberapa koran daerah. Termasuk membidik majalah dengan segmen khusus, seperti desain, properti, gaya hidup maupun wanita. Edukasinya terlihat jelas di iklan televisi. Iklan itu menceritakan pengguna No Odor yang tanpa takut terkena polusi bau mengecat rumahnya. Sementara, yang bukan pemakai harus melindungi dirinya secara ekstra. “Melalui iklan itu, kami ingin menunjukkan pada masyarakat No Odor merupakan produk yang aman dan ramah lingkungan dengan membangun cerita adanya perbedaan ekstrem antara pemakai No Odor dan cat biasa,” jelas Ruslan.
Tentu saja, Avian tidak melalaikan promosi below the line (BTL). Dalam aktivitas ini, No Odor fokus memberikan pelayanan kepada ritel, terutama pada toko-toko bahan bangunan. Menurut Ruslan, memasarkan produk cat tak segampang yang dikira. Cat tak akan laku bila ritel tak bersungguh-sungguh menjual produknya. Untuk itu, ia memberikan beragam pelayanan kepada ritel, seperti diskon, hadiah langsung, maupun bonus ekstra barang.
Avian membanderol No Odor dengan harga yang lebih mahal dengan harga rata-rata merek lain. Harga ini sebanding dengan kualitas produk yang terjamin dan tahan lama. No Odor dalam kemasan 2,5 liter dibanderol dengan harga Rp 90 ribu dan kemasan 20 liter dibanderol dengan harga Rp 660 ribu.
Sebagai pemain lama, Avian telah memiliki jaringan pasar yang luas. Jaringan ini memudahkan No Odor dalam waktu relatif singkat tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia. Ruslan mengakui, jaringan distribusi yang andal sangat menentukan cepat tidaknya No Odor diterima konsumen. Avian mempunyai agen, distributor, dan cabang yang melayani toko-toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Distributor yang dimiliki Avian sekaligus sebagai cabang adalah PT. Tirtakencana Tata Warna. Di luar itu, Avian menggunakan agen luar yang sudah bekerja sama selama bertahun-tahun. “No Odor dipasarkan di toko bangunan tradisional dan modern outlet yang berskala nasional maupun lokal,” imbuh Ruslan.
Avian sadar bahwa persaingan yang ketat memungkinkan konsumen berpindah ke merek lebih besar. Dengan tetap menjaga konsumennya, Avian terus melakukan penetrasi pasar dan membangun merek. Upaya itu dilakukan dengan memiliki customer service yang menyediakan layanan hotline 24 jam kepada konsumen.
Sejak No Odor diluncurkan, pasar memberikan respons yang sangat baik dan antusias. Ini terlihat dari pertumbuhan penjualan yang terus meningkat. Kendati tidak bisa disebutkan angka penjualannya, indikasi ini terlihat dari banyaknya repeat order. Menurut Ruslan, sejak peluncuran sampai saat ini, rata-rata toko sudah melakukan repeat order tiga kali.
Lalu bagaimana prospek pasarnya. Produk ini jelas memiliki pasar yang terbuka lebar. Hanya tantangan ke depan yang dihadapi No Odor adalah bagaimana melakukan edukasi pada pasar. “Kami sadar No Odor sebagai produk baru. Sebab itu, Avian harus benar-benar memberikan edukasi pada konsumen, seperti soal fungsi maupun keunggulan No Odor ini,” pungkas Ruslan Tanoko. (Majalah MARKETING/Leonardus Meta Noven)