Kesultanan Lingga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
menambah teks dan referensi
menambah teks
Baris 38:
|year_leader5 = [[1885]]–[[1911]]
|footnotes =
}}'''Kesultanan Lingga''' adalah salah satu kerajaan [[Islam]] yang didirikan di [[Pulau Lingga]]. Kesultanan ini dibentuk pada tahun 1824 dari pecahan wilayah [[Sejarah Johor|Kesultanan Johor Riau]] atas perjanjian yang disetujui oleh [[Britania Raya]] dan [[Hindia Belanda]]. Pendirinya adalah [[Abdul Rahman Muazzam Syah dari Lingga|Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah]]. Wilayah Kesultanan Lingga mencakup provinsi [[Kepulauan Riau]]. Pusat pemerintahan Kesultanan Lingga awalnya berada di [[Kota Tanjungpinang|Tanjung Pinang]], tetapi kemudian dipindahkan ke Pulau Lingga. Kesultanan Lingga berakhir pada tanggal 3 Februari 1911 dan menjadi kekuasaan Hindia Belanda. Kesultanan ini berperan dalam pengembangan [[Melayu Riau|Bahasa Melayu Riau]] sebagai bahasa standar yang kemudian ditetapkan sebagai [[Bahasa Indonesia]].{{Sfn|Sunandar|2015|p=188}}
}}{{Sedang ditulis}}
 
'''Kesultanan Lingga''' adalah salah satu kerajaan [[Islam]] yang didirikan di [[Pulau Lingga]]. Kesultanan ini dibentuk pada tahun 1824 dari pecahan wilayah [[Sejarah Johor|Kesultanan Johor Riau]] atas perjanjian yang disetujui oleh [[Britania Raya]] dan [[Hindia Belanda]]. Pendirinya adalah [[Abdul Rahman Muazzam Syah dari Lingga|Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah]]. Wilayah Kesultanan Lingga mencakup provinsi [[Kepulauan Riau]]. Pusat pemerintahan Kesultanan Lingga awalnya berada di [[Kota Tanjungpinang|Tanjung Pinang]], tetapi kemudian dipindahkan ke Pulau Lingga. Kesultanan Lingga berakhir pada tanggal 3 Februari 1911 dan menjadi kekuasaan Hindia Belanda. Kesultanan ini berperan dalam pengembangan [[Melayu Riau|Bahasa Melayu Riau]] sebagai bahasa standar yang kemudian ditetapkan sebagai [[Bahasa Indonesia]].{{Sfn|Sunandar|2015|p=188}}
 
== Pendirian ==
Baris 57 ⟶ 55:
 
== Kebudayaan ==
Kesultanan Lingga telah mengembangkan tradisi tulis menulis untuk kepentingan ilmu pengetahuan dalam bidang sastra dan keagamaan. Naskah-naskah ditulis menggunakan [[Abjad Jawi]].{{Sfn|Jamal dan Harun.|2014|p=55}} Kesultanan Riau Lingga membuat kamus Bahasa Melayu dan menjadikannya sebagai sebuah bahasa standar.{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=59}}
 
Pada tahun 1850, Kesultanan Lingga membangun sebuah percetakan surat kabar dengan tulisan dengan Abjad Jawi dan [[Alfabet Latin|Abjad Latin]]. Jenis cetakannya adalah cetakan [[Litografi|litograf]]. Selain itu, di Kesultanan Lingga juga dibentuk perkumpulan para cendekiawan yang menulis karya-karya ilmiah dan menerjemahkan buku-buku berbahasa asing, terutama buku keagamaan yang menggunakan [[bahasa Arab]].{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=60}}
 
== Sultan-Sultan ==
 
=== Sultan Abdurrahman (1819-1832) ===
Sultan Abdurrahaman adalah sultan pertama dari Kesultanan Lingga. Ia adalah putra dari Sultan Mahmud Syah III yang berkuasa di Kerajaan Johor Riau. Setelah ayahnya wafat, kerajaannya dibagi menjadi dua, yaitu [[Sejarah Johor|Kesultanan Johor Singapura]] dan Kesultanan Lingga. Pembagian wilayahnya ditentukan oleh Britania Raya dan Hindia Belanda dalam Traktat London yang ditetapkan pada tahun 1824. Wilayah Kesultanan Johor Singapura mencakup Johor, Singapura, Pahang, dan Tregganu. Sedangkan wilayah Kerajaan Lingga mencakup Pulau Lingga, Pulau Singkep dan Riau.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=156}}
 
=== Sultan Muhammad Syah (1832-1841) ===
[[Sultan Muhammad Syah]] menggantikan ayahnya yaitu Sultan Abdurrahman yang wafat pada 12 Rabiul Awal 1284 H (1832 M). Ayahnya dimakamkan di Bukit Cengkil Daik. Nama asli dari Sultan Muhammad Syah adalah Tengku Besar. Sultan Muhammad Syah wafat pada tahun 1841 dan dimakamkan di Bukit Cengkeh. Sebelum wafat, ia telah menunjuk putranya yang bernama Tengku Mahmud sebagai pewaris.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=156–157}}
 
=== Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1857) ===
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Muzafar Syah, Kerajaan Lingga menjadi salah satu kerajaan yang memiliki pengaruh besar bagi [[Melayu Riau|Suku Melayu Riau]]. Kekuasaannya diberhentikan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada tanggal 23 September 1857.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=157}}
 
=== Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (1857-1883) ===
Pengganti Sultan Mahmud Muzafar Syah adalah pamannya yang bernama Tengku Sulaiman. Gelarnya adalah [[Sultan Lingga|Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah]]. Pelantikannya sebagai sultan diadakan pada tanggal 10 Oktober 1857. Ia memerintah hingga wafat pada tanggal 17 September 1883. Pemakamannya berada di Bukit Cengkeh.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=157}}
 
=== Sultan Abdurrahman Muazam Syah (1883-1913) ===
Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah tidak mempunyai keturunan, sehingga penggantinya adalah putri Sultan Mahmud Muzafar Syah yang bernama Fatimah. Suami dari Fatimah adalah Yang Dipertuan Muda ke-10 bernama Raja Muhammad Yusuf, sehingga kekuasaannya diberikan kepada anaknya yang bernama Raja Abdurrahman. Setelah dilantik pada tahun 1883, Raja Abdurrahman diberi gelar Sultan Abdurrahman Muazam Syah. Pada tahun 1903, ia memindahkan pusat pemerintahan ke Pulau Penyengat. Kesultanan Lingga mengalami perkembangan pesat selama masa pemerintahannya. Sultan Abdurrahman Muazam Syah mendirikan perkumpulan Rusydiah di Pulau Penyengat yang kemudian menjadi pusat perkembangan politik, budaya, dan kemasyarakatan. Ia menjadi sultan terakhir dari Kesultanan Lingga setelah Hindia Belanda memutuskan untuk membubarkan kerajaan ini pada tanggal 10 Februari 1911. Keputusan ini ditetapkan karena Sultan Abdurrahman Muazam Syah tidak patuh terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Setelah diberhentikan sebagai sultan, ia bersama para bangsawan akhirnya pindah ke [[Singapura]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=158–159}}
 
== Peninggalan ==
Baris 73 ⟶ 88:
 
=== Naskah pengobatan ===
Naskah-naskah pengobatan yang ditemukan menggunakan Abjad Jawi. Pemilik naskah bernama Raja Malik. Saah satu naskah berjudul Kitab Obat Sopak. Isinya membahas tentang penggunaan metode [[Zikirzikir]] [[Asmaulhusna|Asmaulasmaul Husnahusna]] dalam mengobati belang-belang berwarna putih yang muncul di tangan atau kaki. Selain itu, ditemukan sebuah naskah yang membahas tentang pengobatan yang dapat meningkatkan kualitas hubungan suami-istri dalam berumah tangga. Naskah ini ditulis dalam Bahasa Melayu.{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=66}}
 
=== Naskah administrasi kesultanan ===
Baris 79 ⟶ 94:
 
== Referensi ==
{{col|3}}
<references />
{{end-col}}
 
== Daftar Pustaka ==
{{cite book|last=Firdaus, Elmustian, dan Melay, R., (Ed.)|year=2018|url=http://www.magisterseniusu.com/uploads/1/8/0/0/1800340/buku-tamadun-lingga-_final_isbn.pdf|title=Tamadun Melayu Lingga|location=Lingga|publisher=Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga|isbn=978-602-53286-0-2|ref={{sfnref|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018}}|url-status=live}}
{{cite journal|last=Sunandar|first=Heri|date=2015|title=Aspek Sosio Politis Naskah dan Arkeologi|url=http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/download/4003/2488|journal=Al-Fikra|volume=14|issue=2|pages=186–212|doi=10.24014/af.v14i2.4003.g2488|ref={{sfnref|Sunandar|2015}}|url-status=live}}
 
{{cite journal|last=Jamal, K., dan Harun, I.|first=|date=2014|title=Inventarisasi naskah Klasik Kerajaan Lingga|url=http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/SosialBudaya/article/download/826/786|journal=Sosial Budaya|volume=11|issue=1|pages=55–69|doi=|issn=2407-1684|ref={{sfnref|Jamal dan Harun|2014}}|url-status=live}}
 
{{cite journal|last=Syahid|first=AchmadRehayati, R., dan Farihah, I.|date=Desember 20052017|title=SufistikasiTransmisi KekuasaanIslam padaModerat oleh Raja Ali Haji di Kesultanan Riau-Lingga pada Abad XVIIIKe-XIX M19|url=httpshttp://ulumunaejournal.oruin-suska.ac.id/index.php/ujisushuludin/article/viewdownload/693890/572644|journal=UlumunaUshuluddin|volume=IX25|issue=2|pages=295–312172–187|doi=10.24014/jush.v25i2.3890|issn=23552407-76488247|ref={{sfnref|SyahidRehayati dan Farihah|20052017}}|url-status=live}}
 
{{cite journal|last=Sunandar|first=Heri|date=2015|title=Aspek Sosio Politis Naskah dan Arkeologi|url=http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/download/4003/2488|journal=Al-Fikra|volume=14|issue=2|pages=186–212|doi=10.24014/af.v14i2.4003.g2488|ref={{sfnref|Sunandar|2015}}|url-status=live}}
 
{{cite journal|last=Rehayati, R., dan Farihah, I.Syahid|first=Achmad|date=2017Desember 2005|title=TransmisiSufistikasi IslamKekuasaan Moderat oleh Raja Ali Haji dipada Kesultanan Riau-Lingga pada Abad KeXVIII-19XIX M|url=httphttps://ejournalulumuna.uin-suska.acor.id/index.php/ushuludinujis/article/downloadview/389069/264457|journal=UshuluddinUlumuna|volume=25IX|issue=2|pages=172–187295–312|doi=10.24014/jush.v25i2.3890|issn=24072355-82477648|ref={{sfnref|Rehayati dan FarihahSyahid|20172005}}|url-status=live}}{{Kerajaan di Sumatera}}
{{Topik Kepulauan Riau}}