Ritual Bakar Tongkang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa , - di Masa + pada Masa ) |
k ejaan, replaced: Propinsi → Provinsi, diantara → di antara |
||
Baris 5:
== Sejarah Bakar Tongkang ==
[[Berkas:ritual_bakar_tongkang2.jpg|right|thumb|200px|Sebuah Tongkang yang diarak ke lokasi upacara.]]
Bermula dari tuntutan kualitas hidup yang lebih baik lagi, sekelompok orang [[Tionghoa]] dari
Tak lama kemudian, pada keheningan malam tiba-tiba mereka melihat adanya cahaya yang samar-samar. Dengan berpikiran di mana ada api disitulah ada daratan dan kehidupan, akhirnya mereka mengikuti arah cahaya tersebut, hingga tibalah mereka di daratan [[Selat Malaka]] tersebut.
Mereka yang mendarat di tanah tersebut sebanyak 18 orang yang kesemuanya bermarga '''Ang''',
== Asal usul nama Bagansiapiapi ==
Baris 18:
Pada penanggalan [[Imlek]] bulan kelima tanggal 16, para perantau menginjakkan kaki di daratan tersebut, mereka menyadari bahwa di sana terdapat banyak ikan laut, dengan penuh sukacita mereka menangkap ikan untuk kebutuhan hidup. Mulailah mereka bertahan hidup di tanah perantauan tersebut.
Sebagai wujud terima kasih kepada dewa laut Kie Ong Ya, para perantau memutuskan untuk membakar [[Tongkang]] yang ditumpangi mereka sebagai sesajen kepada dewa laut.
Mereka yang merasa menemukan daerah tempat tinggal yang lebih baik segera mengajak sanak-keluarga dari Negeri [[Tirai Bambu]] sehingga pendatang [[Tionghoa]] semakin banyak. Keahlian menangkap ikan yang dimiliki oleh nelayan tersebut mendorong penangkapan hasil laut yang terus berlimpah. Hasil laut berlimpah tersebut di-ekspor ke berbagai benua lain hingga [[Bagansiapiapi]] menjadi penghasil ikan laut terbesar ke-2 di dunia setelah [[Norwegia]].
Baris 26:
Tidak hanya hasil laut yang saat itu menjadi tumpuan kehidupan masyarakat [[Bagansiapiapi]], tapi ada juga hasil karet alam yang juga sangat terkenal. Pada masa [[perang dunia I]] dan [[perang dunia II]], [[Bagansiapiapi]] disebut sebagai salah satu daerah penghasil karet berkualitas tinggi yang saat itu banyak sekali dipakai untuk kebutuhan peralatan perang seperti ban dari bahan karet.
Pengolahan karet alam tersebut dilakukan sendiri oleh masyarakat [[Bagansiapiapi]] di beberapa pabrik karet di [[Bagansiapiapi]]. Namun setelah [[perang dunia II]] selesai, permintaan akan karet semakin menurun hingga beberapa pengusaha menutup pabrik karet tersebut.
Dari sisi kebudayaan, terdapat sebuah kelenteng tua yang sudah berumur ratusan tahun. Di tempat kelenteng inilah Dewa [[Kie Ong Ya]] saat ini disembahyangkan. Dewa [[Kie Ong Ya]] yang ada di dalam kelenteng Ing Hok Kiong saat ini adalah patung asli yang dibawa ke-18 perantau pada saat pertama kali menginjak kaki di daratan [[Bagansiapiapi]].
Baris 32:
== Go Cap Lak ==
[[Berkas:ritual_bakar_tongkang3.jpg|right|thumb|200px|Puncak acara Ritual Bakar Tongkang]]
Untuk mengenang para leluhur dalam menemukan [[Bagansiapiapi]] dan sebagai wujud syukur terhadap dewa [[Kie Ong Ya]], kini setiap tahun diadakan
== Rezim Orde Baru ==
|