Madraisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa , - di Masa + pada Masa )
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Agama Sunda''' adalah kepercayaan sejumlah masyarakat yang tersebar di daerah Kecamatan [[Cigugur, Kuningan]], [[Jawa Barat]]. Agama initersebut juga dikenal sebagai ''Cara Karuhun Urang'' (tradisi nenek moyang), ''agama [[Sunda Wiwitan]]'', ''ajaran Madrais'' atau ''agama Cigugur''. [[Abdul Rozak]], seorang peneliti kepercayaan Sunda, menyebutkan bahwa agama ini adalah bagian dari ''agama Buhun'', yaitu kepercayaan tradisional masyarakat [[Sunda]] yang tidak hanya terbatas pada masyarakat Cigugur di [[Kabupaten Kuningan]], tetapi juga masyarakat [[Baduy]] di [[Kabupaten Lebak]], para pemeluk "Agama Kuring" di daerah Kecamatan [[Ciparay, Bandung|Ciparay]], [[Kabupaten Bandung]], dll. Jumlah pemeluknya di daerah Cigugur sekitar 3.000 orang. Bila para pemeluk di daerah-daerah lain ikut dihitung, maka jumlah pemeluk ''agama Buhun'' ini, menurut Abdul Rozak, mencapai 100.000 orang, sehingga agama Buhun termasuk salah satu kelompok yang terbesar di kalangan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Agama Sunda atau agama Sunda Wiwitan ini dikembangkan oleh Pangeran [[Madrais]] dari Cigugur, Kuningan. Oleh pemerintah Belanda, Madrais belakangan ditangkap dan dibuang ke [[Ternate]], dan baru kembali sekitar tahun [[1920]] untuk melanjutkan ajarannya.