Sepauk, Sintang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di Abad +pada Abad, -di abad +pada abad, -Di abad +Pada abad, -Di Abad +Pada Abad) |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 10:
|provinsi=Kalimantan Barat
}}
'''Sepauk''' (disebut juga [[Nanga]] Sepauk) adalah [[kecamatan]] yang berada di [[Kabupaten Sintang]], [[Kalimantan Barat]], [[Indonesia]]. Terletak dipertemuan Sungai Sepauk dengan [[Sungai Kapuas]].
=== Penduduk ===
Baris 16:
Selain penduduk asli suku bangsa [[Dayak]], Sepauk di huni oleh orang Tionghoa suku [[Hakka]] dan orang [[Melayu]].
Menurut cerita orang tua, orang orang [[Hakka]] datang dari [[Meixien]] di [[Cina]] selatan dengan tujuan mencari emas di akhir abad 19 (tahun 1800an). Setelah menetap beberapa lama, timbul perselisihan antara pencari emas ini dengan pemerintah penjajah belanda. Perairan sungai Kapuas sempat di blokir oleh tentara Belanda selama beberapa lama. Tentara Belanda berharap dengan di blokir mereka akan menyerah karena kehabisan sumber makan. Ternyata para pencari emas telah menjalin hubungan tukar menukar dengan orang dayak se tempat. Bahkan banyak yang telah ber cocok tanam dan hidup berkecukupan se iring dengan orang dayak setempat.
Perlahan lahan mereka tidak lagi ada pikiran untuk pulang ke Tiongkok, suatu yang sangat jarang terjadi di bagian dunia lain pada waktu itu. (<small>sumber: Encyclopaedia Britanica dan cerita lisan</small>)
=== Keluaran / Pengungsian ===
Beberapa kali pada abad 20 terjadi pengungsian dari Sepauk. Ini terjadi karena berbagai sebab: ekonomi, sosial, pendidikan, dan juga kekerasan. Biasanya anak anak muda yang baru dewasa keluar dari Sepauk untuk mencari ilmu atau mencari kerja di ibukota propinsi [[Pontianak]] dan kemudian ibukota [[Jakarta]]. Bencana alam seperti kemarau berkepanjangan atau bencana hama yang merusak sumber makanan juga menyebabkan pergolakan sosial dan memaksa penghuni untuk mengungsi ke kota [[Pontianak]]. Pertentangan antara orang asli suku [[dayak]] dan orang [[suku Madura]] pada tahun 1990an juga menyebabkan pengungsian masal dari Sepauk dan sekitarnya.
Orang asli sepauk memiliki adat dan tradisi yang berbeda dengan orang daerah lainnya, sebab orang asli sepauk adalah orang dayak seberuang. Suku dayak seberuang adalah orang yang sangat ramah, dayak seberuang telah lama menghentikan tradisi 'mengayau', yaitu memotong kepala manusia untuk berbagai kebutuhan. Sejak itu, karena orang dayak seberuang tidak melakukan tradisi mengayau lagi, mulai lah berdatangan gelombang transmigrasi yang pada saat itu datang dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, namun setelah transmigrasi itu jumlah para transmigran semakin bertambah, karena desakan para transmigran ini orang asli sepauk yaitu suka dayak seberuang semakin terusik keberadaannya. dayak seberuang semakin hari semakin didesak, yang pada awalnya tinggal di tepi sungai semakin terdesak tinggal ke dalam hutan. Ini lah kebaikan serta kebodohan orang dayak seberuang yang membiarkan begitu saja para orang luar mengambil tanah mereka. Kebaikan dari orang dayak yang memberikan tananya untuk didiami oleh orang lain yang bukan siapa-siapanya. Untung saja tradisi mengayau telah di hapuskan, bila tidak akan sering terjadi pertumpahan darah dimna-mana.
|