Islam dan anarkisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di \[\[Abad +pada [[Abad , -di \[\[abad +pada [[abad , -Di \[\[abad +Pada [[abad, -Di \[\[Abad +Pada [[Abad)
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k Kritikan anarkisme akan Islam: ejaan, replaced: dari pada → daripada using AWB
Baris 10:
Semenjak kebanyakan pergerakan anarkis yang terjadi di negara-negara yang dibawah pengaruh [[gereja]] [[Kristen]], kritikan akan agama terbanyak adalah kepada Kristiani yang terorganisir. Bagaimanapun juga, kritikan ini dapat diterima secara universal, semenjak semua organisasi agama memiliki kecenderungan pada struktural dan pengaturan akan umatnya. Dunia ''‘barat’'' lebih sering melihat Islam sebagai agama yang politikal, mengatur segala aspek sosial dan tingkah laku sehari-hari umatnya, dan seakan bertentangan dengan prinsip-prisip dasar anarkisme.
 
Kritikan anarkisme terhadap Islam terpusat pada peranan perempuan dalam dunia Islam dan hubungan antara [[homoseksual]] dengan ajaran Islam. Kaum ‘barat’ menilai kehidupan sosial Islam sebagai [[patriarki]], dimana perempuan mempunyai hak yang lebih sedikit dari padadaripada pria, perempuan dipaksa untuk memakai jilbab, dan menyangkal hak-hak dasar, seperti memberikan suara dan pendidikan. Di banyak negara yang mayoritas Muslim, homoseksualitas adalah hal yang terlarang dan dapat diberikan hukuman fisik yang keras. Bagaimanapun juga, pertentangan akan masalah-masalah ini terkait dengan tujuan agama dan berapa banyaknya cabang dari penyesuaian regional dan budaya dari suatu daerah.
 
Bahkan ajaran dasar dari Islam menawarkan poin-poin pendirian yang teguh. Contohnya: Islam melarang homoseksualitas, dan memberikan peranan yang berbeda pada pria dan perempuan, sesuatu hal yang bertentangan dengan kepercayaan anarkis kebanyakan. Begitupula dengan masalah perlakuan Islam terhadap orang yang ingkar pada agama dan non-Muslim. Konsep dari [[Jihad]] (yang mana menjadi wacana kontroversi tradisional di antara para pembelajar agama Islam) sering diartikan sebagai perang suci melawan kaum yang tidak percaya ([[kafir]]).