Tim nasional sepak bola Italia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 26:
'''Tim nasional sepak bola Italia''' telah 15 kali ikut dalam [[Piala Dunia FIFA]]. Mereka absen hanya pada {{wc|1930}} dan {{wc|1958}}.
Federasi sepakbola Italia, [[Federazione Italiana Giuoco Calcio]] berdiri pada [[1898]] dan bergabung dengan [[Fédération Internationale de Football Association]] pada [[1905]].
==Prestasi Awal==
Tim nasional Italia pertama kali mencuat secara internasional pada tahun [[Piala Dunia FIFA 1934|1934]] seiring dengan gelaran Piala Dunia yang diadakan di sana. Italia, yang saat itu di bawah komando [[Benito Mussolini]] berhasil meraih trofi mereka dengan bantuan beberapa [[''Oriundi'']], atau pemain keturunan Italia yang pernah membela negara lain, terutama [[Argentina]]. Empat tahun berselang Italia berhasil mempertahankan gelar dalam hajatan yang diadakan di [[Piala Dunia FIFA 1934|Perancis]]. Sukses beruntun Italia tersebut tak lepas dari peran pelatih [[Vitorio Pozzo]] dan kapten tim [[Guiseppe Meazza]]. Sayangnya, Perang Dunia II memupus harapan Italia untuk mencetak ''hattrick'' setelah dibatalkannya Piala Dunia [[1942]]. Menjelang [[Piala Dunia FIFA 1950|Piala Dunia 1950]], Italia mempunyai tim yang dihormati di kancah Eropa, di mana mayoritas pemainnya berasal dari klub [[Torino]] dengan bintangnya [[Valentino Mazzola]]. Sayangnya, sebuah kecelakaan pesawat merampas nyawa seluruh punggawa klub Torino, yang juga berarti mengurangi kekuatan Italia secara signifikan di ajang Piala Dunia yang digelar di [[Brazil]] pada 1950.
==Trofi Eropa==
Selepas tragedi tersebut, Italia tidak pernah berprestasi maksimal. Beberapa ajang Piala Dunia bahkan mencatat sejarah buruk ''Azzurri'', di antaranya yang dikenal dengan "[[Battle of Santiago]]" pada [[Piala Dunia FIFA 1962|Piala Dunia 1962]] di [[Cili]]. Partai tersebut dikenang sebagai salah satu partai terbrutal dalam sejarah Piala Dunia menyusul banyaknya insiden antar pemain. Kekalahan memalukan selanjutnya adalah ketika Italia tersisih di tangan wakil Asia, Korea Utara di ajang [[Piala Dunia FIFA 1966|Piala Dunia 1966]] di [[Inggris]].
Baru pada [[Piala Eropa 1968|1968]], melalui pemain seperti [[Sandro Mazzola]] (putra dari [[Valentino Mazzola]]), [[Luigi Riva]] dan [[Omar Sivori]], Italia merebut gelar prestisus Kejuaraan Eropa setelah mengalahkan [[Yugoslavia]] dalam partai puncak. Keberuntungan menaungi Italia ketika di semifinal mereka menyisihkan tim kuat [[Uni Sovyet]] melalui undian koin!
Tim yang memenangi [[Euro 1968]] tersebut dipertahankan pada [[Piala Dunia FIFA 1970|Piala Dunia 1970]] di [[Meksiko]]. Italia melaju ke final setelah melewati partai yang dikenang sebagai pertandingan terbaik sepanjang masa oleh ''[http://www.worldsoccer.com/ World Soccer]'' melawan [[Jerman Barat]] yang dimenangi Italia dengan skor 4-3 setelah melewati dua kali perpanjangan waktu. Di final, Italia takluk di tangan tim Samba, [[Brasil]], yang diperkuat bintang seperti [[Pele]], [[Carlos Alberto]] dan sebagainya.
Sepanjang dekade 70-an, Italia hampa gelar. Satu-satunya prestasi terbaik setelah [[Piala Dunia FIFA 1970|1970]] adalah tampilnya Italia di semifinal [[Piala Dunia FIFA 1978|Piala Dunia 1978]] di [[Argentina]]. Saat itu Italia dilatih oleh [[Enzo Bearzot]] dan masih menampilkan [[Dino Zoff]], kiper yang merebut gelar [[Piala Eropa 1968|Euro 1968]] sebagai penjaga gawang utama.
==Era Enzo Bearzot==
Menyongsong [[Piala Dunia FIFA 1982|Piala Dunia 1982]] yang digelar di [[Spanyol]], kesebelasan Italia diguncang skandal setelah beberapa pemain dan klub lokal terlibat judi [[''totonero'']]. Di antara pemain yang terhukum adalah striker [[Paolo Rossi]] yang juga tampil di [[Piala Dunia FIFA 1978|Argentina 78]]. Meski tidak banyak bermain di kompetisi akibat hukuman, Bearzot tetap memanggil Rossi sebagai salah satu pemain di Piala Dunia 1982. Bearzot juga masih mempertahankan Dino Zoff sebagai penjaga gawang, yang sekaligus mengukir rekor pemain tertua yang berlaga di Piala Dunia dengan usia lebih dari 40 tahun.
Italia memulai Piala Dunia dengan tidak meyakinkan setelah hanya lolos dari penyisihan grup dengan modal 3 kali seri. Di babak selanjutnya, Italia tergabung bersama grup maut yang dihuni oleh juara bertahan Argentina dan tim kuat Brasil yang diperkuat pemain handal macam [[Socrates]]. Tetapi, Rossi yang masuk tim secara kontroversial memperlihatkan ketajamannya, di antaranya menjebol tiga kali gawang Brazil untuk membawa Italia memuncaki grup dan menantang Jerman Barat di final. Duel antara juara dua kali Piala Dunia tersebut berakhir dengan kemenangan ''Azzurri''. Rossi kembali mencetak gol, untuk melengkapi hasil akhir 3-1 untuk kemenangan Italia. Itu menjadi titel dunia ketiga bagi Italia sekaligus menyamai raihan titel Brasil.
Ironisnya, Italia justru tidak lolos ke putaran final [[Piala Eropa 1984|Euro 1984]], meski masih bermaterikan tim juara dunia dan pelatih Enzo Bearzot. Prestasi Italia juga tidak meyakinkan selama sisa dekade 80-an, dan baru bangkit pada [[Piala Dunia FIFA 1990|1990]] ketika mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia. Italia terhenti di semifinal oleh Argentina bersama [[Diego Maradona]], yang merupakan juara bertahan, dalam drama adu pinalti. Di ''playoff'', Italia berhasil mengalahkan Inggris dan merebut gelar hiburan sebagai peringkat ketiga.
==Dekade 90-an==
Pada [[Piala Dunia FIFA 1994|1994]], Italia yang diperkuat bintang [[Juventus]], [[Roberto Baggio]] dan beberapa pemain [[AC Milan]] berhasil melaju sampai final. Baggio menjadi bintang ketika mencetak rangkaian gol penentu menuju final. Sayangnya, justru Baggio pula yang menjadi biang kekalahan Italia ketika dirinya gagal mencetak gol dalam drama adu pinalti. Selain Baggio, kapten Italia dan AC Milan, [[Franco Baresi]] juga gagal. Raihan Italia kembali disalip oleh Brasil dengan empat titel.
Tahun 1996 dan 1998 adalah catatan kegagalan Italia, masing-masing di [[Piala Eropa 1996|Euro 96]] (yang digelar di Inggris) dan [[Piala Dunia FIFA 1998|Perancis 98]]. Italia tersisih di penyisihan grup setelah kalah dalam selisih gol dengan Republik Ceko. Di Piala Dunia 1998, Italia gagal di tangan Perancis melalui adu pinalti. Perancis kemudian meraih gelar juara Piala Dunia.
Duel antara Italia dan Perancis kembali berulang di final [[Piala Eropa 2000|Piala Eropa 2000]] yang digelar di [[Belanda]]-[[Belgia]]. Di final, Italia unggul 1-0 sampai menit terakhir ''injury time'' ketika penyerang Perancis [[Sylvain Wiltord]] membawa malapetaka dengan membobol gawang kiper Italia [[Francesco Toldo]] untuk memaksakan perpanjangan waktu. Di babak perpanjangan waktu, [[David Trezeguet]] berhasil mencetak gol untuk Perancis. Saat itu sistem permainan menggunakan sistem [[''Sudden Death'']], sehingga Italia dipastikan kalah di final. Kekalahan tragis itu membayangi Italia di [[Piala Dunia FIFA 2002|Piala Dunia 2002]] setelah mereka dipukul oleh tuan rumah [[Korea Selatan]]. Pasca kekalahan di Piala Dunia 2002, kapten [[Paolo Maldini]] mengundurkan diri sekaligus mengukir rekor sebagai pemain dengan 126 ''caps'', terbanyak sepanjang masa.
Drama berlanjut di [[Piala Eropa 2004|Piala Eropa 2004]]. Pelatih [[Giovanni Trapattoni]] yang juga menangani ''Azzurri'' di [[Piala Dunia FIFA 2002|Jepang-Korea 2002]] gagal membawa Italia lolos penyisihan setelah hanya mengumpulkan nilai 5 dari tiga kali bertanding. Dua tim [[Skandinavia]], [[Swedia]] dan [[Denmark]] menyisihkan Italia melalui hitung-hitungan selisih gol yang rumit. Kegagalan itu mengakibatkan Trapattoni mundur dan digantikan oleh [[Marcello Lippi]].
==Piala Dunia 2006==
Pada pertandingan pertama, Italia berhasil mengatasi Ghana dengan skor 2-0. [[Andrea Pirlo]] dan [[Vincenzo Iaquinta]] mencetak gol-gol untuk Italia. Di pertandingan kedua, Italia bermain imbang dengan Amerika Serikat, 1-1. [[Alberto Gilardino]] mencetak gol untuk Italia sebelum [[Cristian Zaccardo]] membuat gol bunuh diri untuk membuat pertandingan imbang. Pertandingan penentuan melawan Republik Ceko berhasil dimenangkan ketika [[Marco Materazzi]] dan[[ Filippo Inzaghi]] mencetak dua gol kemenangan Italia sekaligus meloloskan tim Azzurri ke babak selanjutnya. Di fase ''knock-out'', Italia bertemu dengan {{timnas|Australia}} yang keluar sebagai runner up Grup F. Pertandingan dimenangkan pada menit terakhir ketika [[Francesco Totti]] berhasil mengeksekusi pinalti yang diberikan wasit akibat pelanggaran kepada bek [[Fabio Grosso]] oleh pemain Australia. Di perempat final, Italia menyisihkan {{timnas|Ukraina}} dengan skor 3-0. [[Luca Toni]] membuat dua gol, dan satu tambahan gol dari [[Gianluca Zambrotta]] membuat Italia melenggang ke semi final untuk pertama kalinya sejak [[Piala Dunia FIFA 1994|1994]]. Di semifinal, tuan rumah {{timnas|Jerman}} menantang Italia. Dalam pertandingan yang diadakan di [[Dortmund]], kedua tim bermain terbuka dan atraktif sehingga banyak disebut sebagai pertandingan terbaik Piala Dunia. Italia mengulangi memori drama perpanjangan waktu [[Piala Dunia FIFA|Piala Dunia 1970]], ketika jelang usai perpanjangan waktu kedua, Fabio Grosso mencetak gol mematikan dari dalam kotak pinalti. [[Alessandro Del Piero]] menyempurnakan malam untuk Italia sekaligus mengirim Jerman ke ''playoff'' tempat ketiga. Di final, Italia menghadapi {{timnas|Perancis}} yang lolos setelah menyingkirkan favorit {{timnas|Brasil}} dan {{timnas|Portugal}}.
Baris 41 ⟶ 71:
* Depan: 7 [[Alessandro Del Piero]] (Juventus Turin) 9 [[Luca Toni]] (Fiorentina) 11 [[Alberto Gilardino]] (AC Milan) 15 [[Vincenzo Iaquinta]] ([[Udinese]]) 18 [[Filippo Inzaghi]] (AC Milan)
* Pelatih: [[Marcello Lippi]]
==Paska Piala Dunia 2006==
Setelah kemenangan di Piala Dunia, Marcello Lippi mengumumkan pengunduran dirinya. [[Roberto Donadoni]], mantan pemain [[AC Milan]] dan pelatih klub [[Livorno]] ditunjuk sebagai pengganti Lippi. Pengunduran Lippi rupanya juga diikuti mundurnya dua pilar Azzurri di masa Lippi, [[Francesco Totti]] dan [[Alessandro Nesta]]. Hal itu menambah berat beban Donadoni untuk meloloskan Italia ke putaran final [[Piala Eropa 2008|Euro 2008]] di Swiss-Austria. Meski dengan awalan yang kurang sempurna, Italia akhirnya berhasil memastikan lolos ke putaran final Euro 2008 setelah memenangi laga melawan [[Skotlandia]].
{{olahraga-stub}}
|