Kopi gayo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 114.125.45.219) dan mengembalikan revisi 10245162 oleh Kenrick95Bot: rasanya relevan |
k ejaan, replaced: sekedar → sekadar |
||
Baris 1:
[[Berkas:Kopi gayo.PNG|thumb|Kopi Gayo Atau Kopi Arabika Gayo]]
'''Kopi Gayo''' ({{lang-en|Gayo Coffee}}) merupakan varietas kopi arabika yang menjadi salah satu komoditi unggulan yang berasal dari [[Dataran tinggi Gayo]], [[Sumatra]], [[Indonesia]].<ref name="Kopi Gayo">[http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/researchcorner/1561376297761.pdf], IPTC Hamburg hal:7 [http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/researchcorner/1561376297761.pdf djpen.kemendag.go.id].</ref> Kopi Gayo telah mendapat Fair Trade Certified™ dari Organisasi Internasional Fair Trade pada tanggal [[27 Mei]] [[2010]], Kopi Gayo menerima sertifikat IG (Indikasi Geogafis) diserahkan oleh Menteri Hukum dan HAM [[Indonesia]].<ref name="Kopi Gayo dipatenkan">[http://nad.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=108:akhirnya-kopi-gayo-resmi-dipatenkan&catid=4:info-aktual], [http://nad.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=108:akhirnya-kopi-gayo-resmi-dipatenkan&catid=4:info-aktual nad.litbang.deptan.go.id].</ref>
==Latar belakang==
Baris 9:
=== Peran Belanda dan Kopi Gayo ===
[[Berkas:Rumah pekebun kopi gayo.png|328x328px|jmpl]]
Kehadiran kekuasaan [[Belanda]] di Tanah Gayo tahun [[1904]] serta merta diikuti pula dengan hadirnya pendatang-pendatang lain. Pada masa itu wilayah [[Aceh Tengah]] dijadikan ''onder afdeeling Nordkus Atjeh'' dengan [[Sigli]] sebagai ibukotanya. Di sisi lain, kehadiran [[Belanda]] juga telah memberi penghidupan baru dengan membuka lahan perkebunan, salah satunya kebun kopi di [[Tanah Gayo]] (di ketinggian 1.000 - 1.700 m di atas permukaan laut).
Sebelum kopi hadir di [[Dataran tinggi Gayo]], tanaman teh dan lada telah lebih dulu diperkenalkan. Menurut ahli pertanian [[Belanda]] JH Heyl dalam bukunya berjudul ''Pepercultuur in Atjeh'' menerangkan asalnya tanaman lada dibawa dari Mandagaskar (Afrika Timur) dalam abad VII atau VIII ke tanah Aceh (Zainuddin, 1961:264). Sayangnya kedua tanaman itu kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah kolonial. Pada akhirnya Belanda kemudian memperkenalkan dan membuka perkebunan kopi pertama seluas 100 ha pada tahun [[1918]] di kawasan [[Blang Gele, Bebesen, Aceh Tengah|Belang Gele]], yang sekarang termasuk wilayah [[Bebesen, Aceh Tengah|Kecamatan Bebesen]], [[Aceh Tengah]]. Selain dibukanya lahan perkebunan, di tahun [[1920]] muncul kampung baru masyarakat [[Gayo]] di sekitar perkebunan kopi [[Belanda]] itu, dan pada tahun 1925-1930 mereka membuka sejarah baru dengan membuka kebun-kebun kopi rakyat. Pembukaan itu didasari oleh pengetahuan yang diperoleh petani karena bertetangga dengan perkebunan Belanda itu. Pada akhir tahun 1930 empat buah kampung telah berdiri di sekitar kebun Belanda di Belang Gele itu, yaitu Kampung Belang Gele, Atu Gajah, Paya Sawi, dan Pantan Peseng (Melalatoa, 2003:51).
Baris 17:
Salah satu bukti kepurbakalaan yang berkaitan dengan komoditas kopi ini adalah temuan berupa sisa pabrik pengeringan kopi (biji kopi) di dekat Masjid Baitul Makmur, Desa [[Wih Porak, Silih Nara, Aceh Tengah]], [[Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam]] (Susilowati,2007). Secara astronomis terletak pada 040 36.640′ LU dan 0960 45.660′ BT (47 N 0251594 UTM 0510018). Bekas pabrik pengeringan kopi tersebut menempati lahan berukuran 110 m x 60 m, sebagian kini telah menjadi lahan Pesantren Terpadu Darul Uini. Pada lahan tersebut terdapat sisa bangunan berupa sisa pondasi, sisa tembok bangunan, bekas tempat kincir air, dan beberapa kolam tempat proses pengeringan kopi.<ref name="Sisa bangunan pengeringan kopi">[http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1619/kopi-gayo-masa-belanda-jepang], Sisa bangunan pengeringan kopi masa Belanda, Sumber: [http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1619/kopi-gayo-masa-belanda-jepang kebudayaanindonesia.net].</ref>
Tempat kincir air ditandai dengan 3 buah tembok berketebalan 15
===Setelah kemerdekaan===
Pada paruh kedua tahun [[1950]]-an, orang Gayo mulai berkebun kopi. Pada periode itu hutan-hutan dibabat untuk dijadikan kebun kopi. Pada tahun [[1972]] Kabupaten [[Aceh Tengah]] tercatat sebagai penghasil kopi terbesar dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi [[Nanggroe Aceh Darussalam]]. Luas areal kebun kopi di Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 1972 adalah 19.962 ha. Perkebunan kopi bagi warga [[Kabupaten Bener Meriah]] (pemekaran dari Kab. Aceh Tengah) dan [[Kabupaten Aceh Tengah]] merupakan urat nadi perekonomian yang paling menonjol, selain perdagangan sayur mayur seperti kol/kubis, wortel, cabai, dan cokelat. Sebagai komoditas ekspor, 27.953 keluarga di Aceh Tengah menggantungkan hidup mereka pada budi daya kopi dengan luas areal 46.392 ha, dan dengan rata-rata 720,7
Setelah konflik mereda dan ditandatanganinya perjanjian damai RI-GAM pada akhir tahun 2005, para petani kopi kini mulai berani bercocok tanam di kebun kopi yang terletak jauh di lereng gunung, tidak
[[Kategori:Kopi]]▼
==Cita Rasa==
Baris 50 ⟶ 49:
*{{id}} [https://books.google.co.id/books?id=WUneAgAAQBAJ&lpg=PA143&ots=SUKr0AIFot&dq=Kopi%20Gayo%20telah%20mendapat%20Fair%20Trade%20Certified%E2%84%A2&pg=PP1#v=onepage&q=Kopi%20Gayo%20telah%20mendapat%20Fair%20Trade%20Certified%E2%84%A2&f=false books.google.co.id]
▲[[Kategori:Kopi]]
[[Kategori:Kopi Gayo]]
|