Bahasa Jawa Banyumasan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Tendensi Kepunahan: hapus pertanyaan
Baris 103:
Baca kegundahan [[Ahamd Tohari]] berikut ini : ''dalam kenyataan sehari-hari keberadaan basa banyumasan termasuk dialek lokal yang sungguh terancam. Maka kita sungguh pantas bertanya dengan nada cemas, tinggal berapa persenkah pengguna basa banyumasan 20 tahun ke depan? Padahal, bahasa atau dialek adalah salah satu ciri utama suatu suku bangsa. Jelasnya tanpa basa banyumasan sesungguhnya wong penginyongan boleh dikata akan terhapus dari peta etnik bangsa ini''. Kekhawatiran belau lainnya : ''mana bacaan teks-teks lama Banyumasan seperti babad-babad Kamandaka, misalnya, malah lebih banyak ditulis dalam dialek Jawa wetanan. Jadi sebuah teks yang cukup mewakili budaya dan semangat wong penginyongan harus segera disediakan''.
 
Sebuah fakta empiris bahwa penutur asli bahasa Banyumasan (Satria) akan mengalah bila berbicara dengan penutur bahasa wetanan (Satrio). Alasannya, Satria tidak ingin dicap sebagai orang rendahan karena menggunakan bahasa berlogat kasar. Apabila setengah dari penduduk di wilayah Banyumasan adalah para Satrio, bukankah berarti tidak seorangpun yang menggunakan bahasa Banyumasan di rumahnya sendiri ?
 
<!--Upaya untuk melestarikan bahasa Banyumasan bahkan budaya Banyumasan menjadi sangat penting agar [[Jawa]] tidak kehilangan salah satu sub kulturnya, juga agar [[Indonesia]] tidak kehilangan salah satu ke [[Bhineka Tunggal Ika]] annya.-->