Kota Pariaman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 114.79.32.235 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Mouche
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: diantara → di antara (4), dimana → di mana (4), diatas → di atas
Baris 81:
|footnotes =
}}
'''Kota Pariaman''' adalah sebuah [[kota]] yang terletak di provinsi [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Kota ini berjarak sekitar 56  km dari [[kota Padang]] atau 25  km dari [[Bandara Internasional Minangkabau]].
 
== Sejarah ==
Menurut laporan [[Tomé Pires]] dalam ''Suma Oriental'' yang ditulis antara tahun [[1513]] and [[1515]]<ref name="Cortes">Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols.</ref>, kota Pariaman ini merupakan bagian dari kawasan ''rantau'' [[Suku Minangkabau|Minangkabau]]. Dan kawasan ini telah menjadi salah satu kota pelabuhan penting di pantai barat [[Sumatera]]. Pedagang-pedagang [[India]] dan [[Eropa]] datang dan berdagang [[emas]], [[lada]] dan berbagai hasil perkebunan dari pedalaman Minangkabau lainnya. Namun pada awal abad ke-17, kawasan ini telah berada dalam kedaulatan [[kesultanan Aceh]]<ref>Kathirithamby-Wells, J., (1969), ''Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663'', JSEAH 10, 3:453-479.</ref>.
 
Seiring dengan kedatangan ''[[Vereenigde Oostindische Compagnie]]'' (VOC) pada tahun [[1663]] yang kemudian mendirikan kantor dagang di [[kota Padang]]<ref name="Freek">Colombijn, Freek, (1996), ''Padang'', Cities (Elsevier), Vol. 13, Issue 4, August 1996, pp. 281-288, [http://dx.doi.org/doi:10.1016/0264-2751(96)00010-8 doi:10.1016/0264-2751(96)00010-8]. (Jurnal berbayar)</ref> yang kemudian pada tahun [[1668]] berhasil mengusir pengaruh [[kesultanan Aceh]] di sepanjang pesisir pantai barat Sumatera, mulai dari Barus sampai ke Kotawan(?)<ref>NA, VOC 1277, ''Mission to Pagaruyung'', fols. 1027r-v</ref>. Dan kemudian pemerintah [[Hindia-Belanda]] memusatkan aktivitasnya di kota Padang, dan membangun jalur rel kereta api antara kota Padang dengan kota Pariaman, sehingga lambat laun pelabuhan Pariaman pun mulai kehilangan pamornya.
 
== Geografi ==
Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatera dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35 meter diatasdi atas permukaan laut dengan luas daratan 73,36 &nbsp;km² dengan panjang pantai ± 12,7 &nbsp;km serta luas perairan laut 282,69 &nbsp;km² dengan 6 buah pulau-pulau kecil diantaranyadi antaranya Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak.
 
Kota Pariaman merupakan daerah yang beriklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh angin barat dan memiliki bulan kering yang sangat pendek. Curah hujan pertahun mencapai angka sekitar 4.055 &nbsp;mm (2006) dengan lama hari hujan 198 hari. Suhu rata-rata 25,34&nbsp;°C dengan kelembaban udara rata-rata 85,25 dan kecepatan angin rata-rata 1,80 &nbsp;km/jam<ref name="Pariaman">http://www.kotapariaman.go.id [http://www.kotapariaman.go.id/download/Profil%20Kota%20pariaman-08.pdf Profil Kota Pariaman] (diakses pada 4 Juli 2010)</ref>.
 
{{Batas USBT
Baris 102:
== Pemerintahan ==
{{utama|Daftar Walikota Pariaman}}
Kota Pariaman resmi berdiri sebagai kota otonom pada tanggal [[2 Juli]] [[2002]] berdasarkan [[Undang-undang]] Nomor 12 Tahun 2002 tentang pembentukan kota Pariaman di provinsi Sumatera Barat<ref name="UU">http://www.setneg.go.id [http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=281&filename=UU_no_12_th_2002.pdf Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002]</ref>. Sebelumnya kota ini berstatus ''kota administratif'' dan menjadi bagian dari [[kabupaten Padang Pariaman]] berdasarkan [[Peraturan pemerintah]] Nomor 33 Tahun 1986 yang diresmikan tanggal [[29 Oktober]] [[1987]] oleh [[Daftar Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia|Mendagri]] [[Soepardjo Rustam]] dengan [[Walikota]] pertamanya Drs. [[Adlis Legan]] (1987-1993).
 
Kota Pariaman terdiri atas [[empat]] kecamatan:
Baris 112:
Kota Pariaman memiliki 71 (tujuh puluh satu) Kelurahan/Desa yang tergabung dalam 12 (dua belas) Kenagarian.
 
Sampai tahun [[2008]] tercatat 2.952 orang [[pegawai negeri sipil]] (PNS) yang bekerja di lingkungan pemerintah kota Pariaman, dengan rincian 54 orang berpendidikan Pasca Sarjana, 1.049 orang Sarjana, 761 orang dengan pendidikan Diploma III, 319 orang D II, 510 orang dengan pendidikan SLTA, 24 orang lulusan SLTP dan 16 orang lulusan SD<ref>http://www.kotapariaman.go.id [http://www.kotapariaman.go.id/pemerintahan.php?tid=5 Jumlah Aparatur] (diakses pada 4 Juli 2010)</ref>.
 
== Kependudukan ==
Baris 126:
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | [[Berkas:Green Arrow Up.svg|10px|link=]] 97.901
|-
| colspan="13" style="text-align:center;font-size:90%;"|<small>Sejarah kependudukan kota Padang<br />'''Sumber:'''<ref name="BPS" /><ref>http://www.kotapariaman.go.id [http://www.kotapariaman.go.id/profil.php?tid=7 Penduduk] (diakses pada 4 Juli 2010)</ref>
|}
 
== Pendidikan ==
[[Pendidikan]] merupakan faktor penting dalam pembangunan daerah dan menjadi salah satu prioritas pemerintah kota ini, karena dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas tentu akan mendorong perkembangan pembangunan kota Pariaman. Beberapa program pemerintah kota diarahkan pada peningkatan sarana prasarana penunjang pendidikan, baik pengadaan alat laboratorium, alat peraga sekolah, maupun buku-buku sekolah. Selain itu peningkatan kemampuan dan pemerataan tenaga pendidik juga dilakukan secara kontinu termasuk dukungan pendanaan, pelatihan maupun studi lanjut<ref>http://www.kotapariaman.go.id [http://www.kotapariaman.go.id/pemerintahan.php?tid=1 Pendidikan] (diakses pada 4 Juli 2010)</ref>.
 
{| class="wikitable" style="font-size:90%;width:70%;border:0px;text-align:center;line-height:120%;"
Baris 157:
== Perhubungan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een B.O.W. -brug dicht bij Pariaman Sumatra's Westkust TMnr 10007731.jpg|thumb|250px|Jembatan Kurai Taji (tahun 1920-an)]]
Sebelumnya pelabuhan di kota Pariaman pernah menjadi pusat perdagangan di pantai barat pulau Sumatera, namun seiring dengan menguatnya kekuasaan pemerintahan kolonialis [[Hindia-Belanda]], lambat laun peranan pelabuhan kota ini menurun digantikan oleh [[pelabuhan Muara]] dan [[pelabuhan Teluk Bayur]] yang terletak di kota Padang<ref>Dobbin, Christine E., (1992), ''Kebangkitan Islam dalam ekonomi petani yang sedang berubah: Sumatera Tengah, 1784-1847'', INIS, ISBN 978-979-8116-12-4.</ref>. Sampai saat ini pelabuhan laut di kota ini masih belum berfungsi sebagai sarana angkutan penumpang dan barang, dan hanya digunakan untuk tempat berlabuh kapal-kapal [[nelayan]] setempat.
 
[[File:Pariaman old terminal.JPG|256px|left|thumb|Terminal bus lama Pariaman]]
Pembangunan jalan merupakan aspek penting dalam menunjang sektor ekonomi dan sosial sehingga dapat mengakomodasi keterhubungan lokasi atau ruang fisik dimanadi mana kegiatan penduduk berada. Sampai tahun [[2007]] pemerintah kota Pariaman telah melakukan peningkatan jalan sepanjang 78.30 &nbsp;km.
 
Selanjutnya sebagai sarana transportasi untuk angkutan dalam kota dan sekitarnya, terdapat mikrolet dan bendi (kereta kuda). Sedangkan untuk antar daerah dalam provinsi digunakan bis. Dan sebagai pusat dari sarana angkutan darat di kota ini adalah pada [[Terminal Jati]]<ref>http://www.kotapariaman.go.id [http://www.kotapariaman.go.id/infokota.php?tid=248 Pemko Pariaman Akan Terus Optimalkan Terminal Jati] (diakses pada 9 Juli 2010)</ref>.
 
Selain itu kota ini juga memiliki sarana transportasi kereta api yang menghubungkan kota ini dengan [[kota Padang]].
 
== Perekonomian ==
Sektor [[perdagangan]] merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling banyak di kota Pariaman, yang kemudian disusul oleh sektor [[jasa]], dimanadi mana pada kota ini terdapat 3 buah pasar tradisional. Sektor [[industri]] cukup berkembang di kota ini terutama industri kimia dan logam. Sedangkan sektor [[pertanian]] masih menjanjikan bagi masyarakat setempat dimanadi mana sampai tahun [[2007]] luas areal persawahan yang masih dimiliki kota ini adalah 36.81 % dari total luas wilayahnya, dan sektor pertanian ini juga memberikan konstribusi paling besar yaitu sebesar 27.06 % dari total PDRB kota Pariaman.
 
{| class="wikitable" style="float: ; "
Baris 189:
| [[2007]] || align="center" | 1.126.04 || align="center" | 621.50 || align="center" | 5.36 || align="center" |4.79
|-
| colspan="5" | <small>Sumber: <ref name="PariamanBPS"/><ref name="BPSPariaman"/></small>
|}
 
== Pariwisata ==
Kota Pariaman memiliki [[pantai]] landai dengan pesona yang indah, saat ini resort wisata telah dibenahi oleh pemerintah kota setempat dalam usaha pengembangan sektor pariwisatanya. Objek wisata pantai Pariaman diantaranyadi antaranya adalah [[pantai Gandoriah]] yang berlokasi di depan stasiun kereta api Pariaman, Pantai Kata di Taluk-Karan Aur, Pantai Cermin di Karan Aur, Pantai Belibis di Naras dan memiliki Pusat Penangkaran Penyu pertama dan satu-satunya di Sumatera Barat di Pantai Penyu, Apar, Kec. Pariaman Utara. Selain itu Kota yang bermotto Sabiduak Sadayuang ini juga memiliki 5 (lima) pulau kecil yang tak berpenghuni yang tengah dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai destinasi wisata oleh Pemkot Pariaman diantaranyadi antaranya Pulau Angso Duo, Pulau Kasiak, Pulau Tangah, Pulau Ujung dan Pulau Gosong.
 
Kota ini juga dikenal dengan pesta budaya tahunan ''tabuik''<ref>Berkmoes, Ryan Ver, (2010), ''Lonely Planet Indonesia'', Lonely Planet, ISBN 978-1-74104-830-8.</ref><ref>''Indonesia magazine'', (1994), Yayasan Harapan Kita.</ref><ref>Abidin, Mas'oed, (2005), ''Ensiklopedi Minangkabau'', Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 978-979-3797-23-6.</ref> yang prosesi acaranya diselenggarakan mulai dari tanggal 1 Muharram sampai pada puncaknya tanggal 10 Muharram setiap tahunnya. Saat ini terdapat 2 museum rumah Tabuik yakni Rumah Tabuik Subarang di Jl. Imam Bonjol Samping Balaikota dan Rumah Tabuik Pasa di Jl. Syekh Burhanuddin Karan Aur yang memuat informasi sejarah perkembangan dan pembuatan tabuik beserta replikanya.
Baris 201:
 
== Budaya ==
Masyarakat di kota Pariaman ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan etnis Minangkabau umumnya. Sebagai kawasan yang berada dalam struktur ''rantau'', beberapa pengaruh terutama dari [[Aceh]] masih dapat ditelusuri sampai sekarang, diantaranyadi antaranya penamaan atau panggilan untuk seseorang di kawasan ini, misalnya ''ajo'' (lelaki dewasa, dengan maksud sama dengan [[kakak]]) atau ''cik uniang'' (perempuan dewasa, dengan maksud sama dengan kakak) sedangkan panggilan yang biasa digunakan di kawasan ''darek'' adalah ''uda'' (lelaki) dan ''uni'' (perempuan). Selain itu masih terdapat lagi beberapa panggilan yang hanya dikenal di kota ini seperti ''bagindo, sutan'' atau ''sidi'' (sebuah panggilan kehormatan buat orang tertentu).
 
Kemudian dalam tradisi perkawinan, masyarakat pada kota ini masih mengenal apa yang dinamakan ''Ba japuik'' atau ''Ba bali'' yaitu semacam tradisi dimanadi mana pihak mempelai wanita mesti menyediakan uang dengan jumlah tertentu yang digunakan untuk meminang mempelai prianya.
 
== Referensi ==