Makasar, Jakarta Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-dibawah, +di bawah)
Baris 14:
== Sejarah Penamaan Kampung Makasar ==
Kawasan yang dahulu termasuk Kampung Makasar dewasa ini meliputi wilayah kelurahan [[Makasar, Makasar, Jakarta Timur|Makasar]] dan sebagian dari wilayah Kelurahan [[Kebon Pala, Makasar, Jakarta Timur|Kebon Pala]], Kecamatan [[Kramat Jati, Jakarta Timur|Kramat Jati]], Kotamadya [[Jakarta Timur]]. Disebut Kampung Makasar, karena sejak tahun [[1686]] dijadikan tempat pemukiman orang – orang Makasar, di bawah pimpinan Kapten [[Daeng Matara]] (De Haan 1935:373). Mereka adalah bekas tawanan perang yang dibawa ke [[Batavia]] setelah [[Kerajaan Gowa]], dibawahdi bawah [[Sultan Hasanuddin]] tunduk kepada [[Kompeni]] yang sepenuhnya dibantu oleh [[Kerajaan Bone]] dan [[Kerajaan Soppeng|Soppeng]] ([[Herman Theodoor Colenbrander|Colenbrander]] 1925, (II):168: Poesponegoro 1984, (IV):208). Pada awalnya mereka di Batavia diperlukan sebagai budak, kemudian dijadikan pasukan bantuan, dan dilibatkan dalam berbagai peperangan yang dilakukan oleh Kompeni. Pada tahun [[1673]] mereka ditempatkan di sebelah utara Amanusgracht, yang kemudian dikenal dengan sebutan [[Kampung Baru]] (De Haan 1935:373). Mungkin merasa bukan bidangnya, tanah di Kampung Makasar yang diperuntukan bagi mereka itu tidak mereka garap sendiri melainkan disewakan kepada pihak ketiga, akhirnya jatuh ketangan [[Frederik Willem Preyer]] (De Haan 1935:373; 1910:57). Salah seorang putri Daeng Matara menjadi istri [[Pangeran Purbaya]] dari [[Banten]] yang memiliki beberapa rumah dan ternak di [[Condet]], yang terletak disebelah barat Kampung Makasar (De Haan 1910:253).
Perlu dikemukakan, bahwa pada tahun [[1810]] pasukan orang – orang Makasar oleh [[Daendels]] secara administratif digabungkan dengan pasukan orang – orang Bugis (De Haan 1925:373). Pada awal [[Abad ke-20|abad keduapuluhan]], menjadi milik keluarga Rollinson (Poesponegoro 1986, (IV):295), “… tanggal 5 April (1916, pen.), yaitu ketika [[Entong Gendut]] memimpin gerombolan orang – orang berkerumun di depan Villa Nova, rumah Lady Rollinson, pemilik tanah partikelir Cililitan Besar”