Amangkurat IV: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
reviewed |
||
Baris 2:
== Silsilah ==
Nama aslinya adalah '''Raden Mas Suryaputra''', putra dari [[Pakubuwana I]] yang lahir dari permaisuri Ratu Mas Blitar (keturunan Pangeran Juminah, putra [[Panembahan Senopati]] dengan Retno Dumilah putri [[Madiun]]).
Amangkurat IV memiliki beberapa orang putra yang di antaranya menjadi tokoh-tokoh penting, misalnya, dari permaisuri lahir [[Pakubuwana II]] pendiri [[keraton Surakarta]], dari selir Mas Ayu Tejawati lahir [[Hamengkubuwana I]] raja pertama [[Yogyakarta]], dan dari selir Mas Ayu Karoh lahir Arya Mangkunegara, ayah dari [[Mangkunegara I]]
== Reaksi
Pangeran Arya Dipanegara adalah putra [[Pakubuwana I]] yang lahir dari selir. Pada tahun [[1719]] ia ditugasi menangkap Arya Jayapuspita, pemberontak dari [[Surabaya]] (adik [[Adipati Jangrana]]). Mendengar berita kematian ayahnya yang dilanjutkan dengan pengangkatan Amangkurat IV sebagai raja baru membuat Dipanegara enggan pulang ke [[Kartasura]].
Arya Dipanegara lalu mengangkat diri menjadi raja bergelar Panembahan Herucakra yang beristana di [[Madiun]]. Ia bergabung dengan kelompok Jayapuspita yang bermarkas di [[Mojokerto]]. Bersama mereka menyusun pemberontakan terhadap Amangkurat IV yang dilindungi [[VOC]].
Sementara itu, Amangkurat IV juga berselisih dengan kedua adiknya, yaitu Pangeran Blitar dan [[Pangeran Purbaya]]. Kedua pangeran itu akhirnya dicabut hak dan kekayaannya oleh Amangkurat IV.
Pangeran Blitar akhirnya memberontak di istana dengan dukungan kaum ulama yang anti [[VOC]]. [[Pangeran Purbaya]] dan Arya Mangkunegara (putra Amangkurat IV) bergabung dalam pemberontakan itu. Namun karena pihak Amangkurat IV lebih kuat, para pemberontak akhirnya menyingkir meninggalkan [[Kartasura]].
Baris 19:
Paman Amangkurat IV, yaitu Arya Mataram juga meninggalkan [[Kartasura]] menuju [[Pati]] di mana ia mengangkat diri sebagai raja di sana.
== [[Perang Suksesi Jawa Kedua
Perang saudara memperebutkan takhta [[Kartasura]] yang oleh para sejarawan disebut Perang Suksesi Jawa II ini menyebabkan rakyat [[Jawa]] terpecah belah. Sebagian memihak Amangkurat IV yang didukung [[VOC]], sebagian memihak Pangeran Blitar, sebagian memihak Pangeran Dipanegara Madiun, dan sebagian lagi memihak Pangeran Arya Mataram.
Baris 32:
Perjuangan dilanjutkan [[Pangeran Purbaya]] yang berhasil merebut [[Lamongan]]. Namun kekuatan musuh jauh lebih besar. Perang akhirnya berhenti tahun [[1723]]. Kaum pemberontak dapat ditangkap. [[Pangeran Purbaya]] dibuang ke [[Batavia]], Pangeran Dipanegara Herucakra dibuang ke [[Tanjung Harapan]], sedangkan Panji Surengrana (adik Jayapuspita) dan beberapa keturunan [[Untung Suropati]] dibuang ke [[Srilangka]].
== Akhir
Amangkurat IV kemudian berselisih dengan [[Cakraningrat IV]] bupati [[Pulau Madura|Madura]] (barat). [[Cakraningrat IV]] ini ikut berjasa memerangi pemberontakan Jayapuspita di [[Surabaya]] tahun [[1718]] silam. Ia memiliki keyakinan bahwa [[Pulau Madura|Madura]] akan lebih makmur jika berada di bawah kekuasaan [[VOC]] daripada [[Kartasura]] yang dianggapnya bobrok.
Baris 50:
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
* M.C. Ricklefs. 1991. ''Sejarah Indonesia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
Baris 61:
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan=Sunan Kartasura|tahun=
{{kotak selesai}}
|