Kanon Alkitab: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
 
Istilah '''kanonisitas''' merujuk pada seberapa jauh suatu tulisan dapat dianggap berwibawa dan memenuhi syarat untuk diterima sebagai kanon atau tidak.
 
==Sejarah==
Orang-orang [[Yahudi]] telah membakukan bahwa kitab-kitab yang kita sebut [[Perjanjian Lama]] diilhami Allah, sedangkan yang lain tidak. Ketika orang-orang Kristen berhadapan dengan berbagai ajaran sesat, mereka mulai merasakan pentingnya membedakan tulisan-tulisan yang sesungguhnya diilhami Allah dan yang tidak.
 
Dua kriteria penting yang dipakai gereja untuk mengenal [[kanon]] (istilah [[bahasa Yunani|Yunani]] yang artinya "standar") adalah yang berasal dari para rasul dan tulisan-tulisan yang dipakai di gereja-gereja.
 
Dalam mempertimbangkan tulisan rasuli, gereja menganggap [[Paulus]] sebagai salah seorang rasul. Meskipun Paulus tidak berjalan bersama-sama dengan Kristus, Paulus bertemu dengan Kristus dalam perjalanannya ke [[Damaskus]]. Aktivitas penginjilannya yang tersebar luas – yang dibenarkan dalam [[Kisah Para Rasul]] – menjadikannya model seorang rasul.
 
Setiap Injil harus dihubungkan dengan seorang rasul. Dengan demikian, [[Injil Markus]] yang dihubungkan dengan [[Petrus]] dan [[Injil Lukas]] yang dihubungkan dengan [[Paulus]], mendapat tempat dalam kanon. Setelah para rasul wafat, orang-orang Kristen sangat menghargai kesaksian yang ada dalam Injil tersebut, meskipun Injil tersebut tidak mengungkapkan nama rasul yang terkait.
 
Tentang penggunaan tulisan-tulisan yang dipakai di gereja-gereja, petunjuknya ialah, "Jika banyak gereja memakai tulisan tersebut dan jika tulisan tersebut dapat terus-menerus meningkatkan moral mereka, maka tulisan tersebut diilhami". Meskipun standar ini menunjukkan pendekatan yang agak [[pragmatis]], namun ada juga logikanya di balik itu. Sesuatu yang diilhami Allah akan mengilhami juga para penyembah-Nya; tulisan yang tidak diilhami pada akhirnya akan lenyap juga.
 
Namun, standar-standar tersebut saja tidak cukup untuk menentukan sebuah kitab sebagai kanon. Banyak tulisan ajaran sesat membawa-bawa nama rasul. Di samping itu, ada gereja-gereja yang memakai tulisan tersebut sedangkan yang lainnya tidak.
 
Menjelang akhir abad kedua, keempat [[Injil]], [[Kisah Para Rasul]] dan surat-surat Paulus sangat dihargai hampir di semua pelosok. Meskipun tidak pernah ada daftar "resmi", gereja-gereja cenderung berpaling pada tulisan-tulisan ini karena dianggap memiliki otoritas spiritual. Para uskup yang berpengaruh seperti [[Ignasius]], [[Clemens]] dari Roma dan [[Polikarpus]] telah menjadikan tulisan-tulisan ini mendapat pengakuan yang luas. Namun perdebatan masih berlangsung terhadap [[Surat kepada Orang Ibrani|Ibrani]], [[Surat Yakobus|Yakobus]], [[Surat Petrus yang Kedua|2 Petrus]], [[Surat Yohanes yang Kedua|2]] dan [[Surat Yohanes yang Ketiga|3 Yohanes]], [[Surat Yudas|Yudas]] serta [[Wahyu kepada Yohanes|Wahyu]].
 
Daftar ortodoks mula-mula, yang disusun sekitar tahun 200, adalah [[Kanon Muratori]] Gereja Roma. Daftar ini meliputi sebagian besar [[Perjanjian Baru]] seperti yang kita ketahui masa kini, dan menambahkan [[Wahyu Petrus]] dan [[Kebijaksanaan Salomo]]. Kumpulan yang muncul di kemudian hari telah menghapuskan satu buku dan membiarkan yang lain, namun semuanya itu tetap mirip. Karya-karya seperti [[Gembala Hermas]], [[Didache]] dan [[Surat Barnabas]] sangat disanjung, meskipun banyak orang enggan mengakui buku itu sebagai tulisan yang diiihami.
 
Pada tahun [[367]], [[Athanasius]], uskup [[Alexandria]] yang ortodoks dan berpengaruh itu, menulis "Surat Paskah" yang beredar cukup luas. Di dalamnya ia menyebut kedua puluh tujuh buku yang sekarang kita kenal dengan nama [[Perjanjian Baru]]. Dengan harapan mencegah jemaatnya dari kesalahan, Athanasius menyatakan bahwa tiada buku lain dapat dianggap sebagai Injil Kristen, meskipun ia longgarkan beberapa, seperti [[Didache]], yang menurutnya, akan berguna bagi ibadah pribadi.
 
Kanon yang dibuat Athanasius tidak menyelesaikan masalah. Pada tahun [[397]], [[Konsili Kartago]] mensahkan daftar kanon tersebut, tetapi gereja-gereja wilayah Barat agak lamban menyelesaikan kanon. Pergumulan berlanjut atas kitab-kitab yang dipertanyakan, meskipun pada akhirnya semua pihak menerima [[Kitab Wahyu]].
 
Pada akhirnya, daftar kanon yang dibuat Athanasius mendapat pengakuan umum, dan sejak itu gereja-gereja di seluruh dunia tidak pernah menyimpang dari kebijakannya.
 
== Kanonisasi ==