Siti Manggopoh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Referensi: minor cosmetic change
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 4:
|caption= Patung Siti Manggopoh di Simpang Gudang, [[Lubuk Basung, Agam|Lubuak Basuang]]
|birth_date= Mei 1880
|birth_place= {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam |manggopoh]], [[Hindia Belanda]]
|death_date= 22 Agustus 1965 (umur 85)
|death_place= {{flagicon|Indonesia}} Gasan Gadang, [[Batang Gasan, Padang Pariaman|Batang Gasan]], [[Padang Pariaman]], [[Sumatera Barat]]
Baris 12:
|parents= Sutan Tariak (ayah)<br>Mak Kipap (ibu)
}}
'''Siti Manggopoh''' (lahir di [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam |manggopoh]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Hindia Belanda]], Mei 1880 - meninggal di Gasan Gadang, [[Kabupaten Padang Pariaman|Padang Pariaman]], [[Sumatera Barat]], 1965 pada umur 85 tahun) adalah seorang pejuang perempuan dari Manggopoh, Lubuk Basung, Agam. Ia pernah mengobarkan perlawanan terhadap kolonialis [[Belanda]] dalam perang yang dikenal sebagai [[Perang Belasting]].<ref name="berdikarionline.com">[http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20100714/siti-manggopoh-dan-perang-belasting.html "Siti Manggopoh dan Perang Belasting"] ''Berdikarionline.com'', 14 Juli 2010. Diakses 21 Juli 2015.</ref><ref name="pribuminews.com">[http://pribuminews.com/22/06/2015/perempuan-minang-pemberani-itu-bernama-siti-manggopoh/ "Perempuan Minang Pemberani Itu Bernama Siti Manggopoh"] ''Pribuminews.com'', 22 Juni 2015. Diakses 21 Juli 2015.</ref><ref name="liputan6.com">[http://news.liputan6.com/read/14881/siti-manggopoh-diusulkan-menjadi-pahlawan-nasional "Siti Manggopoh, Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional"] ''[[Liputan6.com]]'', 17 Juni 2001. Diakses 21 Juli 2015.</ref>
 
== Riwayat ==
Pada tahun 1908, Siti melakukan perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Belanda melalui pajak uang (''belasting''). Peraturan ''belasting'' dianggap bertentangan dengan [[adat Minangkabau]], karena tanah adalah kepunyaan komunal atau kaum di [[Ranah Minang|Minangkabau]]. Pada tanggal [[16 Juni]] [[1908]], Belanda sangat kewalahan menghadapi tokoh perempuan Minangkabau ini, sehingga meminta bantuan kepada tentara Belanda yang berada di luar [[nagari]] Manggopoh. Perang ini kemudian dinamai Perang Belasting.
 
Dengan siasat yang diatur sedemikian rupa oleh Siti, dia dan pasukannya berhasil menewaskan 53 orang serdadu penjaga benteng. Sebagai perempuan, Siti Manggopoh cukup mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Ia memanfaatkan naluri keperempuanannya secara cerdas untuk mencari informasi tentang kekuatan Belanda tanpa hanyut dibuai rayuan mereka.
 
Ia pernah mengalami konflik batin ketika akan mengadakan penyerbuan ke benteng Belanda. Konflik batin tersebut adalah antara rasa keibuan yang dalam terhadap anaknya yang erat menyusu di satu pihak dan panggilan jiwa untuk melepaskan rakyat dari kezaliman Belanda di pihak lain. Namun ia segera keluar dari sana dengan memenangkan panggilan jiwanya untuk membantu rakyat.
 
Tanggung jawabnya sebagai ibu dilaksanakan kembali setelah melakukan penyerangan. Bahkan anaknya, Dalima, dia bawa melarikan diri ke [[hutan]] selama 17 hari dan selanjutnya dibawa serta ketika ia ditangkap dan dipenjara 14 bulan di [[Lubuk Basung, Agam]], 16 bulan di [[Kota Pariaman|Pariaman]], dan 12 bulan di [[Kota Padang|Padang]]. Mungkin karena anaknya masih kecil atau karena alasan lainnya, akhirnya Siti Manggopoh dibebaskan. Namun suaminya dibuang ke [[Kota Manado|Manado]].