Pembicaraan:AIDS: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 1:
AIDS sudah ada obatnya, dan syukurlah pemerintah sudah menyediakan obat-obat tersebut secara subsidi penuh alias gratis. Obat tersebut dinamakan obat anti retroviral, disingkat ARV. Disebut anti retrovirus, karena HIV, virus penyebab penyakit AIDS, termasuk golongan retrovirus. Nama lain ARV adalah HAART (Highly Active Anti Retroviral Therapy).
ARV bermanfaat memulihkan kekebalan yang dirusak virus HIV, kesehatan ODHA pulih kembali, tidak mudah sakit, dan angka kematian akibat AIDS ditekan drastis, selama ODHA mengonsumsi ARV teratur setiap hari. Orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih sehat, dapat bekerja normal, dan produktif.
Untuk diketahui, pengalaman kami mengobati ODHA pada kurun waktu 1985 sampai 1995 amat menyedihkan. Hampir semuanya meninggal dalam waktu satu sampai dua tahun. Sejak mulai ditemukan beberapa obat ARV, maka pengobatan kombinasi dua obat ARV bermanfaat jauh lebih baik dari obat tunggal. Mulai 1997 sampai sekarang, terbukti kombinasi tiga obat ARV merupakan pilihan yang terbaik.
Jadi, sekali lagi, setelah mengonsumsi tiga obat ARV teratur selama beberapa bulan, sistem kekebalan yang rusak akibat HIV pulih kembali, kekebalan ODHA terhadap berbagai penyakit infeksi oportunistik menjadi lebih baik. Untuk diketahui penyebab kematian akibat AIDS, bisanya bukan karena virus HIV langsung, tetapi karena infeksi tuberkulosis, jamur, toksoplasma, kanker Kaposi, kanker kelenjar getah bening, dan lain lain.
TBC pada AIDS yang sebelumnya sukar diobati, menjadi lebih mudah ditangani, demikian pula kanker Kaposi bisa spontan membaik tanpa pengobatan khusus. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat, seperti infeksi jamur kandida di saluran makanan bagian atas (esofagus), cytomegalovirus (CMV), dan infeksi mikobakteri atipik dapat disembuhkan.
Penyakit radang paru akibat PCP (Pneumocystis Carinii Pneumonia), dahulu, mengharuskan ODHA minum obat kotrimoksasol sepanjang hidupnya agar tidak kambuh. Namun sekarang dengan minum obat ARV teratur, banyak ODHA yang tidak memerlukan minum kotrimoksasol, sebagai obat profilaksis terhadap pneumonia.
Sekarang ini, infeksi HIV dapat dianggap serupa dengan penyakit menahun yang dapat dikelola selama bertahun-tahun. Berapa lama ODHA minum ARV? Sampai sekarang ini, ARV perlu diminum jangka panjang, bertahun-tahun, serupa dengan kalau kita sakit darah tinggi atau kencing manis.
Namun, selama minum obat kesehatan ODHA bagus. Kombinasi obat ARV tidak hanya secara konsisten menekan jumlah HIV, namun juga secara bermakna memperlambat progresifitas penyakit. Manfaat perbaikan harapan hidup. Pemantauan jumlah sel LIMFOSIT CD4 di dalam darah merupakan indikator yang dapat dipercaya untuk memantau beratnya kerusakan kekebalan tubuh akibat HIV, dan memudahkan kita untuk mengambil keputusan memberikan pengobatan ARV.
Teknik yang canggih dan bisa dipercaya untuk menghitung HIV di dalam darah, saat ini sudah didapatkan. Cara tersebut, yaitu menghitung VIRAL LOAD dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) memudahkan kita untuk memantau efektivitas obat ART. Untuk Jakarta, tes CD4 dan Viral Load dapat dikerjakan antara lain di RS Cipto Mangunkusumo, Divisi Hematologi Onkologi Medik, Penyakit Dalam dan di RS Kanker Dharmais.
Walaupun kemajuan pengobatan HIV bisa dikatakan amat pesat dan impresif, namun masih ada beberapa kendala yang dijumpai antara lain putus obat. Untuk mencegah putus obat yang sering berakibat fatal, Pak Sumarto dan anggota keluarga yang lain perlu aktif memantau apakah anak bapak teratur minum obat dan juga memotivasinya agar tidak lupa minum ARV.
Masalah kedua adalah masalah resisten, pada sejumlah ODHA, khususnya yang putus obat atau sering lupa minum obat ARV, virus HIV menjadi resisten, tidak mempan lagi terhadap obat-obat ARV yang pernah diminum. Sehingga, ODHA tersebut harus minum ARV yang lain, lini kedua. Sayangnya lini kedua yang tersedia di Indonesia masih amat terbatas.
Masalah ketiga adalah efek samping obat. Nevirapin dapat menyebabkan alergi, ringan sampai berat. Karena itu, pada awal minum nevirapin, harus mulai dengan dosis rendah, sehari satu, dilanjutkan dengan dua kali satu tablet.
Bila alergi nevirapin sudah tersedia obat penggantinya, efavir, yang juga tersedia gratis. Salah satu obat ARV, duviral yang berisi zidovudine dan lamivudin, dapat menyebabkan anemia akibat zidovudine. Dalam hal anemia, zidovudine diganti dengan stavudine (stavir).
Pak Marto, dapat disimpulkan bahwa obat anti retroviral (ARV) amat bermanfaat untuk pengobatan penyakit infeksi HIV dan AIDS. ARV menekan angka kesakitan dan angka kematian HIV/AIDS. Penyakit infeksi oportunistik menjadi lebih mudah diatasi.
Infeksi oportunistik juga lebih jarang ditemukan. Kendala pengobatan HIV antara lain kesukaran ODHA untuk minum obat teratur, efek samping ARV, dan timbulnya resistensi HIV terhadap obat anti retroviral.
Dukungan psikosologik, dukungan sosial keluarga amat diperlukan, khususnya untuk mengingatkan, memperkuat motivasi ODHA minum obat teratur. Efek samping ARV tidak menjadi halangan, dapat ditangani dokter.
Pendirita aids tidak menunjukan gejala apapun, bahkan sang penderita bisa tidak mengetahui bahwa dirinya terkena hiv/aids. Satu-satunya jalan untuk mengetahui bahwa seseorang menderita aids adalah dengan melakukan cek darah. Dan biasanya, virus hiv akan bereaksi setelah berbulan bahkan bertahun lamanya setelah seseorang terkena aids. beberapa cirinya adalah muka pucat, nafsu makan berkurang, kurus, demam, tidak ada harapan untuk hidup dan lainnya.
|