Reformasi Protestan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Reformasi Protestan''' adalah sebuah gerakan yang timbul di [[abad ke-16]] sebagai suatu rangkaian upaya untuk melakukan pembaruan terhadap [[Gereja Katolik Roma]] di [[Eropa Barat]]. Reformasi utama dimulai oleh [[Martin Luther]] dan [[95 dalil]]nya. Reformasi ini berakhir dengan pembagian dan pendirian institusi-institusi baru, di antaranya [[Gereja Lutheran]], [[Gereja-gereja Reformasi]], dan [[Anabaptis]].
== Sejarah dan awal ==
=== Akar dan pendahulu [[abad ke-14]] dan [[abad ke-15]] ===
* Gerakan Anti-
* [[Kepausan di Avignon]] ("Pembuangan Gereja di Babel"), [[Avignon]], [[Skisma Barat|Skisma Besar]]
* [[Jan Hus]], [[John Wycliffe]], [[William Tyndale]]
Baris 16 ⟶ 17:
Gejolak historis biasanya melahirkan banyak pemikiran baru tentang bagaimana masyarakat seharusnya ditata. Hal inilah yang mengakibatkan tercetusnya [[Reformasi Protestan]].
Setelah runtuhnya lembaga-lembaga biara dan [[skolastisisme]] di Eropa pada akhir abad pertengahan, yang diperparah oleh [[Pembuangan ke Babel]] dari [[Kepausan di Avignon]], [[Skisma Barat|Skisma Besar]], dan kegagalan pembaruan oleh [[Gerakan Konsiliar]], pada abad ke-16 mulai matang perdebatan budaya yang besar mengenai pembaruan keagamaan dan kemudian juga nilai-nilai keagamaan yang dasariah. Para ahli sejarah pada umumnya mengasumsikan bahwa kegagalan untuk mereformasi (terlalu banyak kepentingan pribadi, kurangnya koordinasi di kalangan koalisi pembarua), akhirnya menyebabkan gejolak yang lebih besar atau bahkan revolusi, karena sistemnya akhirnya harus disesuaikan atau runtuh, dan kegagalan [[Gerakan Konsiliar]] melahirkan Reformasi Protestan di Eropa bagian barat. Gerakan-gerakan reformis yang frustrasi ini merentang dari [[nominalisme]], ibadah modern, hingga [[humanisme]] yang terjadi berbarengan dengan kekuatan-kekuatan ekonomi, politik dan demografi yang ikut menyebabkan ketidakpuasan yang kian meningkat terhadap kekayaan dan kekuasaan kaum [[agamawan]] [[elit]], membuat masyarakat semakin peka terhadap kehancuran finansial dan moral dari gereja [[Renaisans]] yang sekular.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh [[wabah pes]] mendorong penataan ulang secara radikal ekonomi dan akhirnya juga masyarakat Eropa. Namun demikian, di kalangan pusat-pusat kota yang bermunculan, bencana yang terjadi pada abad ke-14 dan awal abad ke-15, dan kekurangan tenaga kerja yang ditimbulkannya, merupakan dorongan kuat bagi diversifikasi ekonomi dan inovasi teknologi.
But as recovery and prosperity progressed, enabling the population to reach its former levels in the late <b>fifteenth and sixteenth centuries,</b> the combination of both a newly abundant labor supply as well as improved productivity, were mixed blessings for many segments of Western European society. Despite tradition, landlords started the move to exclude [[peasant]]s from [[common land]]s. With trade stimulated, landowners increasingly moved away from the [[Manorialism|manorial]] economy. Woolen manufacturing greatly expanded in [[France]], [[Germany]], and the [[Netherlands]] and new textile industries began to develop.
|