Atheis (film): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k →top: minor cosmetic change |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 26:
|imdb_id =
}}
'''Atheis''' (atau juga berjudul '''Kafir''') adalah [[film drama]] [[tragedi]] [[film romantis|romantis]] tahun [[1974]] dari [[film Indonesia|Indonesia]] yang di[[sutradara]]i oleh [[Sjuman Djaya]] dan dibintangi oleh [[Deddy Sutomo]] dan [[Christine Hakim]].
Diproduksi dengan anggaran sebesar Rp. 80 juta dan juga dibintangi oleh [[Emmy Salim]], [[Kusno Sudjarwadi]], dan [[Farouk Afero]], film ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah tantangan kepada komunitas agamais di Indonesia kala dirilis. Film ini menjadi kontroversial pada saat rilis, sempat ditolak oleh [[Badan Sensor Film]] Indonesia. Walaupun dinilai gagal mendapatkan banyak penonton pada rilis, film ini kemudian menjadi salah satu film Sjuman Djaya yang paling dikenal.
== Sinopsis ==
Film diawali dengan cerita meledaknya [[bom atom]] di [[Hiroshima]] dengan derita yang menyertainya. Hasan ([[Deddy Sutomo]]) adalah seorang [[santri]] keturunan, masa kanak-kanaknya sangat tradisional, pendidikannya setengah-setengah, dan bekerja sebagai [[pegawai]] [[Perusahaan Air Minum]] (PAM) di [[Bandung]] pada tahun [[1940-an]]. Waktu masa kanak-kanak, Hasan jatuh cinta pada Rukmini ([[Christine Hakim]]), tapi waktu dewasa terpesona dan akhirnya menikah dengan Kartini ([[Emmy Salim]]), perempuan bebas dan berpaham modern.
== Pemeran ==
Baris 40:
* [[Christine Hakim]] sebagai Rukmini
== Produksi ==
''Atheis'' disutradarai oleh [[Sjuman Djaya]], yang juga memproduseri film ini dengan Handojo. Sjuman Djaya telah belajar tentang perfilman di [[Uni Soviet]], yang mungkin telah mempengaruhi cara pengambilan filmnya; adegan dari film 1925 [[Sergei Eisenstein]] berjudul ''[[Bronenosets Potyomkin]]'' ({{lang-id|"''Kapal Perang Potyomkin''"}}), dari sebuah [[kereta bayi]] yang menggelinding di tangga batu, digunakan kembali dalam ''Atheis''.{{sfn|Said|1991|p=240}} Adegan pertama dari film ini menunjukkan Kartini menangisi tubuh Hasan di sebuah rumah sakit; alur kemudian menunjukkan bagaimana kejadian ini terjadi.{{sfn|The Jakarta Globe 2012}} Cara penuturan cerita yang sama juga digunakan dalam versi asli novelnya. Film ini menggunakan [[hitam-putih]] untuk menunjukkan adegan dari masa kecil Hasan, sementara adegan yang lebih modern dalam gambar berwarna; arsip rekaman sejarah digunakan untuk menunjukkan kedatangan Tentara Kekaisaran Jepang di Indonesia. Musisi [[biola]] [[Idris Sardi]] juga ikut andil dalam mengaransemen [[jalur lagu]] dalam film ini.{{sfn|The Jakarta Globe 2012}}
Baris 47:
Para aktor dalam film ini yaitu [[Deddy Sutomo]], [[Kusno Sudjarwadi]], [[Emmy Salim]], [[Farouk Afero]], [[Christine Hakim]], [[Aedy Moward]], [[Ernie Djohan]], [[Maruli Sitompul]], [[Kris Biantoro]], dan [[Rita Zahara]]. Novelis dan sarjana Islam [[Hamka]] membantu sebagai pengawas selama proses syuting.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Atheis}} Biaya produksi film ini Rp. 80 juta atau sekitar $AS 193.771 kala itu {{harv|Siregar|1999|p=164}}.{{sfn|Suara Karya 1975}}
== Penayangan dan penerimaan ==
''Atheis'' dirilis pada tahun 1974 dan diterpa banyak kontroversi. Kontroversi ini bahkan telah dimulai saat produksi. Pada Mei 1974 [[Badan Sensor Film]] Indonesia menulis bahwa film ini memiliki konten yang tidak cocok untuk penonton Indonesia. Sjuman Djaya membalas hal ini dengan menyatakan bahwa buku [[Atheis (novel)|sumber cerita film ini]] telah lama menjadi bagian dari kurikulum untuk siswa SMP dan SMA.{{sfn|Berita Yudha 1974}} Film ini akhirnya diijinkan, meskipun beberapa adegan kemudian dipotong.{{sfn|Suara Karya 1975}}
Baris 54:
Menulis setelah kematian Sjuman Djaya, Said menemukan bahwa film ''Atheis'' adalah film yang sangat serius, dan mencatat bahwa banyak novel Indonesia dengan struktur plot yang sederhana bisa digunakan sebagai gantinya.{{sfn|Said|1991|p=239}} Olin Monteiro, menulis artikel tinjauan untuk ''[[The Jakarta Globe]]'' pada tahun 2012, menulis bahwa film ''Atheis'' adalah salah satu dari karya Sjuman Djaya yang paling dikenal dan mencatat bahwa sutradara tersebut telah "berkonsentrasi pada pikiran terdalam karakter-karakter novel tersebut untuk menemukan makna sebenarnya dari keberadaan Tuhan dan perdebatan yang menyertainya", meninggalkan penonton untuk memutuskan sendiri apakah Tuhan itu ada atau tidak ada.{{sfn|The Jakarta Globe 2012}}
== Rujukan ==
{{refbegin|40em}}
* {{cite web
|title=Atheis
|work=filmindonesia.or.id
Baris 68:
|location=Jakarta
}}
* {{cite web
|title=Atheis {{!}} Penghargaan
|trans_title=Atheis {{!}} Awards
Baris 97:
| ref = harv
}}
* {{cite news
|title=Rethinking Atheism Through an Indonesian Filmmaker’s Lens
|last=Monteiro
Baris 109:
|ref={{sfnRef|The Jakarta Globe 2012}}
}}
* {{cite news
|title=Syuman dan Atheis-nya
|trans_title=
Baris 123:
|ref={{sfnRef|Suara Karya 1975}}
}}
* {{cite book
|last=Said
|first=Salim
Baris 135:
|isbn=978-979-416-137-1
}}
* {{cite journal
|first=Reza Yamora
|last=Siregar
Baris 151:
|accessdate=6 November 2012
}}
* {{cite news
|title=Syuman (yang Kurang) Djaya dengan 'Atheis' nya
|trans_title=
|