Majapahit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Baris 37:
 
== Historiografi ==
Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit,<ref>{{cite book |last =Taylor |first =Jean Gelman |title =Indonesia: Peoples and Histories |publisher =Yale University Press |date=2003 |location =New Haven and London |pages =pp.29 |url = |doi = |id = ISBN 0-300-10518-5 }}</ref> dan sejarahnya tidak jelas.<ref name="Ricklefs_18">Ricklefs (1991), page 18</ref> Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah ''[[Pararaton]]'' ('Kitab Raja-raja') dalam [[Kawi|bahasa Kawi]] dan ''[[Kakawin Nagarakretagama|Nagarakretagama]]''<ref>[http://historynote.wordpress.com/2011/04/28/negarakertagama/ Terjemahan Lengkap Naskah Kakawin Nagarakretagama], dari blog World History Note, historynote.wordpress.com</ref> dalam [[bahasa Jawa Kuno]].<ref name="Johns1964">{{cite journal|last=Johns|title=The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography|first=A.H.|journal=The Journal of Asian Studies|date=1964|url=http://links.jstor.org/sici?sici=0021-9118%28196411%2924%3A1%3C91%3ATROSOA%3E2.0.CO%3B2-Z|volume=24|issue=1|pages=91–99}}</ref> ''Pararaton'' terutama menceritakan [[Ken Arok]] (pendiri [[Kerajaan Singhasari]]) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, ''Nagarakertagama'' merupakan puisi [[Sastra Jawa Kuno|Jawa Kuno]] yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan [[Hayam Wuruk]]. Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008 diakui sebagai bagian dalam [[Daftar Ingatan Dunia]] (''Memory of the World Programme'') oleh [[UNESCO]].<ref>[http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/24/08444424/negarakertagama.diakui.sebagai.memori.dunia Nagarakretagama Diakui sebagai Memori Dunia], kompas.com</ref> Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.<ref name="Ricklefs_55">M.C. Ricklefs, ''Sejarah Indonesia Modern 1200-2004'', Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.</ref> Selain itu, terdapat beberapa [[prasasti]] dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari [[Tiongkok]] dan negara-negara lain.<ref name="Ricklefs_55"/>
 
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan.<ref>C. C. Berg. ''Het rijk van de vijfvoudige Buddha'' (Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, ''A History of Modern Indonesia Since c. 1300'', 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1993, pages 18 and 311</ref> Namun, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.<ref name="Ricklefs_18"/> Tahun 2010 sekelompok pengusaha Jepang dipimpin Takajo Yoshiaki membiayai pembuatan kapal Majapahit atau Spirit Majapahit yang akan berlayar ke Asia. Menurut Takajo, hal ini dilakukan untuk mengenang kerjasama Majapahit dan Kerajaan Jepang melawan Kerajaan China (Mongol) dalam perang di Samudera Pasifik.<ref>http://www.tempo.co/read/news/2010/07/01/061260022/Indonesia-Jepang-Buat-Kapal-Majapahit/ Tempo/</ref> Menurut Guru Besar Arkeologi [[Asia Tenggara]] National University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi [[Sumatera]] dan [[Singapura]] bahkan [[Thailand]] yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni.<ref>http://sains.kompas.com/read/2012/12/05/19045066/Majapahit-Jajah-hingga-Semenanjung-Malaya. Kompas/</ref> Bahkan ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari [[Filipina]] dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Filipina, Singapura, Malaysia dan Selatan Thailand.<ref>http://www.kali-majapahit.com/</ref>
Baris 63:
Namun, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja.<ref name="Ricklefs_56">Ricklefs (1991), halaman 56</ref> Majapahit juga memiliki hubungan dengan [[Campa]], [[Kamboja]], [[Siam]], [[Birma]] bagian selatan, dan [[Vietnam]], dan bahkan mengirim duta-dutanya ke [[Tiongkok]].<ref name="Ricklefs_19"/><ref name="Ricklefs_56"/>
 
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting [[Dyah Pitaloka Citraresmi|Citraresmi]] (Pitaloka), putri [[Kerajaan Sunda]] sebagai [[permaisuri]]nya.<ref name="end">{{cite book |last=Munoz|first=Paul Michel|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|publisher=Editions Didier Millet|year=2006|location=Singapore|url= |doi= |pages=279|isbn= 9814155675}}</ref> Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi [[Gajah Mada]] melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.<ref>{{cite book |author= Drs. R. Soekmono,|title= ''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed. |publisher = Penerbit Kanisius |year= 1973, 5th reprint edition in 1988 |location =Yogyakarta|page =72 }}</ref> Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", [[bunuh diri]] untuk membela kehormatan negaranya.<ref>{{cite book |author= Y. Achadiati S, Soeroso M.P.,|title= ''Sejarah Peradaban Manusia: Zaman Majapahit''. |publisher = PT Gita Karya |year= 1988 |location =Jakarta|page =13 }}</ref> Kisah [[Tragedi Bubat|Pasunda Bubat]] menjadi tema utama dalam naskah [[Kidung Sunda]] yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah [[Carita Parahiyangan]]. Kisah ini disinggung dalam [[Pararaton]] tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
 
[[Kakawin Nagarakretagama]] yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya [[keraton]] yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat [[Mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandala]] raksasa yang membentang dari [[Sumatera]] ke [[Papua]], mencakup [[Semenanjung Malaya]] dan [[Maluku]]. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah [[Jawa Timur]] dan [[Bali]], di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.<ref>{{cite book |last =Millet |first =Didier|title =Indonesian Heritage Series: Ancient History |publisher =Archipelago Press |date = August 2003 |location =Singapore 169641|pages =106 |url = |doi = |isbn = 981-3018-26-7 |editor= John Miksic }}</ref>
 
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di [[Palembang]].<ref name="Ricklefs_19"/>
Baris 77:
Perang saudara yang disebut [[Perang Paregreg]] diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
 
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut [[Dinasti Ming]] yang dipimpin oleh laksamana [[Cheng Ho]], seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di [[Semarang]], [[Demak]], [[Tuban]], dan [[Ampel]]; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|pages=63 |url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&hl=id&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|first=Slamet |last=Muljana|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2005|isbn=9798451163}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref>
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu [[Suhita]], yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh [[Kertawijaya]], adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, [[Rajasawardhana|Bhre Pamotan]] menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. [[Girisawardhana]], putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.<ref name="Ricklefs_55"/>
Baris 105:
</blockquote>
 
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar [[upeti]] atau [[pajak]]. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati [[otonomi]] luas.<ref name="Millet 107">{{cite book |last =Millet |first =Didier|title =Indonesian Heritage Series: Ancient History |publisher =Archipelago Press |date = August 2003 |location =Singapore 169641|pages =107 |url = |doi = |isbn = 981-3018-26-7 |editor= John Miksic }}</ref>
 
Ibu kota Majapahit di [[Trowulan]] merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. [[Agama Buddha]], [[Siwa]], dan [[Waisnawa]] (pemuja [[Wisnu]]) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang [[Islam]], akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.<ref name="Ricklefs_19"/>
Baris 120:
== Ekonomi ==
[[Berkas:Majapahit, Piggy Bank.jpg|thumb|right|[[Celengan]] zaman Majapahit, [[abad 14]]-[[abad 15|15]] [[Masehi]] [[Trowulan]], [[Jawa Timur]]. (Koleksi [[Museum Gajah]], [[Jakarta]])]]
Majapahit merupakan negara [[agraris]] dan sekaligus negara [[perdagangan]].<ref name="Ricklefs_56"/> Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan [[Medang]] yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di [[Sidoarjo]]. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.<ref>{{cite web | title = Uang Kuno Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit | url = http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/24/17571290/uang.kuno.temuan.rohimin.peninggalan.majapahit. | month = November | year = 2008 }}</ref> Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem [[mata uang]] Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.<ref name="Millet_107">{{cite book |last =Millet |first =Didier|title =Indonesian Heritage Series: Ancient History |publisher =Archipelago Press |date =Hardcover edition&nbsp;— August 2003 |location =Singapore 169641|pages =107 |url = |doi = |isbn = 981-3018-26-7 |editor= John Miksic }}</ref>
 
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri ([[Mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandala]] Jawa).<ref name="Millet 107"/> Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.
Baris 403:
 
== Raja-raja Majapahit ==
[[Berkas:Rajasa-Dynasty id.svg|thumb|right|320px |Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa [[Singhasari]] dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.<ref>{{cite book |last =Bullough |first =Nigel|title =Historic East Java: Remains in Stone <!--Indonesian 50th independence day commemorative edition-->|publisher =ADLine Communications|date =1995 |location =Jakarta|pages =116–117 |unused_data =|consulting editor: Mujiyono PH|Printed in Singapore }}</ref>]]
Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh [[Ken Arok|Sri Ranggah Rajasa]], pendiri [[Wangsa Rajasa]] pada akhir abad ke-13.
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok<ref name="Ricklefs_55">Ricklefs (2005), hal. 55.</ref>.
Baris 445:
Kesultanan-kesultanan Islam [[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Pajang|Pajang]], dan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui [[Brawijaya|Kertabhumi]]; pendirinya, [[Raden Patah]], menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang ''Putri Cina'', yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas [[Wirasaba]] tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh [[Sultan Agung]] sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan ''bukti'' penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.<ref name="Schoppert1997"/>
 
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat [[Kebangkitan nasional|Gerakan Kebangkitan Nasional]] di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]], sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.<ref name="Ricklefs_56"/> Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, [[Partai Komunis Indonesia]] menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.<ref>Ricklefs, hal. 363</ref> Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan [[Orde Baru]] menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.<ref>{{cite book |last = Friend |first = Theodore |authorlink = |coauthors = |title = Indonesian Destinies |publisher = Belknap Press, Harvard University Press |date = |location = Cambridge, Massachusetts and London |pages = p.19 |url = |doi = |id = ISBN 0-674-01137-6 }}</ref> Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.
 
Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia [[Bendera Merah Putih|"Sang Merah Putih"]] atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang [[TNI Angkatan Laut]] berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "''[[Bhinneka Tunggal Ika]]''", dikutip dari ''"Kakawin Sutasoma"'' yang ditulis oleh [[Mpu Tantular]], seorang pujangga Majapahit.
Baris 538:
 
=== Bibliografi ===
* {{cite book |last=Mulyana |first=Slamet |title=Tafsir sejarah nagarakretagama |publisher=PT LKiS Pelangi Aksara |language=Indonesia|year=2006 |pages=122|ref=harvnb|isbn=978-979-2552-546|url=http://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA&ved=0CF8Q6AEwCA#v=onepage&q&f=false}}
* {{cite book |last=Komandoko |first=Gamal |title=Gajah Mada: menangkis ancaman pemberontakan Ra Kuti: kisah ketangguhan seorang patih Majapahit dalam menjaga keutuhan takhta sang raja |publisher=Penerbit Narasi |language=Indonesia|year=2009 |page=122|ref=harvnb |isbn=978-979-164-145-2 |url=http://books.google.co.id/books?id=8oeCIXs8sjkC&pg=PA16&dq=Berdiri+Majapahit&hl=id&sa=X&ei=zCnhT_OmLdHRrQer8sTODg&ved=0CF4QuwUwCDgK#v=onepage&q=Berdiri%20Majapahit&f=false}}
 
== Lihat pula ==