Soekarno: Perbedaan antara revisi
[revisi terperiksa] | [revisi terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 2 perubahan teks terakhir (oleh Aan Andhy Kohari) dan mengembalikan revisi 11455359 oleh Rachmat04 |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k tidy up |
||
Baris 115:
[[Berkas:Sukarno HBS.jpg|thumb|280px|right|Soekarno sewaktu menjadi siswa HBS Soerabaja]]
[[Berkas:1923 Mahasiswa pribumi THS.jpg|thumb|280px|<center>
Tamat [[HBS]] Soerabaja bulan [[Juli]] [[1921]]<ref>{{nl}} [http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A010025560%3Ampeg21%3Ap006%3Aa0099 ''"Nieuwe Rotterdamsche Courant"'', edisi 15 Juli 1921.]</ref>, bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan ke ''[[Technische Hoogeschool te Bandoeng]]'' (sekarang [[ITB]]) di [[Bandung]] dengan mengambil jurusan [[teknik sipil]] pada tahun [[1921]],<ref name=goen>{{id}} Goenarso (1995). ''Riwayat perguruan tinggi teknik di Indonesia, periode 1920-1942''. Bandung: Penerbit ITB.</ref>{{Rp|38}} setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun [[1922]] mendaftar kembali<ref name=goen/>{{Rp|38}} dan tamat pada tahun [[1926]].<ref name=" Encarta">{{en}} {{cite book|author= Brown, Colin|title= Sukarno|publisher= Microsoft ® Student 2008 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation|year=2007|}}</ref>
Baris 175:
[[Berkas:Presiden Sukarno, Presiden Osvaldo Dorticos, Fidel Castro dan Che Guevera (foto oleh Bettmann-Corbis, 9 Mei 1960).jpg|280px|thumbnail|right|Presiden Sukarno, Presiden [[Osvaldo Dorticos]], [[Fidel Castro]] dan [[Che Guevara]], pada 9 Mei 1960, kunjungan kenegaraan ke [[Havana]], [[Cuba]]]]
[[Berkas:Dr. Sukarno Chats With Mao Tse-Tung 24 November 1956 (foto oleh Bettman-Corbis).jpg|280px|thumbnail|right|Sukarno berbincang dengan Mao Tse-Tung, 24 November 1956, Peking, China]]
[[Berkas:Soekarno-Nikita.jpg|280px|thumbnail|right
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah [[Belanda]] menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr [[Assaat]], yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Baris 186:
=== Masa Marabahaya ===
[[Berkas:Soekarno diantara barisan prajurit.jpg|thumb|left|280px|Menjadi salah satu pemimpin negara di Asia-Afrika yang menyeru anti-kapitalisme, neo-kolonialisme, dan kemerdekaan sudah tentu bukan perkara sederhana. Eksesnya banyak upaya pembunuhan terhadap Sukarno, dan hanya tujuh upaya pembunuhan yang dapat diingat pengawal setianya di tahun ''vivere pericoloso'' atau ''[[The Year of Living Dangerously (film)|The year of living dangerously]]'' --meminjam frasa sebuah film yang dibintangi [[Mel Gibson]] dengan latar Jakarta 1965]]
[[Berkas:Peresmian GBK.jpg|thumb|left|280px
Soekarno, [[Presiden Indonesia]] pertama, sedikitnya pernah mengalami percobaan pembunuhan lebih dari satu kali, Putrinya, [[Megawati Soekarnoputri]] pernah menyebut angka 23. "Saya ingin mengambil satu contoh konkrit, Presiden Soekarno itu mengalami percobaan pembunuhan dari tingkat yang namanya baru rencana sampai eksekusi (sebanyak) 23 kali," tutur Mega pada [[Juli]] [[2009]]. Sementara itu, angka lebih kecil keluar dari mulut [[Sudarto Danusubroto]]. Dia ajudan presiden pada masa-masa akhir kekuasaan Soekarno. Sudarto pernah mengatakan ada 7 kali percobaan pembunuhan terhadap Soekarno. Jumlah ini pernah diamini oleh eks Wakil Komandan Tjakrabirawa, Kolonel [[Maulwi Saelan]]. Namun bekas pengawal pribadinya, hanya mampu mengingat 7 kali upaya percobaan pembunuhan.
==== Granat Cikini ====
Pada [[30 November]] [[1957]], Presiden Soekarno datang ke Perguruan Cikini (Percik), tempat bersekolah putra-putrinya, dalam rangka perayaan ulang tahun ke-15 Percik. Granat tiba-tiba meledak di tengah pesta penyambutan presiden. Sembilan orang tewas, 100 orang terluka, termasuk pengawal presiden. Soekarno sendiri beserta putra-putrinya selamat. Tiga orang ditangkap akibat kejadian tersebut. Mereka perantauan dari Bima yang dituduh sebagai antek teror gerakan DI/TII.
==== Penembakan Istana Presiden ====
Pada [[9 Maret]] [[1960]], Tepat siang bolong Istana presiden dihentakkan oleh ledakan yang berasal dari tembakan kanon 23
==== Pencegatan Rajamandala ====
Pada [[April]] [[1960]], Perdana Menteri Uni Soviet saat itu, [[Nikita Kruschev]] mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Dia menyempatkan diri mengunjungi Bandung, Yogya dan Bali. Presiden Soekarno menyertainya dalam perjalanan ke Jawa Barat. Tatkala, sampai di Jembatan Rajamandala, ternyata sekelompok anggota DI/TII melakukan penghadangan. Beruntung pasukan pengawal presiden sigap meloloskan kedua pemimpin dunia tersebut.
==== Granat Makassar ====
Pada [[7 Januari]] [[1962]], Presiden Soekarno tengah berada di [[Makassar]]. Malam itu, ia akan menghadiri acara di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, saat melewati jalan Cendrawasih, seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh mengenai mobil lain. Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya divonis hukuman mati.
==== Penembakan Idul Adha ====
Pada [[14 Mei]] [[1962]], Bachrum sangat senang ketika berhasil mendapatkan posisi duduk pada saf depan dalam barisan jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim. Begitu melihat Soekarno, dia mencabut pistol yang tersembunyi di balik jasnya, moncong lalu diarahkan ke tubuh Soekarno. Dalam sepersekian detik ketika tersadar, arah pun melenceng, dan peluru meleset dari tubuh Soekarno, menyerempet Ketua DPR GR KH Zainul Arifin. Haji Bachrum divonis hukuman mati, namun kemudian dia mendapatkan grasi.
==== Penembakan Mortir Kahar Muzakar ====
Baris 208:
==== Granat Cimanggis ====
Pada [[Desember]] [[1964]], Presiden Soekarno dalam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta. Rombongannya membentuk konvoi kendaraan. Dalam laju kendaraan yang perlahan, mata Soekarno sempat bersirobok dengan seorang lelaki tak dikenal di pinggir jalan. Perasaan Soekarno kurang nyaman. Benar saja, lelaki itu melemparkan sebuah granat ke arah mobil presiden. Beruntung, jarak pelemparannya sudah di luar jangkauan mobil yang melaju. Soekarno pun selamat.
==== Pembunuhan karakter ====
[[Berkas:HUT RI 21(1).jpg|thumb|280px|right|Upacara peringatan HUT ke-21 [[Proklamasi Kemerdekaan RI]] [[17 Agustus]] [[1966]] di halaman [[Istana Merdeka]], [[Jakarta]]. Pidato
[[Berkas:HUT RI 21(2).jpg|thumb|280px|right
Dekade 1950-an dan 1960-an, Amerika melalui perpanjangtanganannya [[Central Intelligence Agency]] tidak hentinya berusaha campur tangan dalam setiap urusan negara orang lain. Di Indonesia selain peristiwa terbongkarnya misi Allen Pope, ada juga misi rahasia yang bertujuan membunuh karakter dan kewibawaan Presiden Soekarno melalui agitasi dan propaganda media popular via produksi film porno yang diperankan oleh pemeran yang mirip Soekarno. Tujuan dari kampanye hitam ini adalah mengubah persepsi masyarakat internasional terhadap Sukarno yang anti kapitalisme dan mengagumi kaum Hawa tapi tunduk tak berdaya di bawah kendali agen rahasia Rusia.
"Kesuksesan itu menginspirasi para pejabat CIA membuat langkah lebih jauh lagi. Mereka berniat memproduksi film porno Soekarno dengan seorang wanita pirang yang dibuat seolah-olah pramugari Rusia itu," tulis Blum mengutip pengakuan mantan agen CIA, Joseph Burkholder Smith, yang menulis buku ''Portrait of a Cold Warrior''. Kepala Kepolisian Los Angeles sampai turun tangan mencari pria berkulit gelap yang sedikit botak dan wanita pirang yang cantik. Tak ada yang mirip Soekarno, CIA membuat topeng khusus yang mirip Soekarno kemudian dikirim ke Los Angeles. Bintang porno disuruh memakai topeng Soekarno selama beradegan mesum. CIA merekam dan mengambil foto-foto adegan biru tersebut.<ref name="Porno"/>
Baris 222:
=== Masa embargo negara Adi Kuasa ===
[[Berkas:Soekarno 19041965.jpg|thumb|250px|[[Zhou Enlai]],
Pada masa pra maupun paska kemerdekaan, Indonesia terjepit pada dua blok negara Adi Kuasa dengan ideologi yang bertentangan satu sama lain. Blok kapitalis yang dikomandoi Amerika dan sekutu di satu sisi, dan blok kiri yang diperebutkan antara poros Rusia dan Cina. Amerika melakukan kebijakan embargo terhadap Indonesia karena menilai kecenderungan Sukarno dekat dengan blok rival. Amerika tidak dapat berkutik ketika [[Allen Lawrence Pope]], agen [[Central Intelligence Agency]] tertangkap tangan. Tawar-menawar penangkapan Allen Pope, Amerika Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia, termasuk menggelontorkan 37 ribu ton beras dan ratusan persenjataan yang dibutuhkan Indonesia saat itu setelah diplomasi tingkat tinggi antara [[John F. Kennedy]] dengan Sukarno.
=== Masa Keterpurukan ===
[[Berkas:Majalah TEMPO Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (Bandung 1955).jpg|thumb|right|280px|[[Sukarno]] dan Perdana Menteri [[Cina]] [[Zhou Enlai]] menyapa penduduk Bandung menggunakan mobil dalam kulit muka Majalah TEMPO Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (Bandung 1955)]]
[[Berkas:Soekarno 290466.jpg|thumb|right|280px|Setelah Peristiwa [[Supersemar]],
Situasi [[politik]] [[Indonesia]] menjadi tidak menentu setelah enam [[jenderal]] dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan [[Gerakan 30 September]] atau G30S pada [[1965]].<ref name=" Encarta"/><ref name="kudeta">{{en}} {{cite book|author=Aji, Achmad Wisnu|title=Kudeta Supersemar: Penyerahan atau Perampasan Kekuasaan?|publisher= Garasi House of Book|year=2010|id=ISBN 978-979-25-4689-7}} Halaman 36, 145.</ref> Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.<ref name=" Encarta"/> Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan [[Tri Tuntutan Rakyat]] (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.<ref name="kudeta"/> Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan [[Nasakom]] (Nasionalisme, Agama, Komunisme).<ref name="asvi"/><ref name="kudeta"/> Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.<ref name="asvi"/><ref name=" Encarta"/>
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah [[Surat Perintah Sebelas Maret]] yang ditandatangani oleh Soekarno.<ref name="kudeta"/> Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada [[Letnan Jenderal]] [[Soeharto]] untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.<ref name="kudeta"/> Surat tersebut lalu digunakan oleh [[Soeharto]] yang telah diangkat menjadi [[Panglima]] [[Angkatan Darat]] untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.<ref name="kudeta"/> Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.<ref name="Nurul huda">{{cite book|author=Huda M., Nurul|title=Benarkah Soeharto Membunuh Soekarno?|publisher= Starbooks|year=2010|id=ISBN 978-979-25-4724-5}} Halaman 5, 57, 84-89.</ref>
[[Berkas:Soekarno 29041966-1.jpg|thumb|left|280px
[[Berkas:Sukarno dan Suharto.JPG|thumb|left|280px|Sukarno menyatakan bahwa [[Surat Perintah Sebelas Maret]] kepada [[Soeharto]] adalah surat kuasa untuk, diantaranya, mengamankan situasi dan kondisi keamanan, menjaga kewibawaan presiden, bukan surat transfer kekuasaan]]
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV [[MPRS]].<ref name="kudeta"/> Pidato tersebut berjudul "[[Nawaksara]]" dan dibacakan pada [[22 Juni]] [[1966]].<ref name="asvi"/> MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut.<ref name="kudeta"/> Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada [[10 Januari]] [[1967]] namun kemudian ditolak oleh MPRS pada [[16 Februari]] tahun yang sama.<ref name="kudeta"/>
Baris 283:
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar [[Doktor]] [[Honoris Causa]] dari 26 [[universitas]] di dalam dan luar negeri.<ref name="gelar">[http://www.yayasanbungkarno.or.id/biografi.php Apa dan Siapa Ir. Sukarno], ''Yayasan Bung Karno''. Diakses pada 3 Agustus 2010.</ref> Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain [[Universitas Gajah Mada]] (19 September 1951), [[Institut Teknologi Bandung]] (13 September 1962), [[Universitas Indonesia]] (2 Februari 1963), [[Universitas Hasanuddin]] (25 April 1963), [[Institut Agama Islam Negeri Jakarta]] (2 Desember 1963), [[Universitas Padjadjaran]] (23 Desember 1964), dan Universitas Muhammadiyah (1 Agustus 1965).<ref name="gelar"/> Sementara itu, [[Universitas Columbia]] ([[Amerika Serikat]]), [[Universitas Berlin]] dan [[Universitas Heidelberg]] (18 Juni 1956, [[Jerman]]), [[Universitas Lomonosov]] ([[Rusia]]) dan [[Universitas Al-Azhar]] ([[Mesir]]) merupakan beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.<ref name="gelar"/>
Pada bulan [[April]] [[2005]], Soekarno yang sudah meninggal selama 35 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden [[Afrika Selatan]] [[Thabo Mbeki]].<ref name="kisah"/> Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu ''The Order of the Supreme Companions of OR Tambo'' yang diberikan dalam bentuk [[medali]], [[pin]], [[tongkat]], dan [[lencana]] yang semuanya dilapisi [[emas]].<ref name="kisah"/> Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan [[penjajahan]] dan membebaskan diri dari [[apartheid]].<ref name="kisah"/> Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di [[Pretoria]] dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.<ref name="kisah"/> Penghargaan lainnya [[Bintang Mahaputera Adipurna]] (1959),
== Catatan ==
|