Langgur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
 
==Langgur==
Untuk membendung pesatnya perkembangan [[agama Islam]] yang mereka curigai memupuk fanatisme dan pemberontakan, Pemerintah Kolonial Belanda dengan segera mengabulkan permohonan Gereja Katolik untuk membuka misi di kepulauan Kei. Pada 01 Juli 1888, dua orang misionaris ''Heilig Hartjezuïeten'' ([[MisionarisYesuit]]), Hati[[Johannes KudusKusters]]) dan [[Johannes Booms]], tiba di Tual. Agama Islam yang sudah kuat berakar di Tual membuat usaha mereka sia-sia.
 
Setahun kemudian, Ohoingur dilanda wabah [[kolera]]. [[Jan Kusters]], salah seorang misionaris, datang membagi-bagikan obat-obatan kepada penduduk Ohoingur dan akhirnya berhasil mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat mereka. Pada 1889 untuk pertama kalinya dilakukan upacara [[pembaptisan]] di Ohoingur, dan pada 1890 misi dipindahkan ke Ohoingur.
Baris 20:
Misi Katolik di Ohoingur didukung oleh D. Heyting, Residen Ambon, dan dikunjungi oleh penggantinya G.W.W.C. van Hoëvell. Ketika warga Ohoingur menolak memberikan sumbangan untuk ongkos [[ibadah haji]] isteri seorang kapitan Tual, mereka dibela oleh Residen. Ohoingur dilepaskan dari pengaruh Raja Tual oleh Residen dengan mengangkat kepala kampung Ohoingur menjadi ''Orang Kaya'' dengan status yang setara dengan Raja Tual.
 
Warga Ohoingur berpendapat bahwa kemajuan dan kebebasan yang mereka dapatkan berpunca pada gagasan Adolf Langen. Sebagai penghargaan atas jasa-jasa usahawan Jerman yang beragama [[Kristen Protestan]] dari [[Gereja Lutheran]] itu, mereka menyebut kampungnya dengan nama lain, ''Langgur'', yang konon berasal dari kata-kata ''Langen Gur'' (Langen Sang Guru). Nama Ohoingur tetap digunakan dalam percakapan yang menggunakan [[bahasa Kei]], sementara nama ''Langgur'' digunakan bilamana mereka bercakap-cakap dalam bahasa lain.
 
==Pusat misi Katolik==
Dari sebuah pemukiman kecil yang tidak menonjol, Langgur tumbuh pesat menjadi pusat misi Katolik di kawasan timur [[Hindia Belanda]]. Pembangunan sekolah-sekolah, bengkel pertukangan, klinik kesehatan, dermaga, asrama pelajar dan lain-lain mengubah Langgur menjadi kawasan pemukiman yang ramai menyaingi Tual.
 
Pada 22 Desember 1902, oleh ketetapan [[Tahta Suci]] [[Vatikan]], berdiri [[Prefektur Apostolik]] Nugini Belanda ([[Bahasa Belanda]]: ''Apostolische Prefectuur Nederlands Nieuw-Guinea'') dengan wilayah yurisdiksi meliputi [[Papua]], kepulauan Kei, [[kepulauan Tanimbar]], [[kepulauan Aru]], [[pulau Seram]], [[kepulauan Banda]], [[pulau Ambon]], [[pulau Halmahera]], dan pulau-pulau di sekitarnya. Wilayah misi ini dialihkan kepengurusannya kepada para misionaris ''Heilig Hart'' ([[Misionaris Hati Kudus]]).
 
Pada 13 Februari 1903, [[Mathias Neyens]] ditunjuk menjadi prefek pertama untuk prefektur apostolik baru ini. Ia dibantu oleh [[H. Geurtjens]], [[antropologi|antropolog]] pertama yang menulis tentang kebudayaan masyarakat Kei dan terutama Tanimbar. Pada tahun yang sama mereka tiba di Kei dan menjadikan Langgur sebagai [[stasi]] utama.
 
Pada 29 Agustus 1920, Prefektur Apostolik Nugini Belanda ditingkatkan statusnya menjadi [[Vikariat Apostolik]] dan Uskup [[Johannes Aerts]] ditunjuk sebagai vikarisnya yang pertama. Misi yang semakin berkembang tak jarang bersinggungan dengan komunitas Muslim dan Protestan dan juga pesat perkembangannya. Saingan terberat kegiatan misi ini adalah [[zending]] Protestan yang difasilitasi penuh oleh pemerintah, sementara kaum Muslim tidak menimbulkan gangguan yang berarti karena tertekan di bawah kekuasaan kolonial. Keadaan ini berubah ketika pecah [[Perang Dunia II]].
 
 
 
 
 
=Referensi=
Baris 26 ⟶ 39:
*Jan Sihar Aritonang, Karel Adriaan Steenbrink (2008). A History of Christianity in Indonesia. BRILL.
*Karel A. Steenbrink (2002). Catholics in Indonesia, 1808-1900: A Documented History. KITLV Press.
*[http://directory.ucanews.com/dioceses/indonesia-amboina/553 Diocese of Amboina (Diosis Amboina)], sejarah Keuskupan Amboina.
 
{{Commonscat|Langgur}}