Kota Surakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh Agussup) dan mengembalikan revisi 11530151 oleh Gilang Bayu Rakasiwi
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda); perubahan kosmetika
Baris 64:
 
== Nama ==
"Sala" adalah satu dari tiga dusun yang dipilih oleh [[Pakubuwana II|Sunan Pakubuwana II]] atas saran dari Tumenggung Hanggawangsa, Tumenggung Mangkuyudha, serta komandan pasukan [[VOC|Belanda]], J.A.B. van Hohendorff, ketika akan mendirikan istana baru, setelah [[Geger Pacinan|perang suksesi Mataram]] terjadi di Kartasura.<ref>[http://kyaisala.blogspot.com/2012/04/kyai-sala-situs-sejarah-kota-sala.html KYAI SALA situs sejarah Kota Sala]</ref> <!--Nama ini berasal dari kepala desa Sala pada waktu itu, yaitu Kyai Sala (Kyai Gêdhe Sala).<ref>[http://denyde-ribsetiawan.blogspot.com/2012/02/keraton-surakarta.html Asal Usul Keraton Surakarta]</ref> Nama ini ternyata terus dipakai secara luas sampai sekarang, bahkan memiliki konotasi kultural.-->
 
Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama ''Sala''/''Solo'' lebih merujuk kepada penyebutan umum yang dilatarbelakangi oleh aspek kultural. Kata ''sura'' dalam [[Bahasa Jawa]] berarti "keberanian" dan ''karta'' berarti "makmur", sebagai sebuah harapan kepada Yang Maha Kuasa. Dapat pula dikatakan bahwa nama ''Surakarta'' merupakan permainan kata dari [[Kartasura]]. Kata ''sala'', nama yang dipakai untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal [[India]], yaitu pohon [[Sala (pohon)|sala]] (''[[:species:Couroupita guianensis|Couroupita guianensis]]'' atau ''[[:species:Shorea robusta|Shorea robusta]]'').
Baris 74:
=== Masa pra-kemerdekaan ===
{{main|Sejarah Surakarta|Kasunanan Surakarta}}
Eksistensi kota ini dimulai di saat [[Pakubuwana II|Sunan Pakubuwana II]], raja [[Kesultanan Mataram]], memindahkan kedudukan raja dari [[Kasunanan Kartasura|Kartasura]] ke Desa Sala, sebuah desa yang tidak jauh dari tepi [[Bengawan Solo]], karena istana Kartasura hancur akibat [[Geger Pacinan|serbuan pemberontak]]. [[Pakubuwana II|Sunan Pakubuwana II]] membeli tanah dari lurah Desa Sala, yaitu Kyai Sala, sebesar 10.000 ringgit ([[gulden Hindia- Belanda|gulden Belanda]]) untuk membangun istana [[Kesultanan Mataram|Mataram]] yang baru.<ref>[http://solotourism.blogspot.com/2008/06/history-of-solo.html Sejarah Kota Solo]</ref><ref>[http://karatonsurakarta.com/solo.html SEJARAH BERDIRINYA KOTA SALA]</ref> Secara resmi, istana [[Kesultanan Mataram|Mataram]] yang baru dinamakan [[Keraton Surakarta|Keraton Surakarta Hadiningrat]] dan mulai di tempati tanggal [[17 Februari]] [[1745]]. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surakarta. [[Perjanjian Giyanti]] yang ditanda-tangani oleh [[Pakubuwana III|Sunan Pakubuwana III]], [[VOC|Belanda]], dan [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]] pada [[13 Februari]] [[1755]] membagi wilayah [[Kesultanan Mataram|Mataram]] menjadi dua yaitu [[Kasunanan Surakarta]] dan [[Kesultanan Yogyakarta]]. Selanjutnya wilayah Kasunanan Surakarta semakin berkurang, karena [[Perjanjian Salatiga]] yang diadakan pada [[17 Maret]] [[1757]] menyebabkan [[Mangkunegara I|Raden Mas Said]] diakui sebagai seorang pangeran merdeka dengan wilayah kekuasaan berstatus [[kadipaten]], yang disebut dengan nama [[Praja Mangkunegaran]]. Sebagai penguasa Mangkunegaran, Raden Mas Said bergelar [[Mangkunegara I|Adipati Mangkunegara I]].
 
=== Masa kemerdekaan ===
Baris 83:
 
=== Karesidenan Surakarta ===
Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, pada tanggal [[16 Juni]] [[1946]] pemerintah membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunegaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegaran menjadi rakyat biasa di masyarakat dan keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya [[Jawa]]. Kemudian Surakarta ditetapkan menjadi tempat kedudukan dari [[residen]], yang memimpin [[Karesidenan Surakarta]] (''Residentie Soerakarta'') dengan luas daerah 5.677&nbsp;km². [[Karesidenan Surakarta]] terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta, [[Kabupaten Karanganyar]], [[Kabupaten Sragen]], [[Kabupaten Wonogiri]], [[Kabupaten Sukoharjo]], [[Kabupaten Klaten]], [[Kabupaten Boyolali]]. Tanggal [[16 Juni]] [[1946]] diperingati sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta era modern.
 
=== Kota Surakarta ===
Baris 260:
=== Pendidikan ===
[[Berkas:Universitas-sebelas-maret.jpg|250px|thumb|[[Universitas Sebelas Maret]], salah satu perguruan tinggi negeri favorit di Indonesia.]]
Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 68.153 siswa dan 869 [[Daftar sekolah di Surakarta|sekolah di Surakarta]], dengan perincian: 308 TK/RA, 292 SD/MI, 97 SMP/MTs, 56 SMA/MA, 46 SMK, 54 PT, dan 16 sekolah lain.<ref>http://surakarta.dapodik.org/</ref> Di Surakarta terdapat dua universitas besar, yaitu [[Universitas Sebelas Maret]] (UNS), [[Universitas Muhammadiyah Surakarta]] (UMS),keduanya memiliki lebih dari 20.000 mahasiswa aktif dan termasuk katagori 50 universitas terbaik di Indonesia. Demikian pula terdapat [[Institut Agama Islam Negeri]] (IAIN) Surakarta dan [[Institut Seni Indonesia]] (ISI) Surakarta . Selain itu terdapat 52 universitas swasta lainnya seperti Unisri, Universitas Tunas Pembangunan, Universitas Setia Budi, STIKES Muhammadiyah, Universitas Islam Batik, dll. Surakarta juga kini menjadi tempat tujuan studi para lulusan SMA dari seluruh Indonesia <ref>[http://surakarta.dapodik.org/rekap.php?data=&ref=sekolah&tipe=5&status=3&limit=100&hal=1 Daftar universitas swasta di Surakarta]</ref>
 
=== Perekonomian dan perdagangan ===
Baris 292:
=== Layanan publik ===
[[Berkas:Pedestrian di sepanjang Jalan Slamet Riyadi.jpg|left|thumb|275px|Pedestrian di sepanjang [[Jalan Slamet Riyadi (Surakarta)|Jalan Slamet Riyadi]].]]
Beberapa rumah sakit bersejarah antara lain RS Kadipolo dan [[Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta|Rumah Sakit Panti Kosala (Kandang Sapi)]]. Sementara rumah sakit lain dengan fasilitas [[UGD]] 24 jam antara lain RSUD Moewardi, RS PKU Muhammadiyah, RS Islam Surakarta (Yarsis), RS Kustati, RS Kasih Ibu, RS Panti Waluyo, RS Brayat Minulyo, dan [[Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru|RS Dr. Oen Solo Baru]]. RS Ortopedi Dr. Soeharso adalah salah satu pusat ortopedi terkemuka di Indonesia yang pernah menjadi pusat rujukan tulang nasional.{{fact}}
 
Surakarta juga memiliki beberapa taman, antara lain Taman Balekambang, Taman Tirtonadi, Taman Sekartaji, [[Taman Sriwedari]], yang juga merangkap sebagai tempat hiburan, tempat pagelaran musik [[dangdut]] dan [[wayang orang]], tepatnya di [[Gedung Wayang Orang Sriwedari]]. Tempat ini menyajikan seni pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan cerita wayang berdasarkan pada cerita [[Ramayana]] dan [[Mahabarata]]. Pada kesempatan tertentu juga digelar cerita-cerita wayang orang gabungan antara wayang orang sriwedari dengan wayang orang RRI Surakarta dan bahkan dengan seniman-seniman wayang orang Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya.<ref>[http://bappeda.surakarta.go.id/gedung-wayang-orang Gedung Wayang Orang]</ref> Tempat hiburan umum lainnya adalah [[Kebun Binatang Jurug]] (Taman Satwataru Jurug), yaitu salah satu dari kebun binatang terbesar dan tertua di Indonesia.
Baris 300:
Kode area untuk kota Surakarta adalah 0271 (+6271). Telepon umum koin/kartu jarang dijumpai, sebagai gantinya, beberapa [[warung telekomunikasi|wartel]] tersebar di berbagai sudut kota. Selain itu mereka juga biasanya menjual pulsa prabayar. [[Warung internet|Warnet]] juga banyak dijumpai di berbagai tempat, sedangkan beberapa tempat sudah mulai menyediakan fasilitas Wi-Fi untuk para pengunjungnya.
 
== Kesehatan ==
=== Rumah sakit ===
Kota [[Surakarta]] dan wilayah sekitarnya mempunyai beberapa [[rumah sakit]], di antaranya:
* [[RSUD Moewardi|Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi]] (Rumah Sakit Jebres)
Baris 447:
=== Museum dan perpustakaan ===
[[Berkas:Museum Radya Pustaka.jpg|thumb|Museum Radya Pustaka, museum tertua di Indonesia.]]
Museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu [[House of Danar Hadi]], dan museum tertua di Indonesia, yaitu [[Museum Radya Pustaka]], terletak di Jalan Slamet Riyadi, [[Daftar museum di Surakarta|Surakarta]]. Museum Radya Pustaka yang dibangun pada tanggal [[28 Oktober]] [[1890]] oleh KRA. Sosrodiningrat IV, ''pepatih dalem'' pada masa pemerintahan [[Pakubuwana IX|Sunan Pakubuwana IX]] dan [[Pakubuwana X|Sunan Pakubuwana X]], museum ini memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat di kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari.<ref>[http://student.d3ti.mipa.uns.ac.id/sofyan/PAGE/tempat_2.html Museum Radya Pustaka]</ref> Selain itu ada pula Museum Keraton Surakarta (termasuk perpustakaan Sasana Pustaka), Museum Pura Mangkunegaran (termasuk perpustakaan Reksa Pustaka), Museum Pers, [[Museum Sangiran]] (terletak di [[Kabupaten Sragen]]), dan Museum Lukis Dullah.
 
Selain museum, terdapat pula sebuah situs budaya bernama Balai Sudjatmoko. Bangunan ini adalah rumah Sudjatmoko yang di dalamnya masih bisa dilihat karya-karya dan peninggalan Sudjatmoko baik dalam bentuk buku, kaca mata, toga, dan foto-foto asli dokumenter koleksi pribadi keluarga Sudjatmoko. Balai Sudjatmoko difungsikan oleh pengelolanya sebagai pusat apresiasi baik pementasan, pertunjukan, pameran, bedah buku dan sarasehan. Para seniman juga diberi kesempatan luas untuk memanfaatkan Balai Sudjatmoko untuk melakukan apresiasi seni dalam bentuk pameran baik pameran lukisan, patung, kriya sampai dengan pameran pendidikan. Di samping itu, Balai ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif wahana pembelajaran bagi orang non seni.<ref>[http://bappeda.surakarta.go.id/balai-soedjatmoko Balai Soedjatmoko]</ref>
Baris 463:
 
Surakarta juga berperan dalam pembentukan [[bahasa Indonesia]] sebagai bahasa nasional [[Indonesia]]. Pada tahun [[1938]], dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan [[Kongres Bahasa Indonesia]] I di Surakarta. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. [[Hoesein Djajadiningrat]], Prof. Dr. [[Poerbatjaraka]], dan [[Ki Hajar Dewantara]].<ref>[http://www.slideshare.net/w2snu/sejarah-bahasa-indonesia Sejarah Bahasa Indonesia]</ref> Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
* mengganti [[Ejaan van Ophuysen]],
* mendirikan [[Institut Bahasa Indonesia]], dan
* menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam [[Badan Perwakilan]].
 
=== Pernikahan adat ===
Baris 511:
=== Daftar pustaka ===
{{col-css3-begin|2}}
* Miksic, John (general ed.), et al. (2006) ''Karaton Surakarta. A look into the court of Surakarta Hadiningrat, central Java'' (First published: 'By the will of His Serene Highness Paku Buwono XII'. Surakarta: Yayasan Pawiyatan Kabudayan Karaton Surakarta, 2004) Marshall Cavendish Editions Singapore ISBN 981-261-226-2
* Soeharto, G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. "Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya". 1988. PT Citra Lamtoro Gung.
* Paku Buwono XII (Sunan of Surakarta), A. Mutholi'in, "Kraton Surakarta", Yayasan Pawiyatan Kabudayan Karaton Surakarta, 2004
Baris 519:
* Richard Anderson Sutton, "Traditions of gamelan music in Java: musical pluralism and regional identity", CUP Archive, 1991
* Clara Brakel-Papenhuijzen, "Classical Javanese dance: the Surakarta tradition and its terminology", KITLV Press, 1995
* The domestication of desire: Women, wealth, and modernity in Java (1998) Brenner, Suzanne April. Princeton, N.J.: Princeton University Press.
* Kraton and Kumpeni: Surakarta and Yogyakarta, 1830-1870 (1994) Houben, V. J. H.. Leiden: KITLV Press.
* Prelude to revolution: Palaces and politics in Surakarta, 1912-1942 (1987) Larson, George D.. Dordrecht, Holland and Providence, R.I., U.S.A.: Foris Publications.
* Solo in the new order: Language and hierarchy in an Indonesian city (1986) Siegel, James T.. Princeton, N.J.: Princeton University Press.
* Pakubuwono's kraton of Surakarta: Short guide to Surakarta's grandeur : the palace of the Susuhunans Pakubuwono (1980) No contributors listed. Jakarta: Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya Jakarta.
* Miftah Sanaji, "Wisata Kuliner Makanan Daerah Khas Solo", Gramedia 2009, ISBN 978-979-22-5209-5
* "Ekspedisi Bengawan Solo", Laporan Jurnalistik Kompas, Kompas 2009, ISBN 978-979-709-390-7