Pakubuwana II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Krscal (bicara | kontrib)
k Lihat Pula: menambahkan templat pengawasan otoritas
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 40:
 
== Geger Pacinan ==
Pemberontakan orang-orang [[CinaTionghoa]] yang juga dikenal dengan nama ''[[Geger Pacinan]]'' pada [[Oktober]] [[1740]] menjadi penyebab runtuhnya [[Kartasura]]. Peristiwa ini dipicu oleh pembantaian warga [[Cina]]Tionghoa oleh masyarakat [[Eropa]] di [[Batavia]] atas izin [[Adriaan Valckenier]], gubernur jenderal [[VOC]] saat itu.
 
Warga [[Cina]]Tionghoa yang selamat menyingkir ke timur melancarkan aksi penyerbuan terhadap pos-pos [[VOC]] yang mereka temui. Pakubuwana II didesak kaum anti [[VOC]] supaya mendukung pemberontakan [[Cina]]Tionghoa. Maka, pada bulan [[November]] [[1741]] Pakubuwana II pun mengirim 20.000 prajurit membantu kaum pemberontak mengepung kantor [[VOC]] di [[Semarang]]. Sebelumnya, ia juga menumpas garnisun [[VOC]] yang bertugas di [[Kartasura]] bulan [[Juli]] [[1741]].
 
== Jatuhnya Kartasura ==
Pangeran [[Cakraningrat IV]], bupati [[Pulau Madura|Madura]] Barat, adalah ipar Pakubuwana II namun membenci pemerintahan [[Kartasura]] yang dianggapnya bobrok. Ia menawarkan diri membantu [[VOC]] asalkan dibantu lepas dari [[Kartasura]]. [[VOC]] terpaksa menerima tawaran itu.
 
Keadaan pun berbalik. Kaum [[Cina]]Tionghoa dipukul mundur. Pakubuwana II menyesal telah memusuhi [[VOC]] yang kini unggul setelah dibantu [[Pulau Madura|Madura]]. Perdamaian pun dijalin. Kapten [[Baron von Hohendorff]] tiba di [[Kartasura]] bulan [[Maret]] [[1742]] sebagai wakil [[VOC]] menandatangani perjanjian damai dengan Pakubuwana II.
 
Perdamaian ini membuat para pemberontak sakit hati. Mereka mengangkat raja baru, yaitu [[Raden Mas Garendi]] (juga disebut "Sunan Kuning" karena memimpin kaum kulit kuning), seorang cucu [[Amangkurat III]] yang baru berusia 12 tahun, dengan gelar [[Amangkurat V]]. Mayoritas pemberontak kini bukan lagi kaum [[Cina]]Tionghoa, melainkan orang-orang [[Jawa]] anti [[VOC]], yang semakin banyak bergabung.
 
Pada bulan [[Juni]] [[1742]] Patih Natakusuma yang anti [[VOC]] dibuang Pakubuwana II. Para pemberontak membalas dengan menyerbu [[Kartasura]] secara besar-besaran. Pakubuwana II dan von Hohendorff pun melarikan diri ke [[Ponorogo]].
Baris 65:
[[Cakraningrat IV]] akhirnya memberontak pula. [[VOC]] secara resmi memerangi bekas sekutunya itu pada [[Februari]] [[1745]]. Beberapa bulan kemudian [[Cakraningrat IV]] terdesak dan melarikan diri ke [[Banjarmasin]]. Namun, sultan negeri itu justru menangkap dan menyerahkannya kepada [[VOC]]. [[Cakraningrat IV]] pun dibuang ke [[Tanjung Harapan]].<ref>{{en}} {{cite book|pages=223|url=http://books.google.co.id/books?id=oQ9XAAAAMAAJ&dq=Sdsra%20Rdna%20Deningrat%20Banjermdsin&pg=PA223#v=onepage&q=Sdsra%20Rdna%20Deningrat%20Banjermdsin&f=false|title=The history of Java|volume=2|first=Sir Thomas Stamford|last=Raffles|publisher=Printed for Black, Parbury, and Allen, Booksellers to the Hon. East-India Company ... and John Murray|year=1817}}</ref>
 
Sisa-sisa pendukung pemberontakan [[Cina]]Tionghoa yang masih bertahan adalah Raden Mas Said putra Arya Mangkunegara. Pakubuwana II mengumumkan sayembara berhadiah tanah Sokawati untuk siapa saja yang berhasil merebut daerah itu dari tangan Mas Said.
 
Pangeran Mangkubumi adik Pakubuwana II memenangkan sayembara itu tahun [[1746]]. Ia dulu juga ikut mendukung pemberontakan [[Cina]]Tionghoa, namun kembali ke istana dan diterima Pakubuwana II. Saingan politiknya, yaitu Patih Pringgalaya membujuk raja supaya tidak menyerahkan hadiah sayembara tersebut.
 
Muncul pula gubernur jenderal [[VOC]] [[Baron van Imhoff]] yang memperkeruh suasana. Ia datang ke [[Surakarta]] mendesak Pakubuwana II agar menyewakan daerah pesisir kepada [[VOC]] dengan harga 20.000 [[real Spanyol]] tiap tahun. Pangeran Mangkubumi menentang hal itu. Terjadilah pertengkaran di mana [[Baron van Imhoff|van Imhoff]] menghina Mangkubumi di depan umum.