Alkimia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alexbot (bicara | kontrib)
k Bot: Featured article link for tl:Alkimiya
Baris 70:
Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, fokus perkembangan alkimia berpindah ke Timur Tengah. Yang diketahui tentang alkimia [[Islam]] jauh lebih banyak karena dokumentasinya lebih baik: malah, sebagian besar tulisan yang diturunkan selama bertahun-tahun diabadikan dalam bentuk terjemahan Islam (Burckhardt, h. 46).
 
Dunia Islam merupakan tempat peleburan bagi alkmia. Pemikiran [[Plato|Platonis]] dan [[Aristoteles|Aristotelian]], yang sudah sedikit-banyak disisihkan menjadi ilmu hermetis, terus diasimilasi. Alkimiawan Islam seperti [[Al-Razi|Abu BakrBakar MohammadMuhammad Ibnbin Zakariya al-Razi]] (Rasis atau Rhazes dalam [[Bahasa Latin]]) juga menyumbangkan temuan-temuan kimiawi penting, seperti teknik [[penyulingan]] (kata ''alembic'' dan ''[[alkohol]]'' juga berasal dari [[Bahasa Arab]]), [[asam klorida]], [[asam sulfat]], dan [[asam nitrat]], ''al-natrun'', dan ''[[alkali]]'' — yang kemudian membentuk nama untuk unsur [[natrium]] dan [[kalium]] — dan banyak lagi. Penemuan bahwa air raja atau ''[[aqua regia]]'', campuran asam nitrat dan asam klorida, dapat melarutkan logam termulia — emas — adalah penemuan yang mengompori imajinasi para alkimiawan selama seribu tahun berikutnya.
 
Para filosoffilosuf Islam juga memberikan sumbangan besar untuk hermetisisme alkimia. Penulis yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah [[Abu Musa Jabir Ibnbin Hayyan|Jabir Ibnbin Hayyan]] (جابر إبن حيان dalam Bahasa Arab, Geberus dalam Bahasa Latin; Geber dalam Bahasa Inggris). Tujuan utama Jabir adalah [[takwin]], penciptaan buatan makhluk hidup dalam laboratorium alkimia, hingga dan termasuk manusia. Ia menganalisis setiap unsur Aristotelian, ''panas'', ''dingin'', ''kering'', dan ''lembap'' (Burkhardt, h. 29). Menurut Jabir, dalam setiap logam, dua sifat ini berada di dalam dan dua berada di luar. Misalnya, timah itu dingin dan kering di luar, sedangkan emas itu panas dan lembaplembab. Maka, Jabir berteori, dengan mengatur ulang sifat-sifat sebuah logam, bisa dihasilkan logam lain (Burckhardt, h. 29). Dengan penalaran ini, pencarian [[batu filosof]] diperkenalkan dalam alkimia Barat. Jabir mengembangkan [[numerologi]] yang rumit, yakni huruf-akar dari nama sebuah zat dalam [[Bahasa Arab]], jika ditransformasi, akan berkaitan dengan sifat fisika unsur tersebut.
 
Sekarang sudah umum diterima bahwa alkimia Tiongkok memengaruhi alkimiawan Arab (Edwardes hh. 33-59; Burckhardt, h. 10-22), meskipun sejauh apa pengaruh itu masih diperdebatkan. Demikian pula, ilmu [[Hindu]] diasimilasi ke dalam alkimia Islam, tetapi, sekali lagi, besarnya dan pengaruhnya tidak banyak diketahui.