Raden Saleh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda); perubahan kosmetika
asd
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
Baris 1:
Mantap gan
{{tone}}
{{Infobox artis indonesia
| name = Raden Saleh
| image = Carl Johann Baehr - Porträt des Raden Saleh Syarif Bustaman.jpg
| imagesize = 200px
| caption = "''Potret Raden Saleh Syarif Bustaman''", oleh Carl Johann Baehr, sekitar 1840
| birthname = Saleh Sjarif Boestaman
| birthdate = 1807<ref name="nusantara">[http://www.nusantara.com/heritage/raden.html Raden Saleh: The Romantic Aristocrat]</ref><ref name="casema">[http://home.casema.nl/stamesko/dutchpainters.html Versi lain] menyebutkan 1811.</ref> atau 1811<ref name="saleh">[http://www.raden-saleh.org/english.html Prince Raden Saleh: Aristocrat, Artist, Scientist and Patriot]</ref>
| birthplace = {{negara|Belanda}} [[Semarang]], [[Hindia Belanda]]
| deathdate = {{Death date|1880|4|23}}
| deathplace = {{negara|Belanda}} [[Buitenzorg]], [[Hindia Belanda]]
| restingplace = [[Bogor]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
| restingplacecoordinates =
| othername =
| occupation = [[Pelukis]]
| yearsactive = 1829 - 1880
| spouse = Raden Ayu Danudirdja
| domesticpartner =
| children =
| parents= Sayyid Husen bin Alwi bin Awal bin Yahya<br>Mas Adjeng Zarip Husen
| influences =
| influenced =
| website =
| awards =
}}
'''Raden Saleh Sjarif Boestaman''' (1807<ref name="nusantara"/><ref name="casema"/> atau 1811<ref name="saleh"/> - [[23 April]] [[1880]]) adalah pelukis [[bangsa Indonesia|Indonesia]] beretnis [[Arab-Indonesia|Arab]]-[[suku Jawa|Jawa]] yang mempionirkan seni modern Indonesia (saat itu [[Hindia Belanda]]). Lukisannya merupakan perpaduan [[Romantisisme]] yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa sang pelukis.
 
== Masa kecil ==
[[Berkas:Raden Saleh (1814-1880), Painter in Batavia WDL2907.jpg|thumb|left]]
Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga [[Suku Jawa|Jawa]] ningrat. Dia adalah cucu dari [[Sayyid]] Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan [[Arab-Indonesia|Arab]].<ref>{{cite book|author=Algadri, Hamid|year=1994|page=187|location=Jakarta, Indonesia|title=Dutch Policy against Islam and Indonesians of Arab Descent in Indonesia|publisher=LP3ES|isbn=979-8391-31-4|url=http://books.google.com/books?id=kGJwAAAAMAAJ&q=raden+saleh+bustaman&dq=raden+saleh+bustaman&hl=en&ei=p9y5TaDnKOXdiAKunJAV&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CDEQ6AEwAA|accessdate=April 28, 2011}}</ref> Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang [[Belanda]] atasannya di [[Batavia]]. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di [[sekolah rakyat]] (''Volks-School'').
 
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang [[Belanda]] dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda. Seorang kenalannya, Prof. [[C.G.C. Reinwardt|Caspar Reinwardt]], pendiri [[Kebun Raya Bogor]] sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk [[Jawa]] dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan [[Belgia]], [[A.A.J. Payen]] yang didatangkan dari [[Belanda]] untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen ''van Kolonieen'' di [[Belanda]]. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
 
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di [[Belanda]], namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di [[Doornik]], Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami [[seni lukis]] Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan [[cat minyak]]. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling [[Jawa]] mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang [[Indonesia]] di daerah yang disinggahi.
 
Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke [[Belanda]]. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal [[G.A.G.Ph. van der Capellen]] yang memerintah waktu itu ([[1819]]-[[1826]]), setelah ia melihat karya Raden Saleh.
 
Tahun [[1829]], nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan [[Pangeran Diponegoro]] oleh [[Jenderal]] [[Hendrik Merkus de Kock]], Capellen membiayai Saleh belajar ke [[Belanda]]. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi [[Belanda]] untuk Departemen ''van Kolonieen'' tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, [[Bahasa Jawa]], dan [[Bahasa Melayu]]. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.
 
== Belajar ke Eropa ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de kunstschilder Raden Saleh. TMnr 60005151.jpg|right|thumb|Foto studio Raden Saleh di Batavia, 1872.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret met de echtgenote van kunstschilder Raden Saleh en een bediende Batavia TMnr 60043601.jpg|thumb|Foto studio istri Raden Saleh dan pembantunya di Batavia (sekitar tahun 1860-1872).]]
Dua tahun pertama di Eropa ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari [[Cornelis Kruseman]] dan tema pemandangan dari [[Andries Schelfhout]] karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang [[Belanda]] saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah [[Belanda]] dan keluarga kerajaan.
 
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan [[Amsterdam]]. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
 
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "''wis-, land-, meet- en werktuigkunde'' (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara [[Kementerian Hubungan Kerajaan dan Jajahan|Menteri Jajahan]], [[Willem I dari Belanda|Raja Willem I]] ([[1772]]-[[1843]]), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
 
Saat pemerintahan Raja [[Willem II dari Belanda|Willem II]] ([[1792]]-[[1849]]) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya [[Dresden]], [[Jerman]]. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke [[Weimar]], Jerman ([[1843]]). Ia kembali ke Belanda tahun [[1844]]. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
 
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh [[romantisme]] [[Ferdinand Victor Eugene Delacroix]] ([[1798]]-[[1863]]), pelukis [[Perancis]] legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
 
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari [[1848]] di [[Paris]], yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, [[Horace Vernet]], ke [[Aljazair]] untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: [[Austria]] dan [[Italia]]. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun [[1851]] ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.
 
== Kembali ke Hindia Belanda ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het huis van Raden Saleh in Menteng TMnr 3728-810.jpg|thumb|300px|Rumah Raden Saleh di Batavia tahun 1875-1885 (sekarang [[Rumah Sakit PGI Cikini]])]]
Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa. Dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis pemandangan. Namun dari itu, ia mengeluhkan akan ketidaknyamanannya di Jawa. "Disini orang hanya bicara tentang gula dan kopi, kopi dan gula" ujarnya di sebuah surat.
 
Saleh membangun sebuah rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]] yang didasarkan [[istana Callenberg]], dimana ia pernah tinggal saat berada di Jerman. Dengan taman yang luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum pada 1862, yang tutup saat peralihan abad. Pada 1960, [[Taman Ismail Marzuki]] dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya sampai sekarang masih berdiri sebagai [[Rumah Sakit PGI Cikini]].
 
Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Kraton Yogyakarta]] bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke [[Bogor]], dimana ia menyewa sebuah rumah dekat [[Kebun Raya Bogor]] yang berpemandangan [[Gunung Salak]]. Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.
 
== Kematian ==
Pada Jum'at pagi 23 April 1880, Saleh tiba-tiba jatuh sakit. Ia mengaku diracuni oleh salah seorang pembantunya yang dituduh Saleh telah mencuri. Namun dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa aliran darahnya terhambat karena pengendapan yang terjadi dekat jatungnya. Ia dikuburkan dua hari kemudian di Kampung Empang, Bogor. Seperti yang dilaporkan koran Javanese Bode, pemakaman Raden "dihadiri sejumlah tuan tanah dan pegawai Belanda, serta sejumlah murid penasaran dari sekolah terdekat."<!--Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga [[keraton]] dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Keraton Solo]].
 
Di [[Batavia]] ia tinggal di rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]]. Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang. Kini kebun binatang itu menjadi [[Taman Ismail Marzuki]]. Sementara rumahnya menjadi [[Rumah Sakit PGI Cikini]], [[Jakarta]].
 
Tahun [[1875]] ia berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan baru kembali ke Jawa tahun [[1878]]. Selanjutnya, ia menetap di [[Bogor]] sampai wafatnya pada [[23 April]] [[1880]] siang hari, konon karena diracuni pembantu yang dituduh mencuri lukisannya. Namun dokter membuktikan, ia meninggal karena trombosis atau pembekuan darah.
 
Tertulis pada nisan makamnya di [[Bondongan, Bogor Selatan, Bogor|Bondongan]], [[Kota Bogor|Bogor]], "''Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda''". Kalimat di nisan itulah yang sering melahirkan banyak tafsir yang memancing perdebatan berkepanjangan tentang visi kebangsaan Raden Saleh.-->
 
== Lukisan ==
Tokoh romantisme Delacroix dinilai memengaruhi karya-karya berikut Raden Saleh yang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme berkembang di Eropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di Perancis ([[1844]] - [[1851]]).
 
Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis Perancis [[Gerricault]] ([[1791]]-[[1824]]) dan Delacroix ini diungkapkan dalam suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati.
Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas
 
di hadapannya. Kesan kuat lainnya adalah Raden Saleh percaya pada idealisme kebebasan dan kemerdekaan, maka ia menentang penindasan.
 
=== ''Penangkapan Diponegoro'' ===
[[Berkas:Raden Saleh - Diponegoro arrest.jpg|thumbnail|300px|left|"''Penangkapan Pangeran Diponegoro''" karya Raden Saleh (1857).]]
[[Berkas:Nicolaas Pieneman - The Submission of Prince Dipo Negoro to General De Kock.jpg|thumbnail|300px|left|"''Penyerahan Diri Diponegoro''" karya [[Nicolaas Pieneman]] (1835).]]
Raden Saleh terutama dikenang karena lukisan historisnya, ''Penangkapan Pangeran Diponegoro'',<ref name=ng26>National Geographic. "Pionir di Celah Dua Loka" (2012), h.26</ref> yang menggambarkan peristiwa pengkhianatan pihak Belanda kepada [[Pangeran Diponegoro]] yang mengakhiri [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]] pada 1830. Sang Pangeran dibujuk untuk hadir di [[Magelang]] untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata, namun pihak Belanda tidak memenuhi jaminan keselamatannya, dan Diponegoro pun ditangkap.
 
Pada waktu Saleh, peristiwa tersebut telah dilukis oleh pelukis Belanda [[Nicolaas Pieneman]] dan dikomisikan oleh [[Jenderal de Kock]]. Diduga Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Seakan tidak setuju dengan gambaran Pieneman, Raden memberikan sejumlah perubahan signifikan pada lukisan versinya; Pieneman menggambarkan peristiwa tersebut dari sebelah kanan, Saleh dari kiri. Sementara Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah. Pieneman memberi judul lukisannya ''Penyerahan Diri Diponegoro'', Saleh memberi judul ''Penangkapan Diponegoro''. Diketahui bahwa Saleh sengaja menggambar tokoh Belanda di lukisannya dengan kepala yang sedikit terlalu besar agar tampak lebih mengerikan.<ref name=ng26/>
 
Perubahan-perubahan ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Saleh akan tanah kelahirannya di [[pulau Jawa|Jawa]]. Hal ini juga dapat terlihat pada busana pengikut Diponegoro. Pieneman sendiri tidak pernah ke [[Hindia Belanda]], dan karena itu ia menggambarkan pengikut Diponegoro seperti orang Arab.<ref name=ng26/> Gambaran Saleh cenderung lebih akurat, dengan kain [[batik]] dan [[blangkon]] yang terlihat pada beberapa figur. Saleh juga menambahkan detil menarik, ia tidak melukiskan senjata apapun pada pengikut Diponegoro, bahkan keris Diponegoro pun tidak ada. Ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada bulan [[Ramadhan]], karena itu Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik.
 
Setelah selesai dilukis pada 1857, Saleh mempersembahkan lukisannya kepada Raja [[Willem III]] di [[Den Haag]]. ''Penangkapan Pangeran Diponegoro'' baru pulang ke Indonesia pada 1978. Kepulangan lukisan tersebut merupakan perwujudan janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, dan dipindahtangan ke Belanda pada masa lampau. Namun dari itu, lukisan ''Penangkapan'' tidak termasuk ketiga kategori tersebut, karena sejak awal Saleh memberikannya kepada Raja Belanda dan tidak pernah dimiliki Indonesia. Lukisan tersebut akhirnya diberikan sebagai hadiah dari [[Istana Kerajaan Belanda]] dan sekarang dipajang di [[Istana Negara]], [[Jakarta]].<ref name=ng26/>
 
<!--Meski serupa dengan karya [[Nicolaas Pieneman]], ia memberi interpretasi yang berbeda. Lukisan Pieneman menekankan peristiwa menyerahnya [[Pangeran Diponegoro]] yang berdiri dengan wajah letih dan dua tangan terbentang. Hamparan senjata berupa sekumpulan tombak adalah tanda kalah perang. Di latar belakang [[Jenderal de Kock]] berdiri berkacak pinggang menunjuk kereta tahanan seolah memerintahkan penahanan Diponegoro.
 
Berbeda dengan versi Raden Saleh, di lukisan yang selesai dibuat tahun [[1857]] itu pengikutnya tak membawa senjata. Keris di pinggang, ciri khas Diponegoro, pun tak ada. Ini menunjukkan, peristiwa itu terjadi di bulan [[Ramadhan]]. Maknanya, Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik. Namun, perundingan gagal. Diponegoro ditangkap dengan mudah, karena Jenderal de Kock tahu musuhnya tak siap berperang di bulan Ramadhan. Di lukisan itu Pangeran Diponegoro tetap digambarkan berdiri dalam pose siaga yang tegang. Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan marah, tangan kirinya yang mengepal menggenggam [[tasbih]].
 
Lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral De Cock pada tahun [[1830]] yang terjadi di rumah kediaman Residen Magelang. Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap menghormat menyaksikan suasana tragis tersebut bersama-sama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Jendral De Kock pun kelihatan sangat segan dan menghormat mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawanya ke tempat pembuangan.
 
Pada saat penangkapan itu, ia berada di Belanda. Setelah puluhan tahun kemudian kembali ke Indonesia dan mencari informasi mengenai peristiwa tersebut dari kerabat Pangeran Diponegoro. Dari usaha dan karya tersebut, tidaklah terlalu berlebihan bila ia mendapat predikat sebagai Pahlawan Bangsa. Akhirnya, reputasi karya yang ditunjukkan oleh prestasi artistiknya, membuat Raden Saleh dikenang dengan rasa bangga.
 
Dari beberapa yang masih ada, salah satunya lukisan kepala seekor singa, kini tersimpan dengan baik di [[Istana Mangkunegaran]], [[Solo]]. Lukisan ini dulu dibeli seharga 1.500 [[gulden]]. Berapa nilainya sekarang mungkin susah-susah gampang menghitungnya. Sekadar perbandingan, salah satu lukisannya yang berukuran besar, ''Berburu Rusa'', tahun [[1996]] terjual di [[Balai Lelang Christie's]] [[Singapura]] seharga Rp 5,5 miliar.-->
 
== Peringatan dan penghargaan ==
Selama hidupnya, banyak pejabat dan bangsawan Eropa yang mengagumi Raden Saleh. Lukisannya dipesan oleh tokoh-tokoh seperti bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu [[Victoria]], dan sejumlah gubernur jenderal seperti [[Johannes van den Bosch]], [[Jean Chrétien Baud]], dan [[Herman Willem Daendels]]. Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, di antaranya terdapat bintang ''Ridder der Orde van de Eikenkoon'' (R.E.K.), ''Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde'' (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), dan ''Ridder van de Witte Valk'' (R.W.V.).
 
Pada tahun 1883, diadakan pameran lukisan Raden Saleh di [[Amsterdam]] untuk memperingati tiga tahun wafatnya Saleh, atas prakarsa Raja [[Willem III]] dan [[Ernst dari Sachsen-Coburg-Gotha]]. Di antaranya terdapat lukisan ''Hutan Terbakar'', ''Berburu Kerbau di Jawa'', dan ''Penangkapan Pangeran Diponegoro''
 
Sedangkan penghargaan dari pemerintah [[Indonesia]] diberikan pada tahun 1969 lewat [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]] secara [[anumerta]], berupa ''Piagam Anugerah Seni'' sebagai ''Perintis Seni Lukis di Indonesia''. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di [[Bogor]] yang dilakukan oleh [[Frederich Silaban|Ir. Silaban]] atas perintah Presiden [[Soekarno]], sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan [[perangko]] seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya.
 
Pada tahun 2008, sebuah [[Raden Saleh (kawah)|kawah]] di planet [[Merkurius]] dinamai darinya.<ref>http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=2&gallery_id=2&image_id=276</ref><ref>http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=3&gallery_id=2&image_id=120</ref>
 
== Galeri karya ==
<gallery>
Berkas:Posthumous Portrait of Herman Willem Daendels, Governor-General of the Dutch East Indies - Rd Saleh.jpg|''Potret [[Herman Willem Daendels]]'', 1838
Berkas:Raden Sarief Bastaman Saleh - Johannes Graaf van den Bosch.jpg| ''Potret [[Van den Bosch]]'', 1836, [[Rijksmuseum]], Amsterdam
Berkas:JeanChrétienBaud.jpg| ''Potret Jean Chrétien Baud'', 1835
Berkas:Raden Saleh - Javanese Landscape, with Tigers Listening to the Sound of a Travelling Group.jpg|''Pemandangan Jawa, dengan Harimau yang Mendengarkan Suara Pengembara'', 1849
Berkas:Raden Saleh - Six Horsemen Chasing Deer, 1860.jpg|''Enam Pengendara Kuda Mengejar Rusa'', 1860
Berkas:Raden Saleh - hunt.jpg|''Perburuan Rusa'', 1846, Mesdag Museum, The Hague
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een overstroming op Java TMnr 3728-464.jpg|''Sebuah Banjir di Jawa'', 1865-1875
Berkas:Raden Saleh - Javanese Mail Station, 1876.jpg|''Stasiun Pos Jawa'', 1876.jpg
Berkas:Raden Saleh Bustaman Winterlandschaft.jpg|''Pemandangan Musim Dingin'', 1830
Berkas:Raden Saleh - Study of tiger.jpg|Sketsa cat air harimau
Berkas:Raden Saleh - Study of walking tiger.jpg|Sketsa cat air harimau berjalan
Raden Sarief Bustaman Saleh - British marine vessel in heavy weather.jpg
Raden Sarief Bustaman Saleh - Wounded Lion.jpg
</gallery>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{commonscat|Raden Saleh}}
{{commonscat|Paintings by Raden Saleh|Lukisan karya Raden Saleh}}
 
* {{en}} [http://www.nusantara.com/heritage/raden.html Raden Saleh: the romantic aristocrat]