Hakim-Hakim 21: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 4:
* Naskah sumber utama: [[Teks Masoret|Masoretik]], [[Septuaginta]] dan [[Naskah Laut Mati]].
* Pasal ini terdiri dari 25 ayat.
* Berisi kisah tentang usaha orang Israel agar bani Benyamin tetap hidup setelah sebagian besar dibunuh sehubungan dengan perbuatan noda di [[Gibea]], wilayah [[suku Benyamin]] yang diawali di [[Hakim-hakim 19|pasal 19]] dan berlanjut dari [[Hakim-hakim 20|pasal 20]].
* Merupakan satu dari 2 apendiks dari [[Kitab Hakim-hakim]]. Apendiks yang lain adalah pasal 17-18.
 
== Waktu ==
Kisah yang dicatat di pasal ini terjadi di awal masa Hakim-hakim, karena di pasal 20 dikisahkan bahwa [[Imam Besar Yahudi|Imam Besar]] [[Pinehas bin Eleazar]] masih hidup ([[Yosua 24]]). Menurut Sejarawan Yahudi-Romawi abad ke-1 M, [[Flavius Yosefus]] (37-100 M), dalam karyanya "[[Sejarah Kuno Orang Yahudi]]" yang ditulis pada tahun 93-94 M,<ref name=yosefus>[[Flavius Yosefus]], ''[[Antiquitates Iudaicae]]'', Volume V, Bab 3</ref> dan [[Seder Olam Rabbah]], yaitu tawarikh orang Yahudi dari abad ke-2 M yang memuat kronologi sejak penciptaan sampai zaman Romawi, peristiwa peperangan orang Israel dengan [[suku Benyamin]] tersebut terjadi pada zaman sebelum munculnya [[Otniel]], yaitu sebelum terjadi penindasan oleh Kusyan-Risyataim ([[Hakim-hakim 3]]). Selain itu pada masa yang sama atau sebelumnya, secara terpisah juga terjadi peristiwa berpindahnya [[suku Dan]] ke kota [[Dan (tempat)|Dan]] ([[Hakim-hakim 18]]).<ref>[http://www.betemunah.org/sederolam.html Seder Olam] Rabbah, bagian "[[Kitab Hakim-hakim|Hakim-hakim]]"</ref>
 
== Struktur ==
Baris 17:
 
== Ayat 25 ==
:''Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.''<ref>{{Alkitab|Hakim-hakim 21:25}}</ref>
[[Kitab Hakim-hakim]] ini diakhiri dengan menekankan bahwa sepanjang masa para hakim, bangsa Israel mengabaikan standar-standar Allah bagi mereka dan melakukan apa yang baik menurut pandangan mereka sendiri. Akan tetapi, sebagaimana dikemukakan Amsal, pikiran dan pendapat manusia kurang memadai dalam mempertimbangkan kebenaran (Amsal 14:12; 16:25). Menjadikan pandangan kita dan bukan Firman Allah sebagai penuntun kehidupan kita merupakan pemberontakan terhadap-Nya. Nehemia menulis mengenai umat Allah, "Mereka mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu. Mereka membelakangi hukum-Mu ... Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang" (Nehemia 9:26,31).<ref name=fulllife>The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.</ref>