Anom Suroto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ghalih.99 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
wikifisasi
Baris 1:
'''Ki Anom Suroto''' ({{lahirmati|[[Juwiring]], [[Kabupaten Klaten]], [[Jawa Tengah]]|11|8|1948}}) adalah seorang [[dalang]] [[Wayang kulit purwa|Wayang Kulit Purwa]]. Ia mulai terkenal sebagai dalang sejak sekitar tahun 1975-an. Ilmu pedalangan dipelajarinya sejak umur 12 tahun dari ayahnya sendiri, [[Ki Sadiyun Harjadarsana]]. Selain itu secara langsung dan tak langsung ia banyak belajar dari [[Nartosabdo|Ki Nartasabdo]] dan beberapa dalang senior lainnya.
{{rapikan}}
'''Ki Anom Suroto''' ({{lahirmati|[[Juwiring]], [[Kabupaten Klaten]], [[Jawa Tengah]]|11|8|1948}}) adalah seorang [[dalang]] Wayang Kulit Purwa. Ia mulai terkenal sebagai dalang sejak sekitar tahun 1975-an. Ilmu pedalangan dipelajarinya sejak umur 12 tahun dari ayahnya sendiri, [[Ki Sadiyun Harjadarsana]]. Selain itu secara langsung dan tak langsung ia banyak belajar dari [[Nartosabdo|Ki Nartasabdo]] dan beberapa dalang senior lainnya.
 
Dalang laris itu juga pernah belajar di Kursus Pedalangan yang diselenggarakan [[Himpunan Budaya Surakarta]] (HBS), belajar secara tidak langsung dari [[Pasinaon Dalang Mangkunegaran]] (PDMN), [[Pawiyatan Kraton Surakarta]], bahkan pernah juga belajar di Habiranda, [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Saat belajar di Habiranda ia menggunakan nama samaran Margono.
 
== Karier ==
Pada tahun [[1968]], Anom Suroto sudah tampil di RRI ([[Radio Republik Indonesia]]), setelah melalui seleksi ketat. Tahun [[1978]] ia diangkat sebagai [[abdi dalem]] [[Penewu Anon-anon]] dengan nama Mas Ngabehi Lebdocarito. Tahun [[1995]] ia memperolah [[Satyalancana Kebudayaan|Satya Lencana Kebudayaan]] [[Indonesia|RI]] dari Pemerintah RI.
 
Hingga akhir abad ke-20 ini, Anom Suroto adalah satu-satunya yang pernah mendalang di lima benua, antara lain di [[Amerika Serikat]] pada tahun [[1991]], dalam rangka pameran KIAS (Kebudayaan Indonesia di AS). Ia pernah juga mendalang di [[Jepang]], [[Spanyol]], [[Jerman Barat (waktu itu)]], [[Australia]], dan banyak negara lainnya. Khusus untuk menambah wasasan pedalangan me-ngenaimengenai dewa-dewa, Dr. Soedjarwo, Ketua Umum Sena Wangi, pernah mengirim Ki Anom Suroto ke India, Nepal, Thailand, Mesir, dan Yunani.
Ki H. Anom Suroto selain aktif mendalang, ia juga giat membina pedalangan dengan membimbing dalang-dalang yang lebih muda, baik dari daerahnya maupun dari daerah lain. Secara berkala, ia mengadakan semacam forum kritik pedalangan dalam bentuk sarasehan dan pentas pedalangan di rumahnya Jl. Notodiningratan 100, Surakarta. Acara itu diadakan setiap hari Rabu Legi, sesuai dengan hari kelahirannya, sehingga akhirnya dinamakan Rebo Legen. Acara Rebo Legen selain ajang silaturahmi para seniman pedalangan, acara itu juga digunakan secara positif oleh seniman dalang untuk saling bertukar pengalaman. Acara itu kini tetap berlanjut di kediamannya di Kebon Seni Timasan, Pajang, Sukoharjo. Di Kebon seni itu berdiri megah bangunan Joglo yang begitu megah dalam area kebon seluas 5000 M2.
 
Tahun [[1995]] ia memperolah [[Satyalancana Kebudayaan|Satya Lencana Kebudayaan]] [[Indonesia|RI]] dari Pemerintah RI.
Hingga akhir abad ke-20 ini, Anom Suroto adalah satu-satunya yang pernah mendalang di lima benua, antara lain di Amerika Serikat pada tahun 1991, dalam rangka pameran KIAS (Kebudayaan Indonesia di AS). Ia pernah juga mendalang di Jepang, Spanyol, Jerman Barat (waktu itu), Australia, dan banyak negara lainnya. Khusus untuk menambah wasasan pedalangan me-ngenai dewa-dewa, Dr. Soedjarwo, Ketua Umum Sena Wangi, pernah mengirim Ki Anom Suroto ke India, Nepal, Thailand, Mesir, dan Yunani.
 
Pada tahun 1993, dalam Angket Wayang yang diselenggarakan dalam rangka Pekan Wayang Indonesia VI-1993, Anom Suroto terpilih sebagai dalang kesayangan.
Di sela kesibukannya mendalang Anom Suroto juga menciptakan beberapa gending Jawa, di antaranya Mas Sopir, Berseri, Satria Bhayangkara, ABRI Rakyat Trus Manunggal, Nyengkuyung pembangunan, Nandur ngunduh, Salisir dll. Dalang yang rata-rata pentas 10 kali tiap bulan ini, juga menciptakan sanggit lakon sendiri antara lain Semar mbangun Kahyangan, Anoman Maneges, Wahyu Tejamaya, Wahyu Kembar dll.
 
Dalam organisasi pedalangan, Anom Suroto menjabat sebagai Ketua III Pengurus Pusat PEPADI, untuk periode 1996 – 2001.
Bagi Anom Suroto tiada kebahagiaan yang paling tinggi kecuali bisa membuat membuat senang penontonnya, menghibur rakyat banyak dan bisa melestarikan kesenian klasik.
 
Anom Suroto yang pernah mendapat anugerah nama Lebdocarito dari Keraton Surakarta, pada 1997 diangkat sebagai Bupati [[Sepuh]] dengan nama baru Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Lebdonagoro.
Anom Suroto pernah mencoba merintis Koperasi Dalang ‘Amarta’ yang bergerak di bidang simpan pinjam dan penjualan alat perlengkapan pergelaran wayang. Selain itu, dalang yang telah menunaikan ibadah haji ini, menjadi pemrakarsa pendirian Yayasan Sesaji Dalang, yang salah satu tujuannya adalah membantu para seniman, khususnya yang berkaitan dengan pedalangan.
 
== Kegiatan selain wayang ==
Dalam organisasi pedalangan, Anom Suroto menjabat sebagai Ketua III Pengurus Pusat PEPADI, untuk periode 1996 – 2001.
 
=== Pembinaan dalang muda dan sarasehan ===
Pada tahun 1993, dalam Angket Wayang yang diselenggarakan dalam rangka Pekan Wayang Indonesia VI-1993, Anom Suroto terpilih sebagai dalang kesayangan.
Ki H. Anom Suroto selainSelain aktif mendalang, ia juga giat membina pedalangan dengan membimbing dalang-dalang yang lebih muda, baik dari daerahnya maupun dari daerah lain. Secara berkala, ia mengadakan semacam forum kritik pedalangan dalam bentuk sarasehan dan pentas pedalangan di rumahnya yang terletak di Jl. Notodiningratan 100, [[Kota Surakarta|Surakarta]]. Acara itu diadakan setiap hari Rabu [[Legi]], sesuai dengan hari kelahirannya, sehingga akhirnya dinamakan ''Rebo Legen''. Acara Rebo Legen selainmerupakan ajang silaturahmi para seniman pedalangan, acara itu juga digunakan secara positif oleh seniman dalangdan untuktempat salingmereka bertukar pengalamanpikiran. Acara itu kini tetap berlanjut di kediamannya di Kebon Seni Timasan, Pajang, Sukoharjo. Di Kebon seni itu berdiri megah bangunan Joglo yang begitu megah dalam area kebon seluas 5000 M2m<sup>2</sup>.
 
=== Gending Jawa ===
Anom Suroto yang pernah mendapat anugerah nama Lebdocarito dari Keraton Surakarta, pada 1997 diangkat sebagai Bupati [[Sepuh]] dengan nama baru Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Lebdonagoro.
Di sela kesibukannya mendalang Anom Suroto juga menciptakan beberapa gending Jawa, di antaranya ''Mas Sopir, Berseri, Satria Bhayangkara, ABRI Rakyat Trus Manunggal, Nyengkuyung pembangunanPembangunan, Nandur ngunduhNgunduh, Salisir,'' dll. Dalang yang rata-rata pentas 10 kali tiap bulan ini, juga menciptakan sanggit lakon sendiri antara lain ''Semar mbangun Kahyangan, Anoman Maneges, Wahyu Tejamaya, Wahyu Kembar'' dll.
 
=== Koperasi dalang ===
Anom Suroto pernah mencoba merintis Koperasi Dalang ‘Amarta’ yang bergerak di bidang simpan pinjam dan penjualan alat perlengkapan pergelaran wayang. Selain itu, dalangia yang telah menunaikan ibadah haji ini,pun menjadi pemrakarsa pendirian Yayasan Sesaji Dalang, yang salah satu tujuannya adalah membantu para seniman, khususnya yang berkaitan dengan pedalangan.
 
== Referensi ==