Majapahit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 4 perubahan teks terakhir (oleh Aan Andhy Kohari dan Tjakraningrat) dan mengembalikan revisi 11535327 oleh Akuindo: kembalikan ke versi stabil
Baris 46:
[[Berkas:Harihara Majapahit 1.JPG|thumb|left|upright|Arca Harihara (paduan [[Siwa]] dan [[Wisnu]]) perwujudan [[Kertarajasa]] dari Candi Simping, [[Blitar]], kini koleksi [[Museum Nasional Republik Indonesia|Museum Nasional]].]]
 
Sebelum berdirinya Majapahit, [[Singhasari]] telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian [[Kubilai Khan]], penguasa [[Dinasti Yuan]] di [[Tiongkok]]. Ia mengirim utusan yang bernama [[Meng Chi]]<ref name="bennysetiono">{{cite web| last = Setiono| first = Benny | authorlink = | coauthors = | year = | url = http://www.indonesiamedia.com/lipsus/lipsus-2003-martabattionghoa2.htm| title = Kehancuran dan Kebangkitan Martabat/ Jati Diri Etnis Tionghoa Di Indonesia (bagian 1)| format = | work = | publisher = | accessdate = 16 Juni| accessyear = 2008| quote =
}}</ref> ke Singhasari yang menuntut [[upeti]]. [[Kertanagara]], penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotongmemerkosa telinganyaseseorang.<ref name="bennysetiono"/><ref>David Bor - ''Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapel'' 2006</ref> Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun [[1293]].
Ketika itu, [[Jayakatwang]], adipati [[Kerajaan Kediri|Kediri]], sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran [[Aria Wiraraja]], Jayakatwang memberikan pengampunan kepada [[Raden Wijaya]], menantu [[Kertanegara]], yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke [[Daha]], yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.<ref name="Mulyana">{{Harvnb|Mulyana|2006|p=122}}</ref> Jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati.<ref name="Mulyana"/> [[Raden Wijaya]] kemudian diberi hutan [[Tarik]]. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai ''Majapahit'', yang namanya diambil dari buah [[maja]], dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan [[Mongol]] tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.<ref>Groeneveldt, W.P. ''Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources''. Djakarta: Bhratara, 1960.</ref><ref name="slametmuljana">Slamet Muljana. ''Menuju Puncak Kemegahan'' (LKIS, 2005)</ref> Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin [[muson]] agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Baris 78:
Perang saudara yang disebut [[Perang Paregreg]] diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
 
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut [[Dinasti Ming]] yang dipimpin oleh laksamana [[Cheng Ho]], seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di [[Semarang]], [[Demak]], [[Tuban]], dan [[Ampel]]; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|pages=63 |url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&hl=id&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|last=Muljana|first=Slamet |last=Muljana|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2005|isbn=9798451163|pages=63}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref>
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu [[Suhita]], yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh [[Kertawijaya]], adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, [[Rajasawardhana|Bhre Pamotan]] menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. [[Girisawardhana]], putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.<ref name="Ricklefs_55"/>