Heldy Djafar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 36:
Apalagi pada tahun [[1963]], jalanan di Jakarta sudah ber[[aspal]], [[jembatan Semanggi]] yang lebar dan membentuk lengkungan menarik, rumah dan gedung terbuat dari [[beton]] dan rimbunnya dedaunan pohon-pohon besar di tepi jalan. Di kota metropolitan, Heldy tinggal di rumah kakaknya Erham, di Jalan Ciawi III nomer 4, [[Kebayoran Baru]], [[Jakarta Selatan]]. Erham sendiri bekerja di sebuah perusahaan [[bank]] dan sudah memiliki tiga orang anak. Sementara Yus, kakak Heldy, waktu itu masih kuliah di Fakultas Hukum [[Universitas Indonesia]]. Ia memilih tinggal di asrama Kalimantan, Jalan Cimahi 16, [[Menteng]], [[Jakarta Pusat]].<ref name="Tergoda 3" />
Yus dikenal sebagai aktivis organisasi. Ketika masih kuliah ia sudah didapuk menjadi Ketua Perhimpunan Pemuda Kalimantan Timur. Seminggu berada di Jakarta, Heldy diajak Yus main-main ke asrama. Di sana ada pemuda bernama Adji, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kehadiran Heldy menarik perhatian Adji. Sejak itu, kendati usianya terpaut lima tahun, keduanya saling mengunjungi.<ref name="Tergoda 4" />
Di Jakarta, Heldy masuk ke Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP) yang kemudian berubah nama menjadi Sekolah Kepandaian Keputrian Atas (SKKA). Sekarang sekolah itu diubah lagi menjadi Sekolah Menengah Kepandaian Keputrian (SMKK). Letak sekolahnya di daerah [[Pasar Baru]]. Di sekolah ini, sejumlah gadis dari daerah, menimba ilmu tentang dunia masak-memasak dan mengurus rumah tangga. Sejak sekolah di tempat itu, setiap hari Heldy naik bus menuju ke sekolahnya. Kadang ia dijemput oleh rekannya bernama Sri.<ref name="Tergoda 5" />
|