Abdul Djebar Hapip: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes, removed stub tag |
k Bot: penggantian teks otomatis (-Kosa kata, +Kosakata; -kosa kata, +kosakata) |
||
Baris 22:
== Riwayat hidup ==
Berawal dari terpilihnya Prof. Abdul Djebar Hapip Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin sebagai satunya-satunya wakil dari Kalimantan Selatan yang berhak mengikuti pelatihan Leksikografi. Yaitu pelatihan membuat kamus yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tahun 1974 di Jakarta. Dengan bahan sangat terbatas yaitu hanya beberapa
Pada tahun 1976 pra kamus yang tidak lebih dari 300
Media Kamus dianggapnya paling efektif untuk bisa melestarikan bahasa Banjar tersebut, karena itu kamus mempunyai dua fungsi, pertama fungsi sebagai rujukan mencari padanan kata dengan kata lain dalam hal ini Bahasa Indonesia. Fungsi kedua sebagai alat pendokumentasian.
Baris 32:
Beruntung pada tahun 1993 dengan bantuan dari The Toyota Foundation ia melakukan riset di beberapa daerah di Kalimantan Selatan, bahkan sampai ke pegunungan meratus untuk mendapatkan bahasa asli orang pedalaman Banjar. Ia juga melakukan riset di Kalimantan Tengah, dan berinteraksi dengan penduduk pesisir Palangkaranya. Bahkan ia berangkat ke Riau, selama 3 minggu ia menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan orang-orang yang ada di daerah Tambilahan, Muara Tungkal dan Sapat, disinilah bendahara bahasa Banjar archais (kono) banyak ditemukannya. Di sana ia ikut pergi ke pasar tradisional dan menyimak setiap perilaku dan tutur kata orang disana yang kebanyakan adalah berasal dari suku Banjar.
Untuk mengumpulkan sebanyak mungkin
Indahnya masa kecil Abdul Djebar Hapip ternyata juga sangat membantu ia menemukan beberapa
Salah satu kendala yang dihadapi Abdul Djebar dalam penyusunan kamusnya adalah karena bahasa Banjar bukan bahasa tulisan, tapi bahasa lisan, misalnya dalam menyebutkan suatu benda, penduduk yang beda daerah akan beda pula dalam penyebutannya, padahal benda yang mereka maksud itu sama. Ia harus menetapkan ucapan mana yang semestinya masuk kamusnya.
Dalam bahasa Banjar ditemukannya dua dialek besar yaitu dialek bahasa Banjar Hulu dan bahasa Banjar Kuala. Kalau dalam Banjar Hulu hanya menggunakan bunyi vokal (a), (i), dan (u), sedangkan Banjar Kuala disamping mengenal huruf vocal (a), (i), dan (u) masih terdapat pula bunyi (e) dan (o). Pada Banjar Hulu dan Banjar Kuala terdapat pula dua
Pada tahun 1993 itu pula Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan mengeluarkan surat keputusan untuk menjadikan Bahasa Banjar (BB) sebagai salah satu materi muatan lokal untuk diajarkan di SD dan SMP. Pada Agustus 1997 kamus Bahasa Banjar pun memasuki edisi ke III dengan penambahan entri baru dan perbaikan berbagai contoh penggunaan kosa katanya dan juga penambahan Fonologi dan Morfologi Bahasa Banjar secara singkat untuk lebih memahami struktur Bahasa Banjar.
|