Bumi Bola Salju: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Clean up, replaced: ekstrim → ekstrem, removed stub tag using AWB
Baris 15:
| pages=45–61
| bibcode=1964GeoRu..54...45H
| doi=10.1007/BF01821169}}</ref> Dari data palaeomagnetik ini dan bukti sedimentologi bahwa sedimen glasial memutus kelanjutan lapisan batu-batuan yang biasanya dikaitkan dengan latitude tropis dan temperat, ia berargumen adanya suatu zaman es yang sangat ekstrimekstrem sehingga menghasilkan deposisi batu glasial lain pada daerah tropis.
 
Pada tahun 1960-an, [[Mikhail Budyko]], seorang ahli klimatologi asal Rusia, mengembangkan model iklim keseimbangan energi sederhana untuk meneliti efek tutupan es pada iklim global. Dengan model ini Budyko menemukan bahwa jika lapisan es menjalar cukup jauh dari daerah kutub, maka ada lingkaran reaksi balik di mana peningkatan reflektif ([[albedo]]) es akan membawa pendinginan lebih lanjut dan pembentukan semakin banyak es, sehingga seluruh bumi tertutup es dan mencapai keseimbangan dalam suatu ekuilibrium baru yang stabil dalam keadaan ditutup oleh es.<ref name="Budyko">{{cite journal
Baris 299:
Balutan-balutan ini dihasilkan pada [[:en:Tipping point (climatology)|tipping point]] antara [[:en:Hypoxia (environmental)|anoxic]] dan lautan yang beroksigen. Karena atmosfer saat ini kaya akan oksigen (hampir 21 persen volume) dan berkontak dengan lautan, tidak mungkin untuk mengakumulasi cukup besi oksida untuk dideposisi dalam formasi berbalut. Satu-satunya pembentukan ekstensif besi yang didepositkan setelah era Paleoproterozoic (setelah 1,8 miliar tahun lalu) dikatikan dengan deposit glasial [[:en:Cryogenian|Cryogenian]].
 
Untuk mendepositkan batuan kaya zat besi semacam itu harus ada keadaan anoxia di lautan, sehingga besi yang larut (sebagai [[ferrous oxide]]) dapat terakumulasi sebelum berkontak dengan oksidan yang akan mengendapkannya sebagai [[ferric]] oxide. Supaya lautan menjadi anoxik maka harus terjadi pembatasan pertukaran gas dengan atmosfer yang mengandung oksigen. Pendukung hipotesis ini berargumen bahwa kemunculan kembali BIF pada batuan sedimentari adalah hasil dari terbatasnya kadar oksigen di dalam laut yang tertutup oleh es di laut,<ref name="Kirschvink"/>{{cite booksementara para penentang berpendapat bahwa jarangnya deposit BIF mengindikasikan pembentukan di laut yang ada di daratan.
|last=Kirschvink
|first=Joseph
|editor=J. W. Schopf; C. Klein
|title=The Proterozoic Biosphere: A Multidisciplinary Study
|year=1992
|publisher=Cambridge University Press
|chapter=Late Proterozoic low-latitude global glaciation: the Snowball Earth}}</ref> sementara para penentang berpendapat bahwa jarangnya deposit BIF mengindikasikan pembentukan di laut yang ada di daratan.
<!--
Being isolated from the oceans, such lakes may have been stagnant and anoxic at depth, much like today's [[Black Sea]]; a sufficient input of iron could provide the necessary conditions for BIF formation.<ref name=Eyles2004 /> A further difficulty in suggesting that BIFs marked the end of the glaciation is that they are found interbedded with glacial sediments.<ref name=Young1995/> BIFs are also strikingly absent during the Marinoan glaciation.{{Citation needed|date=March 2008}}
Baris 447 ⟶ 440:
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{geologi-stub}}
 
[[Kategori:Glasiologi]]