Pelantikan Kaisar Jepang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 16:
Acara dari ritus tersebut diakhiri dengan penembakan [[penghormatan 21 meriam]] oleh [[Pasukan Bela Diri Jepang]].
===Daijo-sai===
''Daijo-sai'', atau Perayaan Ucapan Terima Kasih Besar, adalah ritual pelantikan ketiga dan paling penting—dan juga paling kontroversial, karena upacara tersebut adalah sebuah upacara dimana Kaisar dipersatukan dengan Leluhur Kekaisarannya, dewi matahari[[Amaterasu|Amaterasu-ōmikami]], untuk berbagi [[keilahian]]nya dengan cara yang unik. Upcara tersebut tidak disebutkan dalam Konstitusi yang dituangkan oleh pasukan pendudukan Amerika, sehingga konstitusional saat ini dipertanyakan pada masa pengangkatan Kaisar saat ini Akihito.
Pertama, dua [[sawah]] khusus dipilih dan dimurnikan oleh ritual pemurnian [[Shinto]]. Para keluarga petani yag menanam padi di sawah tersebut harus dalam kondisi sehat. Saat padi tumbuh dan panen, beras-berasnya dibawa ke sebuah kuil Shinto khusus sebagai ''goshintai'' (御神体), persembahan kepada seorang ''[[kami]]'' atau pasukan ilahi. Setiap biji harus utuh dan tidak rusak, dan satu per satu dipoles sebelum direbus. Beberapa [[sake]] juga dihasilkan dari berkas tersebut.
Sementara itu, dua gubuk dua kamar dua atap dibangun di dekat tempat khusus, menggunakan gaya bangunan Jepang asli yang mendapatkan pengaruh budaya [[Budaya Tionghoa|Tionghoa]]. Satu kamar berisi [[mebel]] besar i tengahnya; kamar yang kedua digunakan oleh para musisi. Seluruh perabotan dan barang-barang rumah tangga juga dipersiapkan lebih awal, dan sebagian besar memiliki bentuk Jepang yang murni: contohnya, seluruh obyek [[tembikar]] dipanaskan namun tidak diglasir. Dua struktur tersebut mewakili rumah Kaisar sebelumnya dan Kaisar yang baru. Pada masa-masa awal, saat kepala seorang rumah tangga meninggal, rumahnya dibakar; sebelum pendirian [[Kyoto]], saat seorang Kaisar wafat, seluruh ibukotanya dibakr sebagai upacara pemurnian.
[[Berkas:Igimono1.JPG|thumb|Barang-barang ritual dari Pelantikan Kaisar Jepang.]]
Setelah ritual [[permandian]], kaisar dipakaikan busana sutra putih dari seorang pendeta Shinto, namun dengan rajutan panjang khusus. Diiringi oleh para [[abdi dalem|abdi]], Kaisar secara sendirian mula-mula memasukki tempat tertutup dan kemudian setiap gubuk dalam acara yang sama—dari 18:30 sampai 21:30 pada ritual pertama, dan ritual kedua dari 12:30 sampai 3:30 pada malam yang sama. Sebuah [[karpet]] dibentangkan sebelum ia datang dan kemudian digulung kembali saat ia berjalan, sehingga kakinya tak pernah menyentuh tanah. Sebuah [[payung]] khusus ditempatkan di atas kepala pemimpin berdaulat tersebut, dimana pegangannya terdapat gambar phoenix yang diukir di ujung tiangnya dan mewakili orang kermaat yang datang dari udara ke atasnya. Acara berjalan di sebuah [[karpet]] dilakukan menuju [[Kuil Bekas Ise]], Kaisar mempersembahkan beras, sake yang terbuat dari beras, [[millet]], ikan dan berbagai panganan lainnya dari darat dan laut, kepada Amaterasu. Kemudian, ia memakan beberapa beras sesembahan itu sendiri, sebagai tindakan komuni ilahi yang menyantap penyatuan tunggalnya dengan Amaterasu-ōmikami, kemudian menjadikannya (dalam tradisi Shinto) [[perantara]] antara Amaterasu dan rakyat Jepang.<ref>{{cite news| url=http://articles.latimes.com/1990-11-23/news/mn-5212_1_sun-goddess | work=Los Angeles Times | first=Karl | last=Schoenberger | date=November 23, 1990 | accessdate=2010-05-02 | title=Akihito in Final Ritual of Passage}}</ref><ref>{{cite news| url=http://www.nytimes.com/1990/11/23/world/akihito-performs-his-solitary-rite.html | work=The New York Times | title=Akihito Performs His Solitary Rite | first=Steven R. | last=Weisman | date=November 23, 1990 | accessdate=2010-05-02}}</ref> Upacara tersebut disusul dengan tiga perjamuan dan kunjungan ke Kuil-Kuil Para Leluhur Kekaisarannya.<ref name="time2"/>
==Bacaan tambahan==
|