Tjong Yong Hian: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Added {{copy edit}} and {{one source}} tags to article |
Lie Pin Pin (bicara | kontrib) |
||
Baris 17:
Pada tahun 1904, Tjong Yong Hian mendapat penghargaan tertinggi dari Belanda, atas dedikasi pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu, demi keberhasilan suatu tujuan mulia : pengabdian melaksanakan cita-cita yang luhur untuk kemanusiaan.
Salah satu bentuk apresiasi dan penghargaan yang diberikan Pemerintah Kota Medan terhadap Tjong Yong Hian (abang kandung dari Tjong A Fie) adalah menabalkan nama Jalan Bogor menjadi Jalan Tjong Yong Hian dan meresmikan Taman Tjong Yong Hian di Jalan Kejaksaan Medan. Penabalan dan peresmian taman disaksikan langsung oleh pewaris dan keturunan Tjong Yong Hian, yaitu Budihardjo Chandra (Chang Hung Kuin). Penghargaan yang diberikan Pemko Medan kepada keluarga Alm. Tjong Yong Hian juga sebagai bentuk ucapan terimakasih terhadap kontribusi Tjong Yong Hian yang telah ikut serta membangun kota Medan di masa lalu. Taman Tjong Yong Hian yang ada di Jalan Kejaksaan Medan adalah tempat peristirahatan terakhir Tjong Yong Hian dan isterinya. Di gapura pintu masuk ke kawasan ini tertulis Taman Kebun Bunga (Mao Rong Yuan), setelah masuk beberapa meter ke dalam, di atas pintu masuk berpagar warna hijau baru ada tertulis Taman Tjong Yong Hian.
Jembatan Kebajikan Kontribusi yang diberikan Tjong Yong Hian terhadap Medan, Penang dan China ternyata mendapat perhatian dan penghargaan dengan gelar dari Pemerintah Qing untuk kontribusi sosialnya di China. Ia juga mendapat kehormatan diterima dua kali di Beijing oleh Ratu Ci Xi dan Kaisar Guang Xu. Pada tahun 1904, atas kontribusinya terhadap pembangunan Medan Tjong Yong Hian diberikan penghargaan dengan menamai sebuah jalan yang ramai Jalan Tjong Yong Hian, kemudian berubah menjadi Jalan Bogor. Serangkaian dengan Hari Pahlawan tahun 2013, Jalan Bogor ditabalkan kembali menjadi Jalan Tjong Yong Hian oleh Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Medan Dzulmi Eldin. Tjong Yong Hian memiliki beberapa rumah di Medan dan China. Ia dan isterinya (Nee Xu) mempunyai tiga anak laki-laki Pu Ching, Cen Ching dan Min Ching dan tiga anak perempuan. Rumah keluarga Tjong di Medan terletak di Jalan Kesawan (sekarang Jalan A. Yani). Sementara di China, Tjong dan leluhurnya memiliki rumah di Meixian, China. Tjong Yong Hian meninggal dunia di usia 61 tahun (11 September 1911), ribuan pelayat dari segala suku dan kebangsaan. Tempat peristirahatan terakhir Tjong Yong Hian adalah di Taman Mao Rong sebuah taman miliknya di kawasan Jalan Kejaksaan Medan. Saat berada di Taman Tjong Yong Hian ini, luasnya tidak seperti aslinya lagi. Makam berwarna merah menyala Tjong Yong Hian dan isterinya menghadap ke kolam teratai. Taman ini tetap terjaga keberadaannya karena dirawat oleh cicit Tjong Yong Hian, Budihardjo Chandra (Chang Hung Kuin) dan keluarganya
Daftar Pustaka.
Baris 27 ⟶ 31:
http://www.semedan.com/2015/08/mesjid-lama-mesjid-bengkok-medan.html
http://www.kompasiana.com/jamesppardede/mengenang-tjong-yong-hian-dari-taman-kebun-bunga-sampai-jembatan-kebajikan
[https://books.google.co.id/books?id=CH0p3zHladEC&pg=PA291&lpg=PA291&dq=yayasan+toen+moek+tong&source=bl&ots=9PiJO4dvpY&sig=15kdfGftg4424TR11TVawjvxEqg&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj197eaqo7QAhWBsY8KHX1KB3cQ6AEIPTAG#v=onepage&q=yayasan%20toen%20moek%20tong&f=false Partai dan parlemen lokal era transisi demokrasi di Indonesia]
Setiono, Benny G, 2008, Tionghoa Dalam Pusaran Politik , Jakarta, Gudang Penerbit.
<nowiki>Jakarta : [Pusat Penelitian Politik], Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) : LIPI Press, 2007.</nowiki>
|