Komunikasi lintas budaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 61:
 
=== Model Empat Jarak (4D) ===
Teori yang berakar dalam [[semiotika]], mempelajari bagaimana relasional jarak dapat berdampak pada komunikasi lintas budaya: ''incommunicability'' dan kesalahpahaman yang benar-benar bergantung pada rasa "kedekatan" atau "jarak" yang muncul dalam pola interaksi antara komunikator lintas budaya. Model empat ini mendefinisikan empat variabel utama yang dapat menentukan relasional jarak. Masing-masing variabel memiliki subset dari jenis yang lebih spesifik, tipe-kaku (''tangible'') dan tipe-halus (terutama ''intangible'') sub-variabel yaitu'':<ref>Daniele Trevisani (1992), “A Semiotic Models Approach to the Analysis of Internatio-nal/Intercultural Communication”, in Proceedings of the 9th International and Intercultural Communication Conference, University of Miami, 19–21 May</ref>''
* D1 – Jarak dari diri sendiri. D1A: perbedaan secara biologis, perbedaan waktu antara komunikator saat memberi masukan; D1B: jarak yang tak dapat diraba, identitas/peran/dasar/perbedaan kepribadian;
* D2 – Kode komunikasi jarak ( jarak semi linguistik ). Didefinisikan oleh D2A: konten komunikasi; – D2B: kode, biner, tanda-tanda, simbol, berbeda bahasa, berbeda gaya komunikasi;
* D3 – Ideologi dan jarak nilai: perbedaan dalam D3A: nilai-nilai inti, inti keyakinan, ideologi, pandangan dunia; D3B: perbedaan dalam sikap dan keyakinan periferal;
* D4 –Jarak referensial (sejarah pribadi); D4A: pengalaman yang berbeda dengan objek dari dunia luar, pengalaman fisik; D4B: sensasi internal dunia, perbedaan emosional masa lalu dan masa kini.
Model tersebut memungkinkan penelitian dan pemantauan tentang bagaimana interaksi lintas budaya mengalami pergeseran waktu dari "jarak" dengan "kedekatan", atau sebaliknya, dari empati konflik, dan dari entropi untuk kejelasan mengenai  variabel tertentu, dan dalam rangka untuk mempersiapkan intervensi tertentu untuk dapat mengurangi jarak yang tidak diinginkan, konflik dan miskomunikasi. Mengidentifikasi persepsi tersembunyi, peran, kode, dan nilai-nilai substansial untuk menentukan efektivitas negosisasi lintas budaya,<ref>Trevisani, Daniele (2005), "Negoziazione Interculturale: Comunicazione oltre le barriere culturali", Milano, Franco Angeli (Translated title: "Intercultural Negotiation: Communication Beyond Cultural Barriers".</ref> dan kunci utama dari hasil lintas budaya sebagai keterlibatan dalam operasi menjaga perdamaian.<ref>Commander’s Handbook for Strategic Communication and Communication Strategy, US Joint Forces Command, 24 June 2010</ref> Model tersebut telah digunakan untuk menganalisis insiden kritis dalam komunikasi lintas budaya bagi kru di [[Stasiun Luar Angkasa Internasional|Stasiun luar Angkasa Internasional]],<ref>Stene, Trine Marie; Trevisani, Daniele; Danielsen, Brit-Eli (Dec 16, 2015). </ref>
Baris 80:
 
=== Akulturasi dan penyesuaian ===
* Akulturasi komunikasi<br>
:Teori ini mencoba untuk menggambarkan dimana "adaptasi antar budaya sebagai upaya kolaboratif  orang asing dan penerimaan lingkungan terlibat dalam upaya bersama."<ref>Kim Y.Y.(1995), p.192</ref>
* Kegelisahan /  ketidakpastian<br>
:Ketika orang asing berkomunikasi dengan orang lokal, mereka mengalami ketidakpastian dan kecemasan. Orang asing perlu untuk mengelola ketidakpastian serta kecemasan mereka dalam rangka untuk dapat secara efektif berkomunikasi  dengan orang lokal dan kemudian mencoba untuk mengembangkan prediksi-prediksi akurat dan penjelasan-penjelasan untuk perilaku orang-orang lokal.<br>
* [[Asimilasi (sosial)|Asimilasi]], penyimpangan, dan kondisi keterasingan<br>
:Asimilasi dan adaptasi adalah hasil yang tidak permanen dari proses adopsi; sebaliknya, mereka adalah hasil sementara dari proses komunikasi antara orang lokal dan imigran. "Keterasingan atau asimilasi dalam kelompok atau individu, adalah hasil dari hubungan antara perilaku menyimpang dan lalai dalam komunikasi."<ref>Mc Guire and McDermott, 1988, p. 103</ref>
Baris 97:
== Teori-teori ==
Berikut ini jenis teori dapat dibedakan dalam untaian yang berbeda : fokus pada hasil yang efektif,  akomodasi atau adaptasi, identitas negosiasi dan manajemen, jaringan komunikasi, [[akulturasi]] dan penyesuaian.<ref>Cf. Gudykunst 2003 for an overview.</ref>
* Konteks: Sebuah penilaian bahwa seseorang yang kompeten adalah yang dibuat di kedua relasional dan konteks situasional.Ini berarti bahwa kompetensi tidak didefinisikan sebagai sebuah atribut tunggal, artinya seseorang bisa menjadi sangat kuat dalam satu bagian dan cukup baik di tempat lain. Situasional berbicara mengenai kompetensi yang dapat didefinisikan secara berbeda untuk budaya yang berbeda. Misalnya, kontak mata menunjukkan kompetensi dalam budaya barat sedangkan untuk budaya Asia  terlalu banyak kontak mata menjadi sesuatu yang kurang sopan.
* Kesesuaian: berarti bahwa perilaku yang dapat diterima dan sesuai harapan dari setiap budaya tertentu.
* Efektivitas: perilaku yang menyebabkan hasil yang diinginkan dapat tercapai.
* Pengetahuan: Ini ada hubungannya dengan luasnya informasi yang anda miliki tentang kebudayaan orang yang sedang berinteraksi dengan anda. Hal ini penting agar anda dapat menafsirkan makna dan memahami budaya mereka secara umum dan pengetahuan budaya tertentu.
* Motivasi:Ini ada hubungannya dengan asosiasi emosional karena mereka berkomunikasi antar budaya. Perasaan dari reaksi anda terhadap pikiran dan pengalaman berhubungan dengan motivasi. Niat dari pikiran yang memandu pilihan anda, itu adalah tujuan atau rencana yang mengarahkan perilaku anda. Ini dua hal yang berperan dalam motivasi.<ref name="Lustig & Koester, 2010">(Lustig & Koester, 2010)</ref>
 
=== Alat-alat dasar untuk perbaikan ===
Berikut ini adalah cara untuk meningkatkan kompetensi dalam komunikasi:
* Tampilan menarik: menunjukkan rasa hormat dan hal positif untuk orang lain.
* Orientasi pengetahuan: Istilah yang digunakan orang untuk menjelaskan diri mereka sendiri dan persepsi mereka tentang dunia.
* Empati: Berperilaku dalam cara-cara yang menunjukkan anda memahami dunia sebagaimana yang orang lain lakukan.
* interaksi manajemen: keterampilan di mana anda mengatur percakapan.
* Tugas peran perilaku: memulai ide-ide yang mendorong kepada kegiatan pemecahan masalah.
* Relasional perilaku peran : harmoni antara interpersonal dan mediasi<br>
* Toleransi untuk ambiguitas: kemampuan untuk bereaksi terhadap situasi-situasi baru dengan sedikit ketidaknyamanan.
* Interaksi postur: Menanggapi orang lain dalam deskriptif, non-menghakimi cara.<ref name="Lustig & Koester, 2010">(Lustig & Koester, 2010)</ref>
 
Baris 122:
 
=== Ciri-ciri ===
* Fleksibilitas.
* Toleransi terhadap ketidakpastian yang tinggi
* ''Reflectiveness''.
* Keterbukaan pikiran.
* Sensitivitas.
* Kemampuan beradaptasi.
* Terlibat dalam sistem tingkat berpikir yang berbeda.<ref name="Intercultural Communication">(Intercultural Communication)</ref>
 
Baris 156:
Bila tindakan ini dipasangkan dengan komunikasi verbal, maka pesan dibuat dan dikirim. Bentuk komunikasi nonverbal adalah perilaku kinesik. Perilaku kinesik adalah komunikasi melalui gerakan tubuh—misalnya, postur, gerak tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata. Makna dari perilaku tersebut bervariasi antar negara dan mempengaruhi komunikasi lintas budaya. Bentuk komunikasi nonverbal secara kinesik adalah kontak mata dan menggunakan mata untuk menyampaikan pesan. Secara keseluruhan, komunikasi nonverbal memberikan petunjuk untuk apa yang dikatakan secara verbal dengan penggambaran fisik.
[[Berkas:Visual_Nonverbal_Communication.png|jmpl|Teknik komunikasi nonverbal yang digunakan di seluruh dunia dan di beberapa budaya.]]
Komunikasi nonverbal dan kinesik bukan satu-satunya cara untuk berkomunikasi tanpa kata-kata. ''[[Proxemiks|Proxemics]]'', bentuk komunikasi nonverbal, berkaitan dengan pengaruh kedekatan dan ruang komunikasi. Bentuk lain dari perilaku nonverbal dan komunikasi yang berhubungan dengan komunikasi lintas budaya adalah ''paralanguage''. ''Paralanguage'' mengacu pada bagaimana sesuatu yang dikatakan, bukan isi dari apa yang dikatakan—misalnya, kecepatan bicara, nada dan infleksi suara, suara-suara lain, tertawa, menguap, dan keheningan. ''Paralanguage'' akan kemudian menyentuh dalam bagian verbal dari komunikasi lintas budaya.
 
Komunikasi nonverbal telah ditunjukkan untuk memperhitungkan antara 65% dan 93% dari ditafsirkannya proses komunikasi.<ref name="Samovar Larry 2006. pp13">Samovar Larry, Porter Richard, McDaniel Edwin, Roy Carolyn. 2006. </ref> Variasi Kecil dalam bahasa tubuh, ucapan, irama, dan ketepatan waktu sering menyebabkan ketidakpercayaan dan persepsi yang salah dari situasi antara pihak pelaku lintas budaya. Hal tersebut adalah di mana komunikasi nonverbal dapat menyebabkan masalah dengan komunikasi lintas budaya. Kesalahpahaman dengan komunikasi nonverbal dapat menyebabkan miskomunikasi dan penghinaan dengan perbedaan budaya. Sebagai contoh, kegiatan menjabat tangan dalam satu budaya mungkin akan sebagai sesuatu yang pantas dilakukan, sedangkan bagi kebudayaan lain dapat disebut sebagai sesuatu yang kasar atau tidak pantas.<ref name="Samovar Larry 2006. pp13">Samovar Larry, Porter Richard, McDaniel Edwin, Roy Carolyn. 2006. </ref>
Baris 169:
 
=== Indonesia ===
Penerapan dari contoh komunikasi lintas budaya yang ada di Indonesia adalah seperti
 
== Referensi ==