Teori kesempurnaan media: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 18:
=== Menentukan kesempurnaan media ===
Pada artikel mengenai teori kesempurnaan media yang ditulis pada tahun 1988, Daft dan Lengel menyebutkan, "Semakin banyak pembelajaran yang dapat diperoleh melalui media, maka makin sempurnalah media tersebut.” Kesempurnaan media adalah fungsi dari karakteristik-karakteristik berikut ini:<ref name=":3">Lengel, Robert; Richard L. Daft (August 1989). "The Selection of Communication Media as an Executive Skill". ''The Academy of Management Executive (1987-1989)''. '''2''': 225–232.</ref><ref>Daft, R.L.; Lengel, R.H. (1984). Cummings, L.L.; Staw, B.M., eds. "Information richness: a new approach to managerial behavior and organizational design". Research in organizational behavior. Homewood, IL: JAI Press. 6: 191–233.</ref>
* Kemampuan untuk menangani beberapa tanda-tanda informasi pada saat bersamaan
* Kemampuan untuk memfasilitasi umpan balik yang cepat
Baris 64:
==== Tim virtual dan teleworking ====
Banyak organisasi memiliki karyawan yang tersebar di zona waktu berbeda. Untuk memfasilitasi kerjasama produktif dan dinamika tim, organisasi dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan coworking. Workman, Kahnweiler, dan Bommer (2003) menemukan bahwa idealnya teleworking menggunakan berbagai jenis media, mulai dari miskin hingga kaya, di mana pekerja dapat memilih media yang paling cocok dengan tugas dan cara kerja mereka.<ref name=":4">Workman, Michael; Kahnweiler, William; Bommer, William (2003-10-01). [http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0001879103000411 "The effects of cognitive style and media richness on commitment to telework and virtual teams"]. ''Journal of Vocational Behavior''. Special Issue on Technology and Careers. '''63''' (2): 199–219. [[Digital object identifier|doi]]:[[doi:10.1016/S0001-8791(03)00041-1|10.1016/S0001-8791(03)00041-1]]
☁
Selanjutnya, pekerjaan yang berbeda mungkin memerlukan jenis media yang berbeda pula. Pekerjaan yang lebih konkret dan terstruktur seperti perencanaan, administrasi atau operasi mungkin lebih cocok dengan pilihan media yang miskin, sementara pekerjaan desain dan pengembangan perangkat lunak yang lebih memiliki ketidakpastian atau jenis pekerjaan yang membutuhkan negosiasi lebih menuntut penggunaan saluran media yang lebih kaya.▼
</ref>
▲Selanjutnya, pekerjaan yang berbeda mungkin memerlukan jenis media yang berbeda pula. Pekerjaan yang lebih konkret dan terstruktur seperti perencanaan, administrasi atau operasi mungkin lebih cocok dengan pilihan media yang miskin, sementara pekerjaan desain dan pengembangan perangkat lunak yang lebih memiliki ketidakpastian atau jenis pekerjaan yang membutuhkan negosiasi lebih menuntut penggunaan saluran media yang lebih kaya.<ref name=":4" />
Sebuah studi tentang dinamika tim virtual di tahun 2009 menunjukkan bahwa penggunaan media yang lebih kaya di lingkungan kerja virtual dapat mengurangi kebiasaan membuang-buang waktu atau kemungkinan timbulnya perasaan tidak dihargai oleh anggota kelompok yang berkontribusi secara individu. ▼
▲Sebuah studi tentang dinamika tim virtual di tahun 2009 menunjukkan bahwa penggunaan media yang lebih kaya di lingkungan kerja virtual dapat mengurangi kebiasaan membuang-buang waktu atau kemungkinan timbulnya perasaan tidak dihargai oleh anggota kelompok yang berkontribusi secara individu.<ref>Bryant, Stephanie (2009). "The effects of reward structure, media richness and gender on virtual teams". ''International Journal of Accounting Information Systems''. '''10''' (4): 190. [[Digital object identifier|doi]]:[[doi:10.1016/j.accinf.2009.09.002|10.1016/j.accinf.2009.09.002]].</ref>
==== '''Belanja online''' ====
Kekayaan yang dirasakan dari sebuah toko online harus dipertimbangkan ketika menganalisis konten jual beli online. Pengalaman yang didapatkan saat online, pendapatan, serta kepercayaan konsumen terhadap toko online memiliki efek positif yang signifikan terhadap niat konsumen untuk melakukan pembelian secara online. Pengalaman yang didapatkan konsumen saat online memiliki efek positif yang signifikan terhadap kekayaan yang dirasakan dari toko online, sedangkan risiko yang dirasakan terkait dengan penggunaan toko online memiliki efek negatif yang signifikan pada kepercayaan konsumen terhadap toko online . Menurut teori kesempurnaan media, sebuah toko online akan lebih efisien untuk tugas-tugas yang dapat dianalisis sedangkan toko fisik lebih efisien untuk tugas-tugas yang tidak dapat dianalisis.
Pengetahuan ini akan memungkinkan perusahaan untuk secara efisien beradaptasi terhadap cara menggunakan toko online dan bagaimana menggunakan strategi multi-channel untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan lebih baik. Oleh karena itu, toko online perlu memahami sifat dari tugas konsumen dalam proses belanja dan bagaimana konsumen memandang kekayaan sebuah toko online ini.<ref>Brunelle, E.; Lapierre, J. (August 2008). "Testing media richness theory to explain consumers' intentions of buying online.". ''Proceedings of the 10th international conference on Electronic commerce'': 31.</ref> Dengan kata lain, perusahaan harus memutuskan keefektifan susunan saluran dengan tingkat kekayaan berbeda yang membantu konsumen untuk mencari dan membeli barang.<ref>Brunell, Eric (2009). [http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15332860903467649 "Introducing Media Richness into an Integrated Model of Consumers' Intentions to Use Online Stores in Their Purchase Process"]. ''Journal of Internet Commerce''. '''8''' (3): 222. Retrieved 28 March 2016.</ref>
==== '''Pesan instan dan SMS''' ====
Teori kesempurnaan media menyiratkan bahwa pengirim pesan harus memilih media dengan kekayaan yang tepat untuk mengkomunikasikan pesan yang diinginkan atau memenuhi tugas tertentu.<ref name=":3" /> Pengirim pesan yang menggunakan media komunikasi yang kurang kaya harus mempertimbangkan keterbatasan media tersebut dalam hal umpan balik, isyarat, adaptasi pesan, dan emosi. Misalnya, menentukan apakah sebuah SMS bernada serius atau sarkastis yang relatif sulit.<ref>Newberry, Brian (2001). [http://learngen.org/resources/module/lgend101_norm1/200/210/211_3.html "Media Richness, Social Presence and Technology Supported Communication Activities in Education"]. Retrieved 2007-09-04.</ref> Miskinnya sebuah meniadakan transmisi nada dan ekspreksi wajah yang berguna dalam mendeteksi sarkasme. Namun, hasil dari studi yang dilakukan oleh Anandarajam et al. pada penggunaan pesan instan oleh Generasi Y menyimpulkan bahwa "lebih banyak pengguna menganggap pesan instan sebagai media komunikasi yang kaya, semakin besar kemungkinan mereka percaya media ini berguna untuk bersosialisasi".<ref>Anandarajan, Murugan; Zaman, Maliha; Dai, Qizhi; Arinze, Bay (June 2010). "Generation Y Adoption of Instant Messaging: Examination of the Impact of Social Usefulness and Media Richness on Use Richness". ''IEEE Transactions on Professional Communication''. '''53''' (2): 132–143. [[Digital object identifier|doi]]:[[doi:10.1109/tpc.2010.2046082|10.1109/tpc.2010.2046082]].</ref> Meskipun Generasi Y menganggap SMS sebagai media yang kaya, bukti-bukti menunjukkan bahwa media yang mudah diakses dan non-intrusif (seperti SMS dan Twitter) lebih sering digunakan untuk berbagi peristiwa positif daripada negatif, dan media yang lebih kaya dan intrusif (seperti telepon) lebih sering digunakan untuk berbagi peristiwa negatif daripada positif.<ref>Choi, Mina; Toma, Catalina L. (2014-07-01). [http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0747563214002350 "Social sharing through interpersonal media: Patterns and effects on emotional well-being"]. ''Computers in Human Behavior''. '''36''': 530–541. [[Digital object identifier|doi]]:[[doi:10.1016/j.chb.2014.04.026|10.1016/j.chb.2014.04.026]].</ref>
Lebih lanjut, untuk lebih memahami penggunaan MSN (kemudian disebut Microsoft Messsenger service) oleh remaja, Sheer meneliti efek dari kekayaan media dan kontrol komunikasi. Di antara temuan lain, studi Sheer ini menunjukkan bahwa "fitur yang kaya, seperti kamera web dan MSN Spaces tampaknya memfasilitasi peningkatan jumlah kenalan, teman-teman baru, teman-teman lawan jenis, dan, dengan demikian, jumlah total teman."<ref>Sheer, Vivian C. (January–March 2011). "Teenagers' Use of MSN Features, Discussion Topics, and Online Friendship Development: The Impact of Media Richness and Communication Control". ''Communication Quarterly''. '''59''' (1): 82–103. [[Digital object identifier|doi]]:[[doi:10.1080/01463373.2010.525702|10.1080/01463373.2010.525702]].</ref>
==== '''E-mail''' ====
Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan e-mail, garis antara komunikasi tatap muka dan e-mail menjadi kabur. E-mail sekarang dianggap sebagai alat verbal karena memungkinkan untuk mendapatkan umpan balik dengan cepat, penggunaan bahasa alami, dan emosi melalui akronim dan emoticon.
Namun, e-mail juga memiliki kelemahan: ''volume overload''. Email sering berisikan informasi yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dalam jumlah besar atau spam. Penyaringan ‘sampah’ ini dapat menghabiskan waktu. Waktu yang dihabiskan saat mengelola email dapat mengakibatkan informasi berlebihan. Dengan kelebihan email, orang mungkin merasa ketinggalan informasi dari banyaknya konten yang mereka terima. Hal ini dapat menjadi penghalang bagi individu untuk memberikan respon dengan lebih cepat. <ref>O'Kane, Paula; Owen, Hargie (2007). "Intentional and unintentional consequences of substituting face-to-face interaction with e-mail: An employee-based perspective.". ''Interacting with Computers''. '''19''' (1): 20–31. [[Digital object identifier|doi]]:[[doi:10.1016/j.intcom.2006.07.008|10.1016/j.intcom.2006.07.008]].</ref>
Email memiliki kapasitas untuk mengirimkan lebih banyak konten informasi daripada saluran lain seperti pesan suara.<ref>El-Shinnaway, Maha; M. Lynne Markus (1997). "The poverty of media richness theory: explaining people's choice of electronic mail vs. voice mail". ''International Journal of Human-Computer Studies''. '''46''' (4): 443–467. [[Digital object identifier|doi]]:[[doi:10.1006/ijhc.1996.0099|10.1006/ijhc.1996.0099]].</ref> Meskipun demikian, persepsi terhadap email sebagai platform yang kaya juga bervariasi.<ref>Schmitz, Joseph; Fulk, Janet (1991-08-01). [http://crx.sagepub.com/content/18/4/487 "Organizational Colleagues, Media Richness, and Electronic Mail A Test of the Social Influence Model of Technology Use"]. ''Communication Research''. '''18''' (4): 487–523. [[Digital object identifier|doi]]:[[doi:10.1177/009365091018004003|10.1177/009365091018004003]]. [[International Standard Serial Number|ISSN]] [https://www.worldcat.org/issn/0093-6502 0093-6502].</ref> Persepsi yang berbeda ini memberikan kontribusi terhadap bagaimana saluran ini digunakan. Bagi beberapa pengguna, pilihan konten akan berbeda. Mereka mungkin akan menggunakan gambar atau video bila mereka menganggap email sebagai saluran yang kaya, di mana sisanya mungkin hanya memanfaatkan teks. Persepsi ini juga mempengaruhi pilihan fitur linguistik. Pengguna yang memandang email sebagai saluran yang mirip dengan saluran lisan akan mengetik dengan cara berbeda dari mereka yang memandang email sebagai saluran tertulis.<ref>Baron, Naomi S. (1998-04-01). [http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0271530998000056 "Letters by phone or speech by other means: the linguistics of email"]. ''Language & Communication''. '''18''' (2): 133–170. [[Digital object identifier|doi]]:[[doi:10.1016/S0271-5309(98)00005-6|10.1016/S0271-5309(98)00005-6]].</ref>
== Contoh ==
=== Indonesia ===
== Referensi ==
|