Parvoviridae: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 26:
Gejala klinis infeksi CPV-2 pada anak anjing yaitu [[diare]] cair atau diare berdarah, [[muntah]] secara berulang, dan [[anoreksia]]. Gejala klinis lainnya yaitu [[demam]], kelemahan tubuh, [[limfopenia]] terutama [[neutropenia]]. Hewan juga mengalami [[dehidrasi]], penurunan berat badan, dan rasa sakit di bagian abdominal. <ref name=Tilley> Tilley LP, Smith FWK, MacCurray AC. 1997. The 5 Minute Veterinary Consult. Baltimore: Williams and Wilkins. Hlm 528-529, 910-911. </ref>
 
Pada anak anjing gejala awal yang terlihat adalah kondisi tubuh yang terus melemah dan kehilangan nafsu makan. Berbeda dengan kehilangan nafsu makan yang biasa ditemui pada kasus lain, gejala parvovirus dapat dilihat dari perilaku penderita yang sangat lemah, cenderung tidak mau beraktivitas dan tidak responsif terhadap lingkungan. Setelah berlangsung selama 24 jam akan diikuti oleh keluarnya cairan tubuh berdarah lewat mulut ([[muntah]] darah). Fase berikutnya adalah setelah 24 jam dari muntah darah pertama, akan diikuti oleh buang air besar cair dan berdarah, yang akan disebut sebagai masa kritis.
 
Masa kritis akan berlangsung selama 3 hari (72 jam). Terhitung 24 jam dari buang air besar berdarah pertama, ini adalah masa puncak kritis parvovirus menyebar menyerang tubuh dimana (pada kasus akut) ditemukan banyaknya penderita yang tidak dapat melewati fase ini khususnya pada detik - detik akhir fase tersebut (detik - detik mendekati 24jam).
 
Ketika memasuki waktu 24 - 48 jam ini adalah fase penyesuaian tubuh terhadap virus, tubuh mulai menyesuaikan diri dan menyusun zat antibodi. Pada Fase 24 - 48 jam ini, gejala muntah dan buang air besar berdarah tetap dijumpai, namun intensitasnya berkurang.
 
Ketika memasuki waktu 48 - 72 jam, tubuh penderita mulai memproduksi zat antibodi hasil penyesuaian tubuh pada fase sebelumnya. Fase ini bisa disebut fase anti-klimaks (penyembuhan) namun tidak menutup kemungkinan ketidak-berhasilan tubuh beradaptasi yang mengakibatkan kematian.
Baris 48:
 
== Penanganan ==
Tingkat keberhasilan penanganan infeksi CPV bergantung pada seberapa lama infeksi telah berlangsung. Penanganan yang umumnya dilakukan dokter hewan adalah terapi suportif cairan/ infus, suntikan anti muntah seperti metoclopramide, dolasetron, ondasetron, dan prochlorperazine, dan suntikan antibiotik seperti cefoxitin, timentin, enrofloxacin dan metronidazole. <ref>Macintire, Douglass K. (2004). "Management of Severe Parvoviral Enteritis". Proceedings of the Western Veterinary Conference. Retrieved 2007-06-26.</ref>
 
Cairan infus diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang lewat muntah dan diare, dan diberikan lewat intravena. Banyaknya cairan yang dibutuhkan disesuiakan dengan berat tubuh, penurunan berat badan yang terjadi, dan tingkat dehidrasi anjing tersebut. Selain cairan infus, pemberian darah anjing lain yang sehat juga dapat membantu dalam pembentukan antibodi penderita, pendonor darah harus memiliki darah super-vaksin dimana pendonor telah di vaksin secara rutin dan berulang-ulang selama hidupnya, semakin banyak jumlah vaksinasi yang telah dijalani, semakin baik pula hasilnya. Pemberian darah super-vaksin dapat dilakukan dengan pemberian secara langsung ke dalam saluran pencernaan lewat mulut penderita. Tidak ada dosis tepat yang dapat menjadi panutan, dianjurkan secukupnya sesuai dengan berat tubuh penderita dan diberikan sekali dalam satu hari.