Pascakolonialisme (hubungan internasional): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika |
Fitur saranan suntingan: 1 pranala ditambahkan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala |
||
Baris 5:
Pascakolonialisme berusaha membantah asumsi-asumsi parokial HI, misalnya konstruksi orang kulit putih versus orang kulit berwarna (''coloured''). Contoh lainnya adalah beban orang kulit putih (''white men's burden'') untuk mendidik dan membebaskan orang kulit berwarna, dan melindungi perempuan berwarna dari pria berwarna. Contoh ini kadang berkaitan dengan teori pascapositivis lain seperti [[feminisme pascakolonial]] yang menganalisis isu-isu HI melalui sudut pandang gender dan budaya.
Contoh sifat parokial dalam HI adalah parokialisme geografi dan [[Sauvinisme|chauvinisme]] budaya. Pada contoh pertama, konstruksi yang menyatakan bahwa [[Perang Dingin]] adalah masa-masa damai justru mengabaikan kenyataan bahwa konflik-konflik besar masih berlangsung di dunia berkembang. Selain itu, sejarah HI yang kerap digunakan justru dikonstruksi dengan unsur-unsur Barat (lihat subbagian [[Hubungan internasional#Sejarah]]), dan HI telah digunakan untuk membenarkan apapun mulai dari imperialisme sampai "tempat bermain" bagi permusuhan antara dua negara adidaya saat Perang Dingin. Pada contoh kedua, Barat (melalui organisasi antarpemerintah; contohnya aksi [[International Monetary Fund|IMF]] untuk "menyelamatkan" Asia setelah [[krisis keuangan Asia]] 1997–8) dapat dipandang sebagai beban orang kulit putih untuk menyelamatkan Asia atau menata ulang kapitalisme Asia sesuai pandangan Barat.<ref name=Asia>Cultural Chauvinism and the Liberal International Order - ‘West vs Rest’ in Asia’s Financial Crisis - Forthcoming in G. Chowdhry and S. Nair (eds), Power in a Postcolonial World: Race, Gender and Class in International Relations (London: Routledge) http://www.isanet.org/archive/ling2.html</ref>
== Lihat pula ==
|