Filsafat ketuhanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: hakekat → hakikat using AWB
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 42:
 
=== Descartes (1596-1650) ===
[[Rene Descartes]] memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang merupakan “gabungan antara [[pietisme]] Katolik dan [[Saintisme|sains]].<ref name="Lindsay">John Veitch., ''A Discourse on Method – Meditation and Principles'', Everyman’s Library 1912 halaman vii</ref> Descartes adalah seorang filsuf rasionalis yang terkenal dengan pemikiran ''ide Allah''.<ref name="Mackie"/> Tantangan yang mendorong Descartes adalah keragu-raguan radikalnya, ''The Methode of Doubt'' , bahkan menurutnya,''"indera bisa saja menipu, Yang Maha Kuasa dalam bayangan kita juga bisa saja menipu, sebab kita yang membayangkan"''.<ref name="Mackie">{{en}} ''The Miracle of Theism'', USA; Oxford University Press, 1982</ref><ref name="Skirry">Skirry. Justin., ''Descartes for the Perplexed'', British, 2008 Hlm 24,</ref> Dalam menjawab [[skeptisisme]] orang-orang pada masanya, maka dalam tinggalnya di Neubau, dekat kota [[Ulm]] - [[Jerman]], disebut sebagai “perjalanan menara”, kata lain dari [[meditasi]] yang dilakukan, dia menemukan ''Cogito, ergo sum'' tahun 1618.<ref name="Tjahyadi"/><ref name="Mackie"/> Karena orang pada zamannya meragukan apa yang mereka lihat, maka hal ini dipatahkan oleh Descartes bahwa apa yang dipikirkan saja sebenarnya sudah ada, minimal di pikiran.<ref name="Mackie"/> Orang bisa menyangkal segala sesuatu, namun ia tidak bisa menyangkal dirinya sendiri.<ref name="Tjahyadi"/> Jadi Allah di sini juga demikian, Allah sudah ada dengan sendirinya, bahkan lebih jauh Descartes mencari bukti-bukti empiris yang dia warisi dari para pendahulunya.<ref name="Mackie"/> Keterbukaan untuk mengemukakan ide dalam pikiran, maka segala sesuatu yang dapat dipikirkan pasti bisa ada.<ref name="Tjahyadi"/> Alkitab salah satu bukti eksistensi Allah, kemudian juga relasi bahwa manusia, binatang, malaikat, dan [[obyek]]-obyek lain ada karena ''natural light'' yang adalah Allah sendiri.<ref name="Mackie"/>
 
'''Filsafat Ketuhanan''' menurut Descartes adalah berawal dari fungsi iman, yang pada akhirnya berguna untuk menemukan Allah. Tanpa iman manusia cenderung menolak Allah. Ada dua hal yang bisa ditempuh agar ''Aku'' sampai pada Allah:
* Jalan yang pertama adalah sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia) pasti diakibatkan oleh penyebab pertama, yaitu Allah.<ref name="Tjahyadi"/>
* Jalan yang kedua adalah secara ontologis, yang diwarisinya dari Anselmus.<ref name="Tjahyadi"/> Allah yang ada itu tidak mungkin berdiri sendiri, tanpa ada kaitan dengan suatu [[entitas]] lain, maka Allah pasti ada dan bereksistensi.<ref name="Tjahyadi"/> Maka Allah yang ada dalam ide Descartes sempurna sudah, bahwa Dia ada dan dapat diandalkan dalam [[relasi]] dengan entitas lainnya itu.<ref name="Tjahyadi"/>
 
=== Imanuel Kant (1724-1804) ===
Baris 67:
Schleiermacher adalah penganut [[Kant]], namun baginya Allah lebih baik tidak ditelusuri dengan [[metafisika]] belaka, namun perlu dihayati kehadirannya, yaitu dengan [[kontemplasi]].<ref name="Tjahyadi"/> Baginya, Allah yang tidak bisa ditangkap [[indera]]wi tidak bisa juga dilacak dengan [[rasio]] murni.<ref name="Tjahyadi"/> Istilah yang dipakai oleh Schleiermacher untuk Allah adalah "Sang Universum".<ref name="Tjahyadi"/> Jika Kant mengenal Allah sebagai pemberi [[hukum moral]] yang melampaui rasionya, Schleiermacher menganggap [[Allah]] yang dimaksud Kant tidak memadai dalam kehidupan manusia, sebab Allah hanya pemberi [[pahala|ganjaran]] kepada orang yang baik dan penghukum orang yang kurang baik.<ref name="Tjahyadi"/> Sebab Allah, bagi Schleiermacher tidak mungkin memberi hukuman kekal kepada manusia lantaran ia tidak sempurna, hal ini dikarenakan bahwa manusia diciptakan Allah bukan agar ia sempurna, melainkan agar ia berikhtiar mencapai kesempurnaan itu.<ref name="Tjahyadi"/>
 
Scleiermacher mendekati Allah bukan dari teori spekulatif, bukan dengan pendekatan [[moral]]-praktis, melainkan pendekatan [[intuisi|intuitif]]-batin, dalam [[bahasa]]nya melalui ''kontemplasi dan perasaan''.<ref name="Tjahyadi"/> "Di sinilah agama merenungkan Sang Universum, di dalam caranya mengekspresikan diri dan tindakannya, agama ingin mendegarkan bisikan suara Sang Universum itu dengan khidmat,... Dalam kepasifan anak-anak, agama ingin ditangkap dan dipenuhi oleh daya pengaruhnya"<ref name="Tjahyadi"/> Agama adalah Sang Universum sendiri.<ref name="Tjahyadi"/> Sang [[universal|Universum]] ditangkap dari [[alam]] [[dunia]] yang ma[[manifestasi]]kannya.<ref name="Tjahyadi"/> Namun alam dunia bukanlah Sang Universum yang berdiri sendiri, namun tetap memanifestasikan alam.<ref name="Tjahyadi"/> Pembedaan ini melaui dua tahap; 1. Alam adalah [[wahyu]] Allah, dan ditangkap oleh sanubari manusia, 2. wahyu yang lebih tinggi dan lebih baik adalah manusia yang menurut Schleiermacher tidak terbagi-bagi dan tidak terbatas, namun bereksistensi.<ref name="Tjahyadi"/> Dalam aktivitas umat manusia itulah Allah menyatakan diri, alam diresapi oleh Yang Ilahi.<ref name="Tjahyadi"/> Namun [[manusia]] bukanlah Allah sendiri.<ref name="Tjahyadi"/> Maka tugas agama adalah mencari menemukan Allah yang ada di luar dirinya.<ref name="Tjahyadi"/> Agama harus tinggal dengan pengalaman-pengalaman langsung untuk mencari Allah dan mencari keterhubungannya secara menyeluruh, bukan berfilosofi.<ref name="Tjahyadi"/>
 
=== Alfred North Whitehead (1861-1947) ===
Baris 137:
{{Reflist}}
 
[[Kategori:Teologi| {{PAGENAME}}API]]
[[Kategori:Filsafat]]
[[Kategori:Allah]]