Widorokandang, Pati, Pati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 18:
Sebagaimana desa-desa lainnya di daerah Pantura Jalan Raya Pati - Juwana yang terdapat / di lalui aliran sungai Juwana / silugonggo, tiap musim penghujan dengan curah hujan yg tinggi di tambah luapan air dari waduk gunung gembong desa ini pun terkadang menjadi langganan banjir akibat meluapnya sungai [[silugonggo]] walaupun tidak setiap tahun warga selalu was was jika curah hujan turun tinggi.
 
Sebagian besar penduduk desa widorokandang menggantungkan hidup dari usaha pertanian dengan lahan pertanian tadah hujan. Widorokandang memiliki satu dukuh yaitu dukuh/dusun cangkring.
 
Berikut adat di desa widorokandang, dalam adatnya di mana penduduk asli Ds. Widorokandang tidak boleh menikah dengan penduduk dukuhnya yaitu Dukuh Cangkring, dan sebaliknya, jika memang menikah harus ada syarat - syarat yang harus di penuhi kedua calon mempelai, mitosnya kalau mennikah tanpa syarat tersebut menurut kepercayaan yang sudah turun menurun pernikahannya akan buruk dan banyak musibah. maka dari itu kebanyakan penduduk Desa Widorokandang atau Dukuhnya yaitu cangkring memilih untuk mencari pasangan dari kampung atau daerah lain. Ini di karenakan menurut Mitosnya Dayang dukuh/desa Cangkring dahulu adalah Adik dari Dayang Desa widorkandang. Dayang adalah orang yang di percaya sebagai sesepuh atau suatu tokoh yang mendirikan dan memberikan nama pada desa pada jaman dahulu yang memiliki pengaruh kuat pada masyarakat, dan sayang ini di sakralkan, setiap hari tertentu dalam 1 tahun sekali selalu di peringati dengan mengadakan sedekah Bumi dan khoul dengan mengadakan Pengajian / Tahlil di makam Dayang dan esoknnya di lanjutkan dengan acara Pertunjukan Kesenian seperti Wayang, Pentas Seni sejarah Kerajaan atau Tokoh Pendekar / kesatria pada jaman dahulu, Orkes dangdut, campursari dan sebagainya.